Sukses

Jelajah Singkat ke Kepri Coral, Tempat Wisata Hits di Pulau Pengalap Batam

Kepri Coral menempati area seluas 370 hektare di Pulau Pengalap, Batam. Mau wisata alam hingga bahari, semua bisa dilakoni.

Liputan6.com, Jakarta - Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), khususnya Batam, memiliki sederet wisata bahari yang sayang untuk dilewatkan. Salah satu yang sedang naik daun adalah Kepri Coral yang berlokasi di Pulau Pengalap.

Destinasi wisata yang rencananya akan dijadikan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata itu memiliki beragam atraksi. Saya berkesempatan menjelajahinya dalam trip setengah hari bersama rombongan Famtrip Dinas Pariwisata Kepri, pertengahan Maret 2021.

Perjalanan menuju Kepri Coral memakan waktu sekitar 2,5 jam dari pusat kota. Selain berkendara melewati sekitar tiga jembatan, kami juga harus menyeberang pulau dari Terminal KPC Batam. Kapal ferry berukuran sedang dari Kepri Coral sudah bersandar saat rombongan kami tiba.

Setiba di lokasi, kami diajak menjelajahi sisi lain Kepri Coral. Titik pendaratan kapal bukanlah tempat biasanya yang berada di depan Club House, melainkan di dekat kawasan hutan mangrove. Di titik itu terlihat pembangunan pendaratan kapal yang rencananya akan dioperasikan untuk menerima kunjungan wisatawan langsung dari Singapura dan Malaysia.

Kawasan hutan mangrove lah yang kami tuju pertama. Gerbang kayu disertai papan bertuliskan Hutan Mangrove menyambut kami di ujung. Suasana di dalam hutan mangrove yang adem kontras dengan tepian pantai yang terik. Rasanya betah berlama-lama di dalam.

Terlebih, suasananya dibangun seasri dan se-Instagramable mungkin. Terdapat beberapa spot nongkrong yang dibuat di atas air. Ada yang berbentuk rumah panggung, ayunan, hingga bangku dan meja yang seluruhnya terbuat dari kayu. Desainnya estetik tanpa mengabaikan fungsi maupun kondisi ekologis.

Masih di area hutan mangrove yang didominasi pohon bakau, terdapat titian kayu yang cukup menantang nyali karena jalurnya sempit dan mengandalkan keseimbangan. Tersedia pula jembatan tali yang bisa dilewati sambil berpegangan pada tambang yang menggantung.  Ada pula area konservasi penyu sisik di sana yang ditanggapi antusias oleh pengunjung, selain berswafoto. Sayang, tak ada petugas yang menerangkan program konservasi tersebut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rumah Teletubbies di Dekat Kebun Binatang Mini

Hampir 20 menit berlalu, rombongan kami beranjak ke pusat Kepri Coral, yakni Club House, yang menjadi gerbang utama menyambut wisatawan. Di perjalanan menuju tempat itu, pandangan saya seakan tersihir dengan indahnya pantai kehijauan yang sudah lama tak didatangi. Apalagi sejak pandemi Covid-19, kesempatan berjalan-jalan semakin dibatasi untuk mencegah penularan Covid-19 meluas.

Di sisi berbeda, sederet kubah mirip rumah teletubbies berwarna-warni menarik perhatian. Ternyata, kubah itu adalah penginapan bagi tamu. Rudi, Manager Operasional Kepri Coral, menyebutkan terdapat 112 dome dan empat villa sebagai pilihan akomodasi bagi wisatawan. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan.

"Tamu yang di dome tidak bisa memasak, tetapi kami sediakan sarapan dan makan malam, sedangkan tamu yang berada di vila tidak kami siapkan makan malam karena mereka bisa masak sendiri. Ada dapur di vila. Tapi kalau mereka mau pesan makan, bisa," tuturnya.

