Sukses

6 Fakta Menarik Kabupaten Kediri, Punya Cerobong Asap Tertinggi di Indonesia Berjuluk Monas Jawa

Cerobong asap pabrik gula di Desa Butuh, Kabupaten Kediri merupakan cerobong asap tertinggi se-Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Kediri dalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Pusat pemerintahannya sebelumnya di Kota Kediri. Sejak masa pemerintahan Bupati Kediri Sutrisno pada 2000, ibu kota kabupaten secara de jure berada di Kecamatan Ngasem, meski wacana pemindahan ke Kecamatan Pare sudah disuarakan sejak lama. 

Kabupaten Kediri berbatasan dengan Kabupaten Jombang di sebelah utara, Kabupaten Malang di timur, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung di selatan, serta Kabupaten Nganjuk di barat dan utara. Kota Kediri menjadi daerah kantong atau enklave dari Kabupaten Kediri. Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah 1.523,97 km persegi yang terbagi menjadi 26 kecamatan. Pada 2020, penduduk kabupaten ini berjumlah 1.635.294 jiwa dengan kepadatan 1.073 jiwa/km persegi.

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Kediri. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Kediri yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Asal Nama Kediri

Melansir laman resmi Kabupaten Kediri, nama Kediri diambil dari kata "Kedi" yang berarti mandul atau wanita yang tidak mendapat datang bulan. Dalam kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, Kedi berarti orang kebiri bidan atau dukun. Kedi juga berarti suci jika berdasarkan lakon wayang. Sementara, "diri" berarti adeg, anghdiri, menghadiri atau menjadi raja.

Hal ini tercantum dalam Prasasti Wanua pada 830 saka. Ahli lembaga Javanologi, Soekarton Kartoadmodjo berpendapat nama Kediri tidak ada kaitannya dengan "Kedi" maupun tokoh "Rara Kilisuci". Namun, nama Kediri berasal dari kata "diri" yang berarti adeg (berdiri) yang mendapat awalan "Ka" yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti "Menjadi Raja".

2. Gunung Kelud

Gunung Kelud adalah sebuah gunung berapi yang tergolong aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, kira-kira 35 km sebelah timur pusat Kota Kediri dan 25 km sebelah utara pusat Kota Blitar.

Sejak 1000 Masehi, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan terakhir Gunung Kelud terjadi pada 2014. 

Menuju kawasan puncak Gunung Kelud sejak tahun 2004 hubungan jalan darat telah diperbaiki untuk mempermudah para wisatawan serta penduduk. Gunung Kelud telah menjadi objek wisata Kabupaten Kediri dengan atraksi utama adalah kubah lava.

Di puncak Gajahmungkur dibangun gardu pandang dengan tangga terbuat dari semen. Pada malam akhir pekan, kubah lava diberi penerangan lampu berwarna-warni. Selain itu, telah disediakan pula jalur panjat tebing di puncak Sumbing, pemandian air panas, serta flying fox.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Monumen Simpang Lima Gumul

Monumen Simpang Lima Gumul atau biasa disingkat SLG adalah salah satu bangunan yang menjadi ikon Kabupaten Kediri yang bentuknya menyerupai Arc de Triomphe yang berada di Paris, Prancis. SLG mulai dibangun pada 2003 dan diresmikan pada 2008, yang digagas oleh Bupati Kediri saat itu, Sutrisno.

Bangunan ini terletak di Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, tepatnya di pusat pertemuan lima jalan yang menuju ke Kota Kediri, Pagu, Pare, Pesantren dan Plosoklaten, Kediri. Beberapa sumber menyebutkan pendirian monumen ini dikarenakan terinspirasi dari Jongko Jojoboyo, raja dari Kerajaan Kediri abad ke-12 yang ingin menyatukan lima wilayah di Kabupaten Kediri

Monumen Simpang Lima Gumul berlokasi di kawasan yang strategis dan dilengkapi dengan beragam sarana umum, seperti gedung pertemuan, gedung serbaguna, Bank daerah, terminal bus antarkota dan MPU (Mobil Penumpang Umum), pasar TuGu (Sabtu-Minggu) dan sarana rekreasi seperti wisata air Water Park Gumul Paradise Islanda dan juga Taman Hijau SLG. Di Taman Hijau SLG tersebut terdapat Lokomotif uap sebagai salah satu tempat untuk berswafoto

4. Monas Jawa

Cerobong asap pabrik gula di Desa Butuh, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri merupakan cerobong asap tertinggi se-Indonesia. Peninggalan kolonial Belanda itu dibangun sekitar 1800-an. Cerobong asap ini kemudian dikenal dengan nama Monas Jawa.

Tinggi cerobong asap pabrik gula yang terletak di Kabupaten Kediri selatan itu sekitar 100 meter. Konon, dalam proses pembangunan cerobong asap itu, banyak orang Indonesia yang menjadi korban jiwa karena jatuh dari ketinggian. Pada zamannya, pabrik gula itu merupakan pabrik gula terbesar di Indonesia.

Sementara, pabrik gula itu juga merupakan pabrik gula terbesar di Indonesia pada zamannya. Pabrik gula di bagian selatan Kabupaten Kediri itu hancur pada masa pertempuran antara Belanda melawan pribumi Indonesia. Meskipun bangunan pabrik sudah hancur, cerobong asapnya masih berdiri kokoh. Kini, bangunan yang diarsiteki oleh orang Belanda itu ditetapkan sebagai bangunan bercagar budaya.

3 dari 4 halaman

5. Kuliner Khas Kediri

Kabupaten Kediri terkenal dengan Soto Branggahan. Kekhasan soto ini terletak pada piranti makan yang menggunakan mangkuk kecil seperti mangkuk bubur China kuno dan sendok bebek berbahan baja anti-karat. Soto Branggahan berkuah santan yang dicampur kemiri. Kuahnya tidak bening dan rasanya gurih.

Selain soto branggahan, kuliner khas lainnya yang dapat Anda temukan di Kabupaten Kediri antara lain Sate Bekicot, Ayam Bakar Bangi, Tahu kuning GTT, Soto Kediri, Tahu Takwa, Gethuk Pisang, Nasi Goreng Arang dan Krengsengan Bekicot.

6. Seni Jaranan

Seni Jaranan Kediri atau dengan nama lain Kuda Lumping dan Kuda Kepang merupakan kesenian khas Kediri. Meski ada pengaruh dari Ponorogo, kesenian ini berakar kuat dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Kediri. Kesenian ini menggambarkan tentang kegagahan pasukan berkuda masa kerajaan yang bertugas membasmi kejahatan.

Seni jaranan ini menggunakan peralatan tari berupa kuda kepang (kuda yang terbuat dari anyaman bambu), bentuk celeng (babi hutan), dan topeng Caplokan. Dalam frame penampilannya, penari jaranan akan tampil pertama kali dan menari menggunakan kuda kepang dan diiringi instrumen gamelan.

Gerak tari yang ditampilkan merupakan gerak dinamis yang sesuai dengan irama gamelan pengiringnya. Penampilan selanjutnya muncul sosok penari Caplokan dari penari babi hutan sehingga terjadi pertarungan di antara ketiganya.

4 dari 4 halaman

4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.