Sukses

Fasilitas Pembalut Gratis untuk Saat Darurat di Stasiun MRT

Fasilitas pembalut gratis itu sementara baru ada di satu Stasiun MRT di Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Siklus menstruasi kadang tak dapat diprediksi. Namun, pembalut sebagai salah satu kebutuhan dasar masih sulit ditemukan di area stasiun. Tak jarang penumpang wanita harus keluar dan mencarinya ke mini market.

Bersama MRT Jakarta, sebagai salah satu moda transportasi yang banyak digunakan wanita, merek pembalut Laurier menghadirkan MenstrueAid smart poster. Fasilitas ini terletak di toilet umum wanita Stasiun MRT Dukuh Atas.

Mengakses pembalut darurat, penumpang wanita hanya perlu memindai kode QR yang tertera pada MenstrueAid smart poster. Server Laurier kemudian akan segera terhubung ke ponsel yang digunakan.

Pengguna lalu akan mendapatkan satu pembalut gratis untuk kebutuhan darurat. Selain itu, penumpang wanita juga dapat mengisi kuesioner yang tertera untuk membantu lebih memahami seputar siklus menstruasi yang dialami, serta serangkaian tips dan seputar info menarik tentang wanita.

"Alasan dari tim MRT tertarik bekerja sama dan menjalankan campaign MenstrueAid smart poster dari Laurier karena sejalan dengan visi misi kami, yaitu increasing mobility, improving life quality," ungkap Division Head Commercial & Retail  MRT Jakarta, Rendy Primartantyo, melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 27 Oktober 2022.

Maria Rosita Leonardi, Ass. VP Marketing KAO Indonesia, menambahkan, "Campaign ini merupakan bentuk nyata Laurier yang ingin memberi kenyamanan ekstra bagi para wanita untuk menghadapi aktivitas sehari-hari, terutama saat sedang menstruasi." Menurutnya, wanita pengguna transportasi umum sering kali kesulitan mengakses pembalut.

Kampanye itu merupakan bentuk dukungan dan kepedulian bagi perempuan yang tetap harus beraktivitas di kala menstruasi. "Laurier berharap MenstrueAid smart poster juga dapat meningkatkan kesadaran dan jadi motivasi bagi seluruh moda transportasi umum untuk menyediakan pembalut darurat agar penumpang wanita bisa lebih nyaman dan tidak lagi khawatir ketika menstruasi datang tak terprediksi," katanya lagi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pembalut Gratis di Skotlandia

Sementara itu, produk-produk menstruasi, termasuk pembalut, sekarang diberikan secara gratis di Skotlandia bagi siapa saja yang membutuhkan. Produk menstruasi tersedia secara cuma-cuma di sederet tempat, seperti apotek dan pusat komunitas.

Keputusan bersejarah ini membuat Skotlandia menjadi negara pertama di dunia yang menggratiskan produk menstruasi. Hal itu terealisasi berkat undang-undang yang disetujui parlemen negara itu pada 2020, dilansir dari NPR. "Menyediakan akses ke produk menstruasi (secara) gratis sangat penting untuk kesetaraan dan martabat," sebut Sekretaris Keadilan Sosial Skotlandia, Shona Robison.

Kebijakan itu juga menghilangkan hambatan finansial untuk mengakses produk mentruasi yang layak. Robison juga menyebut langkah itu "lebih penting dari sebelumnya" di era meningkatnya biaya hidup.

"(Saya) bangga dengan apa yang telah kami capai di Skotlandia. Kami adalah yang pertama tetapi tidak akan menjadi yang terakhir," sebut anggota parlemen Skotlandia Monica Lennon, yang mulai mengajukan proposal pada 2016. 

Beda dari Skotladia, Selandia Baru dan Kenya mendistribusikan produk menstruasi secara gratis di sekolah umum. Kesadaran telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir tentang bagaimana akses ke produk menstruasi bisa memengaruhi pendidikan dan stabilitas ekonomi bagi orang-orang yang membutuhkannya.

3 dari 4 halaman

Picu Depresi

Diketahui sekitar 14 persen mahasiswa Amerika Serikat (AS) berjuang membeli produk menstruasi, jumlah yang lebih tinggi di antara wanita kulit hitam dan Latina, dari sebuah studi baru-baru ini oleh Universitas George Mason. Para peneliti menemukan mereka yang secara teratur berjuang membeli produk menstruasi lebih mungkin mengalami depresi.

Wanita yang berjuang membeli kebutuhan dasar dapat memilih melewatkan sekotak pembalut, beralih ke kertas toilet atau kaus kaki sebagai gantinya. Sebuah survei terhadap wanita berpenghasilan rendah di St. Louis yang diterbitkan pada 2019 menemukan bahwa hampir setengahnya dilaporkan harus memilih antara makanan dan produk menstruasi di beberapa titik sepanjang tahun.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kurangnya akses ke produk menstruasi dapat menyebabkan perempuan dan anak perempuan bolos sekolah atau bekerja. "Bayangkan seperti saat mencoba mengikuti tes matematika dengan ketakutan Anda akan membuat kesalahan," kata Dr. Shelby Davies dari Rumah Sakit Anak Philadelphia. "Seperti, bagaimana Anda fokus pada itu?"

Di AS, beberapa negara bagian sudah meloloskan undang-undang yang mewajibkan sekolah K-12 negeri untuk menyediakan produk periode gratis, termasuk New York, Virginia, dan Oregon. Sekitar selusin negara bagian akhirnya membebaskan produk menstruasi dari pajak penjualan.

Di tingkat federal, New York Rep. Grace Meng, seorang Demokrat, mengajukan undang-undang tahun lalu yang akan mengharuskan Medicaid mencakup produk-produk menstruasi. Tetapi, RUU tersebut masih di tingkat komite.

4 dari 4 halaman

Dobrak Tabu

Adapun di Indonesia, tabu seputar menstruasi sedang berupaya didobrak melalui edukasi. "Menstruasi adalah sesuatu yang biasa dan dialami sebagian besar wanita. Jangan sampai ada jijik, risih, atau apapun itu. Kata (menstruasi) harus dibiasakan, karena itu sangat-sangat normal," salah satu muse Nona, sebuah platform kesehatan perempuan, Hannah Al Rashid, mengungkap dalam jumpa pers virtual, 5 Agustus 2022.

Wanita 36 tahun tersebut menyebut bahwa selama ini banyak tabu tentang menstruasi, dan itu disebabkan kurangnya edukasi. Ia mengungkapkan, "Dengan adanya bahasan ini (menstruasi) penting banget, karena setiap perempuan punya pengalaman masing-masing (terkait menstruasi)."

"Kita harus bersama-sama membongkar tabu yang ada, supaya kesehatan reproduksi bisa dipahami lebih banyak orang," ia menyambung. "(Dengan adanya perbincangan tentang menstruasi), perempuan merasa lebih didukung. Bisa dimulai di antara kita para perempuan dulu untuk membentuk support system."

Sejalan dengan itu, Nona hadir sejak tahun lalu mengedukasi para perempuan melalui media digital secara gratis. Di samping itu, pihaknya juga memastikan materi yang disampaikan diramu sedemikian rupa agar mudah dipahami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.