Sukses

Panduan Membeli Produk Ekolabel supaya Terhindar dari Penjual Nakal

Produk ekolabel sering kali jadi solusi bagi konsumen yang ingin memilih barang dengan dampak lingkungan lebih minim.

Liputan6.com, Jakarta - Membeli barang ekolabel jadi salah satu prinsip konsumen ramah lingkungan yang digaungkan Yayasan WWF Indonesia dalam kampanye "Beli yang Baik." Jadi, siklus konsumsinya tidak hanya menguntungkan manusia, namun juga alam.

Ekolabel sendiri, melansir laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kamis, 22 April 2021, merupakan label, tanda, atau sertifikat yang menyatakan suatu produk punya dampak lingkungan minim dalam daur hidupnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa daur hidup produk mencakup perolehan bahan baku, proses pemuatan, pendistribusian, pemanfaatan, pembuangan, serta pendaurulangan.

"Informasi ekolabel ini digunakan pembeli atau calon pembeli untuk memilih produk yang diinginkan berdasarkan pertimbangan aspek lingkungan. Di lain pihak, penyedia produk mengharapkan penerapan label lingkungan dapat memengaruhi keputusan pembelian produk," terang pihaknya.

Prinsip ini sejalan dengan apa yang diuraikan Lukas Adhyakso, COO Yayasan WWF Indonesia, yang menyarankan sebaiknya konsumen memilih produk dengan skema ketertelusuran yang baik.

"Bisa juga dengan lihat brand-nya. Biasanya setiap brand sudah punya citra masing-masing," katanya dalam jumpa pers virtual, Selasa, 20 April 2021. "Tapi, kalau mau lebih mengulik, bisa cek registrasi ekolabelnya."

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jaga Produk Petani

Ketelitian dalam membeli, kata Lukas, sangat penting untuk menghindari siasat para penjual nakal. "Karena tidak bisa dielak juga bahwa sempat ada kasus beberapa produsen nakal yang memalsukan ekolabel produk mereka," ucapnya.

Ia menyambung, bagi siapa pun yang menemukan produk tersebut, disarankan untuk segara mengekspos penemuan yang dimaksud. Pasalnya, cara pemasaran seperti itu, di samping merugikan pelanggan, juga acap kali berdampak negatif bagi petani.

"Misal, sayuran organik. Itu kan punya teknik tersendiri bagaimana sampai memanen sayur dalam kategori itu, dan semua upaya tersebut dilakukan petani. Jadi tidak adil kalau ada yang tahu-tahu memalsukan ekolabel sayur organik," imbuh Lukas.

3 dari 3 halaman

7 Tips Aman Belanja di Pasar Saat Pandemi COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.