Sukses

Gletser di Sepertiga Situs Warisan Dunia UNESCO Diperkirakan Hilang Sepenuhnya pada 2050

Sebanyak 50 persen populasi manusia akan terdampak dengan hilangnya gletser di berbagai belahan dunia

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi global besar telah menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan runtuhnya bongkahan es raksasa. Meski manusia berusaha mengekang emisi sekarang, gletser ikonik dari Dolomites hingga Yosemite tetap masih akan menghilang karena volume gas rumah kaca yang dilepaskan manusia.

Membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan sisa dua pertiga dari struktur vital ini, menurut para ilmuwan.

"Ketika gletser terus mencair dengan kecepatan yang dipercepat, bahaya glasial seperti banjir semburan danau glasial kemungkinan akan meningkat dan memiliki konsekuensi bencana bagi populasi dan keanekaragaman hayati di seluruh wilayah hilir," Tales Carvalho Resende, penulis utama laporan UNESCO yang baru memperingatkan, dikutip dari Euro News, Selasa (8/11/2022).

Pada Juli 2022, gletser terbesar di Pegunungan Alpen Italia runtuh, memicu longsoran salju yang menewaskan 11 pendaki gunung. Insiden di Marmolada adalah tanda tragis dari apa yang akan terjadi di Dolomites, yakni semua gletser diperkirakan akan hilang pada 2050.

Di tempat lain di Eropa, Pegunungan Pyrenees Mont Perdu yang membelakangi Prancis dan Spanyol juga akan hilang dalam 30 tahun ke depan. Lalu, mengapa gletser begitu penting? Dampaknya sangat dahsyat bagi manusia.

Sebanyak 50 persen umat manusia bergantung secara langsung dan tidak langsung pada es raksasa ini sebagai sumber air mereka untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan pembangkit listrik tenaga air. UNESCO mengawasi 18.600 gletser yang telah diidentifikasi di 50 situs Warisan Dunia, mencakup sekitar 66.000 km2. Mereka mewakili hampir 10 persen dari total area gletser Bumi. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Daftar Gletser

Daftar ini termasuk yang tertinggi di sebelah Gunung Everest, terpanjang di Alaska, gletser terakhir yang tersisa di Afrika, dan beberapa gletser terbesar di Asia Tengah, Eropa Tengah, Amerika Utara, Andes Selatan, dan Selandia Baru. Meskipun berada di Daftar Warisan Dunia adalah tingkat perlindungan tertinggi, dengan langkah-langkah mitigasi yang signifikan secara lokal, luasan gletser di bawah pengawasan badan PBB telah menyusut dengan kecepatan yang semakin meningkat sejak 2000.

Gletser yang dilindungi UNESCO kehilangan 58 miliar ton es setiap tahun. Raksasa es yang bergerak lambat ini kehilangan 58 miliar ton es setiap tahun, setara dengan total gabungan volume air tahunan yang digunakan di Prancis dan Spanyol.

Dampak pencairan gletser ada banyak sisi, jelas Carvalho Resende. Mereka akan menyebabkan perubahan tak terelakkan dalam hidrologi lokal serta bentuk habitat dan lanskap.

"Pencairan gletser sementara dapat berdampak positif karena akan lebih banyak air yang dilepaskan dari penyimpanan glasial. Namun, dalam jangka panjang, limpasan tahunan akan berkurang karena gletser menyusut," ujar Resende.

 

3 dari 4 halaman

Ancam Ketahanan Pangan

"Penurunan limpasan gletser seperti itu kemungkinan akan berdampak negatif pada produksi pertanian dan ketahanan pangan dan mengakibatkan tekanan air yang dapat diperburuk dengan meningkatnya permintaan air karena perluasan lahan pertanian untuk memberi makan populasi yang terus bertambah."

Di mana gletser mencair paling cepat? Menurut data yang tersedia, gletser di semua situs Warisan Dunia di Afrika akan hilang pada 2050, termasuk di Taman Nasional Kilimanjaro dan Gunung Kenya.

Di AS, gletser perlahan menghilang dari Taman Nasional Yellowstone dan Yosemite pada saat ini. Te Wahipounamu di Selandia Baru Barat Daya juga sedang dalam proses keluar, setelah kehilangan hampir 20 persen volumenya sejak tahun 2000. Sementara, Tiga Sungai Paralel di Kawasan Lindung Yunnan di Cina adalah gletser yang mencair paling cepat dalam daftar.

"Masyarakat lokal akan menjadi yang pertama mengalami dampak buruk dari mundurnya gletser," kata Resende kepada Euronews Green.

"Wisata gletser sangat penting di Eropa, dan akan sangat dipengaruhi oleh mundurnya gletser," ia menambahkan.

 

4 dari 4 halaman

Solusinya

Bagaimana kita bisa melindungi gletser? Laporan baru UNESCO membuat pembaca putus asa tetapi belum terlambat untuk menyelamatkan sebagian besar gletser dunia.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa hilangnya gletser dengan cepat ini disebabkan oleh satu faktor utama, yakni suhu yang memanas. Di Dolomites, misalnya, bencana Marmolada terjadi satu hari setelah rekor suhu tertinggi 10 derajat Celcius tercatat di puncak gletser.

Sekitar 50 persen gletser Warisan Dunia hampir seluruhnya dapat hilang pada 2100 dalam skenario emisi bisnis biasa. Jelas bahwa tindakan perlindungan terpenting untuk mencegah mundurnya gletser besar di seluruh dunia adalah mengurangi emisi karbon secara drastis.

Namun, tindakan adaptif yang dikerahkan di tingkat situs perlu diperkuat untuk menanggapi perubahan gletser yang tak terhindarkan dalam waktu dekat, kata badan PBB itu. Peringatan dini dan tindakan pengurangan risiko bencana harus dirancang dan dilaksanakan. UNESCO juga mengadvokasi dana internasional untuk pemantauan dan pelestarian gletser untuk mendukung penelitian yang komprehensif dan mengembangkan langkah-langkah respons yang efektif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.