Sukses

Turis yang Nekat Berbikini di Destinasi Wisata Ternama Italia Diancam Denda Rp7,6 Juta

Perilaku turis yang nekat berbikini di destinasi wisata itu dinilai warga lokal Italia bertentangan dengan nilai kesopanan.

Liputan6.com, Jakarta - Lain lubuk, lain ikannya. Pepatah itu wajib jadi patokan turis asing yang berkunjung ke Sorrento, destinasi wisata populer di Italia, yang baru saja membuat aturan denda bagi mereka yang berbikini.

Wali Kota Sorrento, Masimo Coppola mengatakan kebiasaan turis mengekspos kulitnya secara terbuka telah mengecewakan warga lokal. Ia pun memperingati mereka denda sebesar 425 poundsterling atau setara dengan Rp6,45 juta.

Dikutip dari laman The Sun, Jumat, 8 Juli 2022, Coppola mengatakan, "Perilaku itu dilihat oleh sebagian besar orang bertentangan dengan kesopanan dan kesopanan menjadi ciri hidup bersama yang beradab."

"Situasi ini menyebabkan ketidaknyamanan dan kegelisahan di antara penduduk dan pengunjung, yang dapat menyebabkan penilaian negatif atas kualitas hidup di kota kami, dan menimbulkan konsekuensi pada citra dan juga pariwisata."

Aturan ketat itu didukung oleh sejumlah warga kota. Jurnalis lokal Max Tamanti menggambarkan penggunaan pakaian renang di tempat publik sebagai 'arak-arakan yang mengerikan'.

Faktanya, bukan hanya Sorrento yang melarang bikini dipakai di tempat umum. Destinasi liburan lain di Italia juga menerapkan aturan serupa. Praia a Mare di Calabria telah melarang siapapun berbusana tidak pantas, juga melarang berjalan tanpa alas kaki. 

Hal yang sama berlaku di Kota Rapallo, Liguria. Otoritas bahkan memasang peringatan agar turis berpakaian patut saat berada di kota tersebut. Sejumlah pantai di Italia juga menetapkan tarif bagi turis yang ingin berjemur di pantai mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Di Spanyol dan Arab Saudi

Selain Italia, sejumlah tempat di Spanyol juga memperkenalkan aturan berbusana renang baru pada musim panas ini. Di Barcelona, warga dan turis hanya bisa mengenakan bikini di pantai. Mereka yang kedapatan mengenakannya di pusat kota akan dikenai denda hingga 260 pound sterling atau setara dengan Rp4,6 juta.

Bila Eropa mengetatkan penggunaan bikini, Arab Saudi justru mulai melonggarkan penggunaan bikini di tempat umum. Pemerintah setempat telah membuka tempat wisata pantai, bahkan dengan para wanita diizinkan untuk menggunakan bikini di sana dan musik disetel dengan pengeras suara. 

Dikutip dari laman France 24, Jumat (29/10/2021), sebelum aturan itu berlaku, pantai biasanya masih dipisahkan antara pria dan wanita. Hal ini pun dirasakan seorang warga bernama Asma, yang sebelumnya tidak terpikirkan bisa pergi ke pantai dengan pacarnya sampai saat ini di Arab Saudi yang sangat konservatif.

"Saya senang bahwa saya sekarang bisa datang ke pantai terdekat untuk menikmati waktu saya," katanya kepada AFP.

"Ini adalah lambang kesenangan ... itu adalah impian kami untuk datang ke sini dan menghabiskan akhir pekan yang indah."

3 dari 4 halaman

Sampah Bikini

Secara global, konsumen menghabiskan 2,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (Rp388 miliar) untuk bikini pada paruh pertama 2021. Angka ini melonjak 19 persen dari periode yang sama pada 2019, menurut analis industri di perusahaan riset pasar NPD Group, melansir SCMP, Agustus 2021

Selama beberapa dekade terakhir, sebagian besar bikini dibuat dari bahan spandeks. Material berbasis minyak bumi ini dengan cepat jadi standar dalam industri pakaian jadi. Pada 2017, poliester dan spandeks mendominasi sekitar 65 persen material, menurut Allied Market Research.

Sayang, kebanyakan bikini bekas guna biasanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). "Spandeks adalah bahan yang sangat sulit didaur ulang," kata Shannon Bergstrom, manajer merek keberlanjutan di perusahaan pengelolaan limbah Recycle Track Systems.

Serat sintetis terlalu pendek untuk proses mekanis, seperti menyortir, dan tidak ada metode kimia yang efektif untuk memulihkan bahan tersebut. Konsumen selalu dapat menyumbangkan atau menjual kembali bikini, tapi tidak ada jaminan akan ada pembeli, bahkan jika masih ada label baru. "Saya berharap perusahaan akan mengambil bagian untuk menciptakan solusi," tambah Bergstrom.

4 dari 4 halaman

Material Populer

Sejumlah label mencoba merancang koleksi dari bahan yang dianggap lebih berkelanjutan. Salah satunya Lini EcoMade Perusahaan Lycra yang meramu koleksi dari potongan spandeks, serta campuran polietilen tereftalat daur ulang. Sedangkan, Speedo menjual setelan suped-up dalam spandeks tahan klorin dan serat Xtra Life Lycra yang diklaim lebih awet dari serat konvensional, sehingga menghasilkan lebih sedikit limbah.

Material yang paling populer sekarang adalah Econyl. Ini merupakan produksi perusahaan teknik Jerman, Aquafil, yang mendaur ulang jaring ikan dari lautan dan karpet industri dari TPA untuk dipintal jadi benang.

Dana Davis, kepala bidang keberlanjutan Mara Hoffman, mengaku pakaian renang memang jadi tantangan terbesar mereka. Perusahaan mendesain bikini dengan Econyl and Repreve, serat kinerja dari bahan daur ulang seperti botol plastik. Mereka juga akan segera bekerja dengan nilon daur ulang lain yang disebut Q-Nova.

"Kami tidak menggunakan bahan bakar fosil virgin," kata Davis. "Tapi jujur saja, ini bukan akhir segalanya. Tidak ada cara untuk mengumpulkan bikini dan mendaur ulangnya jadi bikini lain."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.