Selain dua tipe akomodasi tersebut, ada pula 15 kamar hotel di atas kapal. Ke depan, menurut Rudi, pihaknya akan membangun hotel apung yang berkapasitas 150 kamar dengan fasilitas kolam air tawar sendiri. Juga, restoran seafood dengan kapasitas 1.500 pengunjung.

"Kepri Coral masih dalam taraf pembangunan. Membutuhkan waktu 10--12 tahun untuk semua program yang akan dijalankan. Karena pandemi, mungkin akan molor 1--2 tahun," jelas dia seraya menjelaskan Kepri Coral berdiri di atas lahan 370 hektare.

Salah satu yang perlahan-lahan dibangun adalah kebun binatang mini. Lokasinya sekitar sepuluh menit berjalan kaki dari area Club House. Sembari berjalan, ia menunjukkan beberapa kandang hewan, seperti kerbau, kancil, hingga tiba di kandang reptil dan burung. Hewan-hewan itu didatangkan dari luar Pulau Pengalap.

"Kita nggak bisa grasah-grusuh. Pelan-pelan," kata dia.

3 dari 4 halaman

Atraksi di Tengah Laut

Sejumlah fasilitas lain tersedia bagi wisatawan agar tak bosan. Salah satu yang terbaru adalah wahana flying fox sepanjang 300 meter. Menurut Rudi, wahana itu akan menjadi yang terpanjang di Kepulauan Riau yang melintas dari darat menuju laut. Sementara yang sudah tersedia adalah sepeda air, banana boat, dan sepeda. Namun, ia tak menjelaskan lebih lanjut bagaimana pengelolaannya selama pandemi Covid-19.

Wisatawan juga bisa snorkeling dan diving dari titik yang berjarak sekitar lima menit menumpang kapal. Lokasinya berada di sekitar restoran apung. Sementara yang tidak berniat untuk bermain air, bisa beranjak ke bawah kapal. Di sana, terdapat area berdinding kaca sehingga bisa melihat ikan-ikan yang berseliweran, seakan kita berada di akuarium.

Di sisi lain restoran, wisatawan juga bisa berinteraksi dengan hiu bodoh -sebutan petugas setempat- dan penyu sisik. Ada pula ikan kerapu raksasa yang disebut sebagai kertang oleh warga Kepri. 

"Disebut hiu bodoh karena dia itu rabun. Dia enggak akan menyentuh makanan kalau enggak disodorin langsung ke mulutnya," ujar perawat hiu tersebut.

Kepri Coral yang dibuka sejak 2019 itu sementara hanya bisa menerima wisatawan domestik. Pandemi membuat okupansi menurun drastis, tetapi belakang mulai kembali naik yang didominasi oleh gathering perusahaan. Lalu, bagaimana dengan penerapan protokol kesehatan dan sertifikasi CHSE-nya?

Rudi mengklaim, semua protokol berusaha ditaati, terutama dengan mewajibkan penggunaan masker dan pembatasan kapasitas. Sementara, sertifikasi CHSE disebutnya masih diurus. Liputan6.com juga mengecek ke laman chse.kemenparekraf.go.id dan menemukan Kepri Coral belum termasuk destinasi wisata yang sudah mendapat sertifikasi CHSE. Sertifikasi tersebut merupakan jaminan bahwa destinasi atau tempat wisata sudah menerapkan standar CHSE dan prokes ketat.

Selama beberapa saat di sana, terlihat sulit meminta para tamu untuk menjaga jarak aman maupun disiplin menggunakan masker dengan benar. Di sisi lain, tempat cuci tangan belum tersedia di setiap titik atraksi, seperti di hutan mangrove. Padahal, cuci tangan secara rutin bisa mengurangi risiko penularan Covid-19.

Tertarik untuk berkunjung ke sana? Siapkan sekitar Rp550 ribu untuk one day trip, dan sekitar Rp1 juta per malam untuk menginap di Kepri Coral sembari melepas penat.

4 dari 4 halaman

Infografis Libur Nasional dan Cuti Bersama 2021

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.