Sukses

Seberapa Penting Memantau Kualitas Udara Sebelum Berolahraga di Luar Rumah?

Tujuan dari pemantauan kualitas udara sebelum berolahraga bermaksud mencegah partikel udara particulate matter 2.5 (PM2.5), apa itu?

Liputan6.com, Jakarta - Beragam adaptasi kebiasaan baru muncul selama masa pandemi Covid-19 melanda dunia. Satu di antaranya adalah tingginya minat orang untuk lebih giat berolahraga guna meningkatkan imunitas tubuh.

Terkhusus untuk berolahraga di luar rumah, ada beberapa hal yang perlu jadi perhatian. Selain tetap menerapkan protokol kesehatan, memantau kualitas udara di tempat berolahraga juga tak kalah penting.

"Perhimpunan Dokter Paru Indonesia sudah pernah mengeluarkan press release tentang PM2.5, ketika orang akan berolahraga disarankan untuk mengecek berapa sih kadar PM2.5 di udara sekitar tempat ia akan berolahraga, itu yang kita sarankan," kata dokter spesialis paru, dr. Erlang Samoedro, Sp.P, dalam bincang virtual, Selasa, 17 November 2020.

Perlu diketahui, PM2.5 sendiri merupakan polutan particulate matter 2.5, debu yang berukuran sangat kecil. dr. Erlang menyebut, saking kecilnya PM2.5, penetrasi ke dalam saluran napas dapat sampai ujung paru.

"Memang ada sistem mekanisme untuk mengeluarkan debu-debu ini dari tubuh kita. Tapi, kalau banyak, sistem untuk pengeluaran di tubuh itu tak sebanding dengan udara yang masuk. Akibatnya terjadi penumpukan dan peradangan lokal di paru," tambahnya.

Dikatakan dr. Erlang, akibat penumpukan PM2.5 dapat berakibat kambuhnya penyakit tertentu, termasuk asma. "Karena sangat kecil, (PM2.5) masuk ke paru bisa berdifusi langsung ke pembuluh darah, ketika masuk akan beredar ke seluruh tubuh," katanya.

Hal tersebut juga dapat menimbulkan serangan-serangan terkait pembuluh darah, seperti serangan jantung dan stroke. "Pada ibu hamil juga sama, ketika PM2.5 sangat kecil sekali masuk ke dalam pembuluh darah beredar ke mana-mana, akhirnya banyak yang akan terkena, bahkan bisa ke janin lewat pembuluh darah," jelasnya.

Melihat tren olahraga outdoor di masa pandemi, membuat nafas, aplikasi untuk pemantauan data kualitas udara, mencoba mengamati data kualitas udara di Jabodetabek. Lewat data temuan, banyak lokasi yang kerap memiliki tingkat PM2.5 yang melebih ambang batas aman, yakni 100.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pantau Kualitas Udara

nafas memantau lima wilayah, yakni DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi selama 20 hari pada Agustus 2020. Adapun Bogor dan Jakarta Pusat adalah kota dengan pembacaan PM2.5 rata-rata rendah.

Dua daerah yang paling memprihatinkan adalah Tangerang Selatan dan Bekasi yang memiliki kualitas udara lima hari tidak layak untuk berjalan di luar selama lebih dari 30 menit. Adapun sampel ini diambil dari 46 sensor kualitas udara di wilayah Jabodetabek pada eksposur selama olahraga pagi, yakni pukul 05.00--09.00 WIB.

Temuan lain, rata-rata kualitas udara pada Jumat pagi di sebagian besar lokasi di Jabodetabek lebih baik dari hari-hari lainnya. Untuk wilayah Jakarta Pusat dan Tangerang, Kamis pagi memiliki kualitas udara terbaik selama seminggu. Beberapa hari dengan kualitas udara terburuk, yakni Minggu, Selasa, dan Rabu bergantung pada lokasinya.

"Kualitas udara yang buruk adalah masalah siklus hidup karena memengaruhi kesehatan manusia di semua tahap kehidupan kita bisa ada masalah wanita hamil, anak-anak, diri kita dan akibatnya pada asma, sesak napas, penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru, dan kematian dini," kata Piotr Jakubowski, Co-Founder and Chief Growth Officer Nafas.

Piotr melanjutkan, hal tersebut adalah masalah besar terkait polusi udara dan olahraga. Pasalnya saat berolahraga, orang mengambil napas lebih sering dan lebih mendalam. Lebih banyak udara yang dihirup, lebih banyak polusi udara yang dihirup pula.

Kendati demikian, Piotr menyebut, ada tiga langkah berolahraga di kota berpolusi tinggi. "Pertama, untuk olahraga aman, periksa dulu kualitas udara, gunakan aplikasi seperti nafas. Kedua, temukan PM2.5 yang 100 atau di bawah 100," ungkapnya.

"Ketiga, revisi rencana Anda untuk berolahraga. Kalau (PM2.5) di atas 100 lama waktu berolahraga bisa dikurangi, bisa lihat di maps, tempat olahraga bisa diganti, jam olahraga bisa diganti dari pagi ke malam, kalau ragu bisa pindah ke dalam ruangan," jelas Piotr.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.