Sukses

Cerita Akhir Pekan: Bahan Pangan Lokal Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Bahan pangan lokal Indonesia dikenal akan keanekaragamannya yang tersebar di berbagai wilayah.

Liputan6.com, Jakarta - Bahan pangan lokal Indonesia dikenal akan keanekaragamannya yang tersebar di berbagai wilayah. Pakar gastronomi Hindah Muaris menyampaikan bahwa ciri pasti dari bahan pangan lokal adalah yang diproduksi di suatu daerah dan diolah dengan cara yang dikuasai oleh masyarakat setempat.

Olahan bahan pangan lokal tersebut, kata dia, akan menghasilkan hidangan yang cita rasanya disukai dan dirindukan. Hal ini juga dapat disebut identitas masyarakat yang mengonsumsinya.

"Pangan lokal sangat besar potensi pangan di Indonesia, ada 77 jenis sumber karbohidrat, 389 jenis buah-buahan, 75 jenis sumber protein, 329 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, 110 jenis rempah-rempahan, 40 jenis bahan minuman dan buahan," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 27 Oktober 2022.

Bicara soal alternatif pangan lokal untuk bahan baku, dikatakan Hindah, masyarakat masih terjebak pada bahan baku karbohidrat. Hal tersebut tercermin dari konsumsi beras yang sangat tinggi.

"Jadi, pangan lokal alternatif untuk bahan baku tradisional bisa beras jagung, beras sagu, kita bisa buat dari sukun, singkong yang juga menjadi sumber karbohidrat," terangnya.

Sementara dari sisi protein hewani, bisa didapatkan dari daging hingga ikan. Kacang-kacangan sampai jamur menjadi sumber bahan lokal dari tumbuhan untuk masa depan.

"Termasuk belalang, ulat dari Papua nanti suatu saat akan menjadi pangan masa depan," ungkap Hindah. Di sisi lain, ia menerangkan bahwa bahan pangan lokal memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gencarkan Pangan Lokal

Kelebihan dari bahan pangan lokal adalah bahan baku yang mudah didapat, harga relatif murah, lebih alami, keamanan lebih terjamin, hingga mudah dikenal masyarakat. "Kekurangannya, kurang praktis, butuh waktu lama untuk menyiapkan, kurang menarik variasi penyajian, sanitasi pengolahan, dan khasiatnya kurang tereksplorasi," kata Hindah.

Ia tidak menampik jika suatu saat terjadi pergeseran bahan pangan lokal andalan. "Kemungkinan bisa, soalnya kalau lahan semakin sempit, menyangkut lingkungan hidup dan lainnya. Sagu dan sorgum bisa dibuat macam-macam," katanya.

"Sagu dan sorgum andalan kita yang mungkin nanti bisa dijadikan pangan alternatif," jelasnya.

Namun, pengenalan masyarakat pada kedua bahan tersebut dirasa masih kurang. Dibutuhkan dorongan dari berbagai pihak untuk lebih menggaungkan pemanfaatan kedua bahan ini, termasuk gencarnya informasi di media sosial.

"Dengan adanya media yang terbuka, media sosial akhirnya orang ingin coba seperti dari sorgum dibikin beras, akhirnya didekatkan dengan free-gluten, angle diubah mau enggak mau untuk menyiasati itu adalah pangan yang menyehatkan," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Upaya Pelestarian

Ketua Umum Indonesian Gastronomy Community (IGC) Ria Musiawan menyebutkan bahan pangan lokal memang beraneka ragam dan banyak dimanfaatkan. Meski tak pernah kekurangan, perlu juga untuk mengeksplorasi bahan pangan lokal tersebut.

Ria turut menjelaskan pentingnya untuk memperkuat posisi bahan pangan lokal. Hal ini mengingat ketahanan pangan Indonesia tengah dilanda tantangan dengan banyak bahan yang diimpor dari luar hingga mengikuti gaya luar.

"Itu tantangan untuk kita pecinta gastronomi Indonesia untuk bisa memperkuat ini, supaya pangan lokal tetap eksistensinya, tetap manfaatnya, dan tetap bisa menjadi tolok ukur bagi masyarakat Indonesia bahwa kita itu kuat," terang Ria saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 27 Oktober 2022.

Ria menambahkan Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumber daya pangan. "Itu yang harus kita tanamkan kepada generasi penerus kita sehingga mereka tidak lupa bahwa mereka punya kekayaan alam yang harus dijaga dan dilestarikan selamanya," tambahnya.

IGC juga berupaya untuk tetap melestarikan kekayaan pangan Indonesia lewat ragam terobosan. Pihaknya juga membuat serangkaian terobosan agar pangan lokal tidak hilang dari daftar menu keluarga harian.

4 dari 4 halaman

Strategi Gastronomi

"Anggota kami di IGC semua kalangan yang mencintai makanan dan minuman tradisional Indonesia, kita selalu berupaya untuk menggali terus agar makanan-makanan, terutama bahan pokok tidak akan kehabisan dalam cara kita mengembangkannya," jelas Ria.

Salah satu strategi yang dilancarkan adalah dengan menghadirkan Museum Gastronomi Indonesia secara virtual. Data-datanya, dikatakan Ria, didapatkan melalui riset oleh dewan pakar IGC dari bidang masing-masing guna memperkuat konten tersebut.

Langkah lain yang dilakukan IGC adalah dengan memfasilitasi konsensus para ahli melalui pendekatan gastronomi untuk menghasilkan suatu sikap dan kebijakan bersama dalam penanganan stunting dengan mengangkat kembali makanan tradisional. Ini merespons dukungan peningkatan gizi di Indonesia.

"Kami melihat penyebab stunting itu multidimensi tidak hanya faktor kesehatan, melainkan faktor keluarga, ekonomi, sosial, dan budaya karena gastronomi itu menyangkut budaya juga. Jadi kami melihat daerah punya kekuatan budaya masing-masing, berikut budaya makannya, local wisdom dari masing-masing daerah, itu yang memanggil kita untuk lebih berkontribusi banyak," tutur Ria.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.