Sukses

Mengenal Gunung Padang di Cianjur, Situs Prasejarah yang Disebut Lebih Tua dari Piramida Mesir

Situs prasejarah Gunung Padan di Cianjur ini menyimpan sejuta misteri yang masih belum terungkap hingga saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Situs Gunung Padang jadi salah satu cagar budaya yang bisa jadi pilihan saat liburan jelang akhir tahun ini. Situs prasejarah di Cianjur, Jawa Barat ini juga menyimpan sejuta misteri yang masih belum terungkap hingga saat ini.

Situs ini menjadi salah satu lokasi favorit untuk para pelajar yang ingin belajar sekaligus berekreasi. Sayangnya, semenjak gempa Cianjur yang terjadi beberapa saat lalu, situs ini semakin jarang dikunjungi meski situs Gunung Padang tidak mengalami kerusakan.

Melansir laman resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat serta merdeka.com, Minggu (18/12/2022), perkiraan sementara, situs Gunung Padang terbentuk pada 5.000 SM-26.000 SM. Sedangkan peneliti lainnya memperkirakan, Gunung Padang lebih tua dari Piramida Giza yang berada di Mesir dengan perkiraan pembangunan sekitar 2.570 SM.

Kompleks punden berundak di Gunung Padang terdiri atas lima teras yang tersusun dengan ukuran berbeda-beda. Teras pertama merupakan bangunan terluas, dengan jumlah batuan paling banyak. Semakin ke atas jumlah batunya pun semakin berkurang.

Batu-batu yang jumlahnya sangat banyak tersebut tersebar hampir menutupi seluruh puncak Gunung Padang.  Banyak orang meyakini, di dalam tanah Gunung Padang masih ada bangunan-bangunan peninggalan zaman megalitikum.

Misteri ini telah menarik ribuan peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Gunung Padang menawarkan berbagai bentuk susunan batu unik dengan segala keindahan pemandangan alam yang luar biasa.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengeluarkan Bunyi-bunyian

Salah satu keunikan dari situs tersebut adalah beberapa bagian batunya bisa mengeluarkan bunyi-bunyian seperti alat musik, dengan ciri khas nada tertentu. Dilansir dari laman indonesiakaya.com, sebagian besar bebatuan dari wilayah Gunung Padang merupakan batu dari jenis andesit basaltis dan sebagian besar berwarna abu-abu gelap.

Di tahun 2012 pernah dilakukan sebuah penelitian mandiri oleh tim dari Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama dua tahun hingga tahun 2014.  Dari penelitian yang kini dihentikan itu, diketahui jika radar satelit menangkap sesuatu yang dianggap penghantar listrik dari bebatuan di situs Gunung Padang.

Selain itu timnya juga menemukan chamber atau bilik, cawan raksasa, sungai dan mata air, kubah, menara dan aquifer serta transmitter di lokasi tersebut. Penemuan tersebut sebagai penanda bahwa di lokasi itu pernah ditemukan peradaban yang canggih di masa batu besar.

Tak hanya menawarkan eksotisme pemandangan serta susunan bebatuan yang luar biasa, Gunung Padang pun disebutkan jika di balik pesonanya terdapat berbagai kisah yang menyelimutinya.  Menurut sang juru kunci, situs tersebut merupakan tempat berbagai ilmu, mulai dari ilmu sejarah, arkeologi, antropologi, sosiologi hingga geologi.

3 dari 4 halaman

Air Tidak Pernah Surut

Di dekat pintu masuk pun terdapat sebuah sumur bernama Sumur Kahuripan. Kisah yang masih dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini adalah keberadaan airnya yang tidak pernah surut walau dalam kondisi musim kemarau.

Pada masa Kolonial Belanda, situs Gunung Padang pertama kali ditemukan. Dalam catatan Buletin Dinas Kepurbakalaan masa itu, mengungkap keberadaan situs punden berundak itu tepat 1 abad silam.

Situs ini sempat diabaikan, tetapi pada awal dekade 80-an, Pusat Arkeologi Nasional kembali menguak misteri pada tumpukan batu dengan ketinggian 900 meter di atas permukaan laut itu.  Tak hanya arkeolog dan geolog yang tertarik pada situs ini, sejumlah kelompok masyarakat pun turut memberi pendapat.

Mereka percaya, bahwa Gunung Padang merupakan situs pemujaan yang merupakan petilasan Prabu Siliwangi.  Situs itu disebut sebagai bukti nyata tingginya peradaban Sunda Kuno pada era kejayaan Kerajaan Pajajaran. Melansir kanal Regional Liputan6.com, situs Gunung Padang tak hanya berfungsi sebagai "sekolah" bagi para ilmuwan. Ia juga merupakan kekayaan Nusantara yang tak ternilai harganya. Yang pasti, situs ini merupakan warisan nenek moyang yang harus dijaga.

4 dari 4 halaman

Destinasi Wisata Sejarah

Untuk menuju situs Gunung Padang dapat menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam atau sekitar 45 km dari pusat kota Cianjur. Jika wisatawan dari arah Jakarta perjalanan dapat dilalui dengan jarak 165 km dan dari Bandung sekitar 110 km.

Perjalanan menuju ke Situs Gunung Padang dianggap curam mengingat menuju lokasi akan ditemui jalur yang naik turun, termasuk pengunjung harus menaiki ratusan anak tangga menuju puncak dari gunung yang dipenuhi oleh susunan batu itu.

Situs prasejarah ini rencananya akan ditata dan dikonservasi secara profesional oleh Pemprov Jawa Barat. Tujuannya agar artefak di Gunung Padang tidak rusak karena aktivitas wisatawan dan pedagang.

Dengan penataan dan pemeliharaan yang baik, situs tersebut dapat menjadi destinasi wisata sejarah seperti Candi Borobudur. Gunung Padang banyak dikunjungi wisatawan sejak mencuatnya spekulasi keberadaan piramida besar di dalam Gunung Padang pada 2012 lalu. Konstruksi teras dinding di situs ini dinilai mirip dengan konstruksi yang ada di Machu Pichu Peru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.