Sukses

Studi: Produk Pelurus Rambut Berisiko Picu Kanker Rahim

Para ilmuwan mengungkap detail baru mengenai hubungan antara penggunaan produk pelurus rambut tertentu, seperti pelemas kimia dan produk pengepresan, dengan peningkatan risiko kanker pada perempuan.

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan mengungkap detail baru mengenai hubungan antara penggunaan produk pelurus rambut tertentu, seperti pelemas kimia dan produk pengepresan, dengan peningkatan risiko kanker pada perempuan. Penelitian yang berlangsung sebelumnya menunjukkan bahan kimia pelurus rambut dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker terkait hormon tertentu, termasuk kanker payudara dan ovarium.

Dikutip dari CNN, Rabu (19/10/2022), kini, sebuah studi baru menghubungkan penggunaan produk pelurus rambut dengan peningkatan risiko kanker rahim. Perempuan kulit hitam mungkin lebih terpengaruh karena penggunaan produk yang lebih tinggi, jelas para peneliti.

Studi yang diterbitkan pada Senin, 17 Oktober 2022, di Journal of National Cancer Institute, memperkirakan bahwa di antara perempuan yang tidak menggunakan produk kimia pelurus rambut dalam 12 bulan terakhir, 1,6 persen di antaranya menderita kanker rahim pada usia 70, sedangkan sekitar 4 persen dari perempuan yang sering menggunakan produk pelurus rambut tersebut menderita kanker rahim pada usia 70.

Temuan itu "juga mengomunikasikan bahwa kanker rahim memang jarang terjadi. Namun, menjadi lebih berisiko memang menimbulkan beberapa kekhawatiran," kata Chandra Jackson, seorang penulis studi dan peneliti di National Institute of Environmental Health Sciences.

"Dalam penelitian ini, perempuan yang sering menggunakan (produk pelurus rambut) dalam satu tahun terakhir berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena kanker rahim," katanya. Seringnya penggunaan didefinisikan sebagai lebih dari empat kali pada tahun sebelumnya.

Studi baru ini mencakup data pada hampir 34.000 perempuan di Amerika Serikat, berusia 35 hingga 74 tahun, yang menyelesaikan kuesioner tentang penggunaan produk rambut tertentu, termasuk pengeritingan, pewarna, pelemas, dan pelurus. Para peneliti dari National Institutes of Health juga melacak kejadian diagnosis kanker dalam kelompok studi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Temuan

Para peneliti menemukan hubungan yang kuat antara produk pelurus rambut dan kasus kanker rahim, tetapi penggunaan produk rambut lainnya, seperti pewarna dan pengeritingan, tidak terkait dengan kanker rahim. Data penelitian juga menunjukkan bahwa hubungan antara produk pelurus rambut dan kasus kanker rahim paling menonjol pada perempuan kulit hitam, yang hanya 7,4 persen dari peserta penelitian, tetapi 59,9 persen dari mereka yang melaporkan pernah menggunakan pelurus.

Beberapa faktor kemungkinan berperan dalam seringnya penggunaan produk pelurus rambut, yakni standar kecantikan yang Eropasentris, tekanan sosial yang ditempatkan pada perempuan kulit hitam dan Latina di tempat kerja terkait dengan agresi mikro dan ancaman diskriminasi, bersama dengan fleksibilitas yang diinginkan dalam mengubah gaya rambut dan ekspresi diri. "Intinya adalah beban paparan tampak lebih tinggi di antara perempuan kulit hitam," kata Jackson.

"Berdasarkan bagian utama literatur di bidang ini, kita tahu bahwa produk rambut yang dipasarkan langsung ke anak-anak dan perempuan kulit hitam telah terbukti mengandung banyak bahan kimia yang terkait dengan hormon pengganggu, dan produk-produk yang dipasarkan untuk perempuan kulit hitam juga telah terbukti memiliki formulasi kimia yang lebih keras," lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Faktor Pendorong

Jackson juga menyebut perempuan kulit hitam cenderung menggunakan banyak produk secara bersamaan. "Hal ini dapat menyebabkan tubuh perempuan kulit hitam mengandung bahan kimia yang mengganggu hormon," tambahnya.

Para peneliti tidak mengumpulkan informasi tentang merek atau bahan dalam produk rambut yang digunakan para perempuan. Namun, mereka menulis di makalah bahwa beberapa bahan kimia yang diidentifikasi dalam pelurus dapat berkontribusi pada peningkatan risiko kanker rahim yang diamati dalam penelitian mereka.

"Sepengetahuan kami, ini adalah studi epidemiologi pertama yang meneliti hubungan antara penggunaan pelurus rambut dan kanker rahim," kata Alexandra White, kepala kelompok National Institute of Environmental Health Sciences Environment and Cancer Epidemiology dan penulis utama studi tersebut, dalam rilis pada Senin, 17 Oktober 2022.

"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini pada populasi yang berbeda, untuk menentukan apakah produk rambut berkontribusi terhadap kesenjangan kesehatan pada kanker rahim, dan untuk mengidentifikasi bahan kimia tertentu yang dapat meningkatkan risiko kanker pada perempuan," tambahnya.

4 dari 4 halaman

Zat di Pelurus Rambut

Beberapa zat yang ditemukan dalam produk pelurus rambut, terutama yang paling sering digunakan dan dipasarkan untuk perempuan kulit hitam dan Latin, adalah bahan kimia pengganggu hormon, kata Tamarra James-Todd, ahli epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health, yang tidak terlibat dalam studi baru. Ia secara terpisah telah memimpin beberapa penelitian awal yang menemukan hubungan antara produk rambut dan kanker.

"Mereka memodifikasi proses hormonal normal tubuh kita. Jadi, masuk akal untuk melihat kanker yang dimediasi secara hormonal," katanya sekaligus menambahkan bahwa bahan kimia pengganggu hormon dapat berdampak pada bagian tubuh lainnya juga.

"Tantangannya adalah bahwa dampak bahan kimia ini mungkin tidak terbatas pada proses hormonal, tetapi juga dapat berdampak pada sistem lain, termasuk sistem kekebalan dan pembuluh darah kita. Memahami bagaimana bahan kimia ini bekerja di luar sistem hormonal masih merupakan bidang penelitian yang baru dan berkembang," kata James-Todd kepada CNN.

Ia melanjutkan, "Bisa jadi cara kerja bahan kimia ini adalah dengan mengubah tidak hanya respons hormonal, tetapi juga dengan mengubah respons imun atau bahkan vaskular. Semua proses ini terkait dengan kanker."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.