Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Kepulauan Sula, Punya Festival Mancing yang Raih Rekor MURI

Festival Maksaira merupakan agenda tahunan yang digelar Kepulauan Sula, Maluku Utara, yang salah satu agendanya adalah memancing.

Liputan6.com, Jakarta - Kepulauan Sula adalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Kabupaten Kepulauan Sula dengan ibu kota Sanana terletak paling selatan di wilayah Maluku Utara. Jarak dari Kota Ternate, ibu kota provinsi, sekitar 284 km, dan dapat ditempuh melalui penerbangan udara dan pelayaran laut.

Kabupaten Kepulauan Sula awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Halmahera Barat, bersama-sama dengan Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan. Jumlah penduduk di Kepulauan Sula adalah 138.966 jiwa pada 2021. Luas wilayah daratan Kabupaten Kepulauan Sula, yakni 13.732,7 km persegi, terdiri dari dua pulau besar: Pulau Sulabesi dan Pulau Mangole, serta terdiri dari 17 pulau sedang dan kecil

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Kepulauan Sula. Berikut enam fakta menarik seputar wilayah tersebut yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin, 29 Agustus 2022.

 

1. Daerah Perkebunan

Sula merupakan daerah agraris, khususnya perkebunan. Dari tanah Sula dihasilkan kelapa, cengkih, pala, dan kakao, selain produk tanaman pangan seperti padi ladang, ubi kayu, dan ubi jalar yang produksinya tergolong besar.

Pulau Sulabesi dan Pulau Mangoli, dua pulau besar di Kabupaten Kepulauan Sula, menghasilkan komoditas perkebunan, seperti kelapa, cengkih, pala dan kakao. Selain daratan, Sula juga masih menyimpan potensi hasil laut.

Mata pencaharian penduduk yang utama, selain berkebun, adalah mencari ikan. Dengan luas lautan mencapai kurang lebih 14.500 km persegi atau 60 persen dari total wilayahnya dan secara geografis mengelilingi wilayah-wilayah daratannya, bisa dikatakan kabupaten ini menyimpan potensi perikanan yang cukup besar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

2. Festival Maksaira

Festival Maksaira merupakan agenda tahunan yang digelar Kepulauan Sula sejak 2016. Kegiatan utamanya adalah memancing. Kegiatan memancing ini merupakan budaya dan kearifan lokal di Kepulauan Sula, sehingga pemerintah setempat ingin memperkenalkannya ke seluruh masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia, termasuk soal potensi wisata.

Tak hanya memancing, festival ini biasanya juga menampilkan berbagai kesenian dan budaya khas Kepulauan Sula. Acara berlangsung dari pagi sampai malam hari yang diakhiri dengan bakar ikan bersama dan panggung hiburan.

Pada 2018, festival ini memecahkan rekor MURI untuk aktivitas memancing ikan kerapu dengan hasil tangkapan terbanyak, yaitu sekitar 1.500-an ekor ikan kerapu. Secara filosofis, Maksaira dalam pengertian lokal mempunyai makna sebagai pertemuan para tokoh adat yang melaksanakan musyawarah untuk mencapai suatu mufakat menggagas persatuan dalam pembangunan dan mencerminkan semangat gotong-royong.

Maksaira merupakan budaya masyarakat Sula yang berasal dari kehidupan masa lalu para leluhur. Maksaira juga merupakan penyampaian aspirasi masyarakat yang diwakili tokoh adat dari masing-masing keterwakilan, serta sebagai wadah pemersatu bagi seluruh masyarakat Sula.

3 dari 6 halaman

3. Batik Xoela

Tiap daerah di Indonesia punya kain atau motif khas pada pakaiannya, tanpa terkecuali Kepulauan Sula. Daerah ini juga memiliki batik khas dengan motif yang sangat indah, yaitu Xoela.

Kata "Xoela" merupakan nama lain dari Kepulauan Sulabesi di masa penjajahan Belanda. Batik Xoela memiliki lebih banyak warna, tidak terlalu monoton, dan punya keunikan tersendiri.

Batik ini dibuat dengan teknik membatik pada umumnya, yakni dilakukan masyarakat Kepulauan Sula dan tidak menggunakan teknik print. Sebagian besar motif pada Batik Xoela terinspirasi dari kekayaan alam daerah tersebut.

Berkerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara, desainer Lenny Agustin pernah menghadirkan koleksinya, Wansosa, di atas panggung Jakarta Fashion Week 2019 pada 25 Oktober 2018. Dalam pembuatan batik, Lenny melatih 23 perajin batik di Sula untuk menghasilkan kain batik khas ini. Wujud lebah, sarang, lingkungan, maupun madu dituangkan Lenny ke dalam blus berpotongan unik, rok bervolume dan asimetris, jaket oversized, serta terusan.

