Sukses

7 Karya Warisan Budaya Takbenda Indonesia Asal Bali (Bagian 3)

Tari klasik sampai makanan tradisional mengisi bagian ketiga karya budaya asal Bali yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Bukan rahasia lagi jika Bali kaya akan budaya, adat istiadat, serta perayaan. Tidak heran sederet di antaranya telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021.

Pada bagian ketiga ini akan merangkum keseluruhan karya budaya asal Bali. Daftar didominasi dengan keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional, adat istiadat msyarakat, hingga perayaan. Simak selengkapnya seperti dikutip dari laman resmi Warisan Budaya Kemdikbud, Selasa (16/11/2021).

1. Gambuh Bungkulan

Grambuh adalah drama tari klasik Bali yang kaya gerak dan dianggap sumber berbagai tarian klasik Bali. Pertunjukan ini berbentuk total teater karena berpadu seni suara, seni drama, seni tari, seni rupa, dan sastra.

Gambuh diiringi gamelan Penggambuhan yang berlaras pelog Saih Pitu (tujuh nada). Drama tari Gambuh Pura Sari abangan Banjar Ancak Desa Bungkulan diyakini telah ada sekitar 300 tahun silam.

2. Mandolin

Perintis alat musik mandolin adalah pria bernama Sekar di Desa Pupuan. Ia berinovasi dari alat musik kecapi yang dibawa masyarakat keturunan China di Desa Pupuan sekitar tahun 1920.

Instrumen ini biasa dimainkan di gubuk tengah sawah untuk mengusir burung-burung yang mengganggu padi. Suaranya sangat nyaring dan ramai.

Seiring waktu, beberapa petani membuat Sekaa Demen dengan menambahkan kendang, suling, dan teng-teng. Maka itu, tercipta instrumen yang menghasilkan harmoni yang ramai saat dimainkan di tengah sawah.

3. Tari Baris Babuang

Tari Baris Babuang berasal dari Desa Batu Lantang, Desa Sulangai, Kecamatan Petang. Tarian klasik ini disakralkan oleh masyarakat desa ini sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

4. Mecaru Mejaga-jaga

Tradisi Mecaru Mejaga-jaga digelar bertepatan dengan Tilem Sasih Karo di Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa, Kelurahan Semarapura Kaja, Kabupaten Klungkung. Tradisi tahunan ini digelar untuk mencegah malapetaka bagi warga desa.

Fungsi dari pelaksanaan tradisi ini dapat dilihat dari beberapa aspek fungsi dalam kehidupan sosial, keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, serta fungsi dalam memperkuat solidaritas.

5. Ngrebeg Tegallalang

Ini adalah ritual menggunakan sarana kayu yang dimainkan secara bersama-sama untuk merayakan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Ritual mekotek biasanya dilakukan di halaman Pura Desa oleh remaja pria atau bapak-bapak.

Tradisi yang juga dikenal dengan istilah ngerebek ini dilakoni warga secara turun-temurun sejak 1932. Di awal, makotek menggunakan tombak yang terbuat dari besi, namun seiring perkembangan zaman dan untuk menghindari peserta yang terluka, sejak 1948, tombak besi mulai digantikan tombak dari bahan kayu pulet.

3 dari 4 halaman

6. Be Guling

Be Guling (babi guling) adalah makanan tradisional yang bahan mentahnya berasal dari babi yang masih muda. Awalnya, babi disembelih, disiram dengan air panas untuk dihilangkan kulitnya agar menjadi bersih.

Kemudian, perut babi dibelah 10 cm untuk mengeluarkan isi perutnya. Setelah itu, babi tersebut dicuci sampai bersih dan ditusuk dengan kayu tusukan sambil memasukkan bumbu yang disiapkan.

Babi lantas diguling (dipanggang) di atas api pemanggangan dengan memutar-mutar kayu penusuknya, agar matang secara rata. Dalam proses ini, nyala api dikontrol dengan cara dikipasi agar babi tidak cepat gosong.

7. Meteruna Nyoman

Ini adalah proses pendidikan dan pembelajaran untuk anak laki-laki Tenganan Pegringsingan. Anak-anak tersebut wajib selama delapan bulan pertama semedi di seluruh pura di Tenganan.

Mereka lantas digunduli dan diasmarakan selama setahun penuh. Pada saat masuk asmara, anak-anak akan berlahar tata krama hingga upacara dan selama itu pula tidur beralas tikar.

4 dari 4 halaman

Infografis Wayang Potehi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.