Sukses

Sosok Laurel Hubbard, Atlet Transgender Pertama yang Berlaga di Olimpiade Tokyo 2020

Keikutsertaan Laurel Habbard, atlet transgender asal Selandia Baru, di nomor putri Olimpiade Tokyo 2020 menuai pro kontra.

Liputan6.com, Jakarta - Atlet angkat besi asal Selandia Baru bernama Laurel Hubbard akan bertanding di Olimpiade Tokyo 2020 pada Senin, 2 Agustus 2021. Keikutsertaannya bakal tercatat sebagai laga atlet transgender pertama dalam sejarah Olimpiade.

Dilansir dari Independent, Jumat (30/7/2021), atlet transgender ini akan turun di nomor +87 kilogram putri Olimpiade Tokyo 2021. Pertandingan tersebut akan berlangsung di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang.

"Saya berterima kasih pada kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada saya oleh begitu banyak warga Selandia Baru," katanya.

Hubbard melanjutkan, saat lengannya patah di Commonwealth Games tiga tahun lalu, ia diberitahu karier olahraganya kemungkinan akan berakhir. "Namun, dukungan Anda, dorongan Anda, dan aroha (cinta) Anda membawa saya melalui kesuraman," tambah atlet 43 tahun tersebut.

Keikutsertaan atlet transgender ini jadi topik yang ramai diperbincangkan. Kecil kemungkinan perdebatan akan berakhir setelah keterlibatannya di Tokyo dan perubahan kebijakan saat ini diprediksikan akan dipertimbangkan. 

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mendukung penyertaan Hubbard dalam tim negaranya untuk Olimpiade. "Semua pihak di sini hanya mengikuti aturan," katanya.

Atlet transgender ini beralih dari pria ke perempuan dan memulai terapi hormon pada 2012. Setelah berkompetisi dalam pertandingan pria di Selandia Baru sebagai junior, Hubbard mulai bertanding secara internasional pada 2017.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kritik Kebijakan

Sementara itu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengubah pedoman keikutsertaan atlet transgender pada 2015. Aturan ini memungkinkan atlet yang beralih dari pria ke perempuan untuk bersaing dalam kategori putri.

Syaratnya, tingkat testeron total mereka dijaga di bawah 10 nanomol per liter selama setidaknya 12 bulan, tanpa memerlukan operasi untuk mengangkat alat kelamin mereka.

Kritik terhadap kebijakan tersebut mengklaim bahwa Hubbard, dan atlet transgender lain, menyebabkan ketidakadilan. Mereka mengutip makalah yang menunjukkan bahwa orang yang telah mengalami pubertas laki-laki cenderung unggul secara kekuatan.

3 dari 4 halaman

Tuai Pro Kontra

Rekan-rekan pesaing tampak terpecah dalam masalah ini. Charisma Amoe-Tarrant dari Australia menyatakan dukungan atas keterlibatan Hubbard. Namun, Anna Vanbellinghen dari Belgia, yang juga akan bertanding melawan Hubbard di Tokyo, menggambarkan situasinya sebagai "seperti lelucon."

"Siapa pun yang pernah berlatih angkat besi di level tinggi tahu dalam hati mereka, bahwa situasi khusus ini tidak adil untuk olahraga dan para atlet," kata Vanbellinghen.

Menjelang Commonwealth Games 2018, federasi angkat besi Australia mencoba melarang Hubbard dari kompetisi, tapi diadang penyelenggara. Hubbard kemudian terpaksa mundur karena cedera.

4 dari 4 halaman

Infografis Olimpiade Tokyo 2020

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.