4 dari 6 halaman

4. Madu Sula

Jika sedang berlibur pada bulan Februari atau Mei ke Kepulauan Sula, Anda bisa menjadikan madu asli Sula sebagai buah tangan untuk keluarga di rumah. Madu ini dihasilkan langsung oleh lebah-lebah liar di perbukitan kepulauan ini. Keunikan madu ini adalah tidak mengundang kerumunan semut, sehingga lebih aman untuk disimpan.

Tekstur madunya juga berbeda dengan madu pada umumnya, karena lebih kental dan warnanya pun lebih gelap. Seperti madu pada umumnya, madu asli Sula juga memiliki aroma manis yang segar. Pengemasan madu ini pun sudah modern, sehingga lebih mudah dibawa.

Biasanya, madu asli Sula dikemas pada botol kaca dan diberi label. Selain itu, produk madu ini juga tidak mudah tumpah jika ditaruh di dalam gelas atau botol saat dimiringkan. Itu diklaim sangat aman dikonsumsi, mulai dari anak-anak hingga orangtua, karena khasiat madu memang sudah dikenal sejak lama.

5 dari 6 halaman

5. Potensi Wisata

Beberapa tahun lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pernah mengklaim bahwa Kepulauan Sula sangat ideal untuk dikembangkan sebagai wisata bahari dan wisata minat khusus untuk para pencinta wisata selam, seperti halnya Wakatobi dan Raja Ampat. Kepulauan Sula sendiri memiliki banyak potensi keindahan alam, mulai Telaga Kabau, Pulau Kucing, Air Terjun Wailau, Air Terjun Waitina, Selat Capalulu, hingga Pulau Pagama.

"Selat Capalulu itu hanya ada Kepulauan Sula, itu arus laut terkuat di dunia. Air bisa miring, di dalamnya ada pusaran, di bawahnya ada karang-karang. Bahkan diceritakan dulu pernah ada perahu yang tersedot. Di situ juga ada kampung nelayan," kata Hendrata Thes, mantan Bupati Kepulauan Sula.

Tak hanya itu, Kepulauan Sula juga menjadi tempat yang nyaman bagi penyu untuk bertelur. Hendrata mengatakan, di Kepulauan Sula, penyu bisa melahirkan dua kali lebih banyak dari daerah lain.

Bukan hanya destinasi wisata alam, Kepualauan Sula juga memiliki beberapa bangunan kuno yang kini menjaqdi situs wisata sejarah. Beberapa di antaranya adalah De Verwachting Alting, Air Santosa, Batu Gadis, Situs Makam Imam Jawa, dan Tanjung Mata Aya Bo Fat Tina.

Meski Kepulauan Sula punya banyak potensi wisata, nyatanya untuk sampai ke lokasi ini bukanlah perkara yang mudah. Minimnya sarara bandara membuat lokasi ini belum bisa dijangkau dengan pesawat berpenumpang banyak.

6 dari 6 halaman

6. Kuliner Khas Kepulauan Sula

Kepulauan Sula termasuk kabupaten yang terkenal kaya akan ragam kuliner. Salah satunya adalah sayur merah yang biasa disebut uta mia. Makanan ini sangat populer dan favorit di kalangan masyarakat setempat.

Ciri khas dari kuliner ini adalah menggunakan sayur yang bentuknya seperti jamur merah. Sayur ini punya rasa yang lezat, bahkan boleh jadi jenis sayur yang satu ini hanya tumbuh di Maluku Utara saja. Sayur merah adalah tumbuhan musiman, sehingga hanya bisa ditemukan di saat tertentu saja, terutama di musim hujan.

Selain itu, ada garopa rica. Rasanya yang gurih dengan aroma yang nikmat seakan siap menggoyang lidah Anda. Bahan utama dari menu khas ini adalah ikan garopa yang mungkin terdengar asing di benak Anda, tapi rasanya sangat nikmat.

Ada juga talam sagu bakar, camilan khas Maluku Utara yang terbuat dari bahan dasar sagu rangi. Selain sagu, bahan yang digunakan untuk membuat camilan ini adalah tepung beras, kacang brenobon, gula merah, kacang merah, kenari, mentega, dan rempah khas Indonesia. Kuliner khas lainnya adalah halua kenari, sambal kena kewahi, sinoli, tude bakar, dan pisang goreng sambal roa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.