Sukses

6 Alasan untuk Percaya Pola Makan Bisa Membawa Perubahan Kelestarian Hayati

Salah satu cara untuk merayakan Hari Keanekaragaman Hayati yaitu dengan berkontribusi melakukan bagian kita untuk bumi agar pulih.

Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 22 Mei diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Dunia. LSM perlindungan hewan di Indonesia mengajak masyarakat untuk menyadari hubungan antara kelestarian keanekaragaman hayati bumi dengan pola makan yang kita jalani.

Lebih dari 60 persen populasi mamalia, burung, ikan, dan reptil telah lenyap, dalam rentang waktu 1970 sampai dengan 2014 menurut laporan dari WWF, dan pola makan dengan produk hewani menjadi salah satu faktor penyebabnya.

"Ketidakseimbangan ini bukan hanya beresiko membahayakan hewan. Berkurangnya ekosistem alami juga berpengaruh pada ancaman kehidupan manusia di bumi, dimana hewan dan tumbuhan berperan penting dalam mengatur bumi yang kita tinggali melalui suhu, iklim, dan penyerbukan,” ungkap Dian Pitaloka, juru kampanye perlindungan hewan di Act For Farmed Animals, sebuah kampanye yang dilakukan oleh LSM Sinergia Animal dan Animal Friends Jogja.

Salah satu cara untuk merayakan Hari Keanekaragaman Hayati yaitu dengan berkontribusi melakukan bagian kita untuk bumi agar pulih.

Berikut enam alasan kenapa mengubah kebiasaan pola makan dan mengurangi konsumsi produk hewani merupakan salah satu kontribusi yang dapat kita semua lakukan.

1. Mencegah hilangnya habitat

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), 80 persen lahan pertanian di dunia digunakan untuk hewan ternak. Hal ini menyebabkan kerusakan yang signfikan terhadap hutan hujan, yang membahayakan satwa liar yang menjadi salah satu penyebab utama deforestasi di Hutan Amazon di Brazil dan Hutan Cerrado.

“Indonesia mengimpor kedelai dari Brasil untuk diberi makan ke hewan ternak. Saat kita mengurangi konsumsi produk daging, kita mengurangi permintaan jenis produk tersebut sehingga mengurangi beban lahan yang dipakai. Produksi sayur-sayuran untuk konsumsi manusia membutuhkan lahan yang jauh lebih sedikit,” terang Dian.

2. Tidak ada lagi pemusnahan hewan liar

Para peternak menganggap hewan liar sebagai ancaman untuk produksi mereka, contohnya bison, kangguru, zebra dan kerbau bersaing dengan hewan ternak untuk merumput, serta ular dan keluarga kucing besar yang memangsa hewan ternak.. Jika kita berhenti mengonsumsi daging, para peternak akan lebih berdedikasi untuk mengolah sayuran sedangkan hewan liar dapat hidup dengan bebas.

3. Dan, tentunya, tidak akan ada lagi hewan liar yang kelaparan

Untuk menjaga hewan liar jauh dari lahannya, para peternak membangun pagar yang dapat menghalangi rute migrasi jutaan hewan. Jika mereka tidak dapat melanjutkan migrasinya, banyak hewan yang dapat sekarat karena dehidrasi atau kelaparan. Tentunya keadaan tidak harus seperti ini.

4. Polusi air

Mayoritas air yang dikonsumsi oleh hewan ternak kembali ke alam dalam bentuk pupuk cair, zat yang sarat akan patogen, logam berat, residu obat, hormon, antibiotik. Menurut FAO, limbah tersebut menyerap banyak oksigen yang menyebabkan adanya pertumbuhan ganggang berlebih di danau, waduk, atau daerah pesisir.

5. Mari cegah perubahan iklim

Hewan ternak berkontribusi sebanyak 14,5 persen sampai 18 persen jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia. Menurut FAO, daging bertanggung jawab terhadap 41 persen emisi dari sektor tersebut, sedangkan produksi susu berkontribusi sebesar 20 persen dalam jumlah emisi yang sama.

“Tidak dapat dipungkiri bahwa peternakan hewan berperan secara signifikan dalam perubahan iklim dan juga kerusakan lingkungan sebagai dampaknya,” ungkap Dian.

6. Mengurangi tekanan biota laut

Menurut Unesco, jika tidak ada perubahan, di tahun 2100 lebih dari setengah dari spesies biota laut berada dalam ancaman kepunahan, karena adanya penangkapan ikan yang berlebihan, yang diambil terlalu banyak dibandingkan jumlah yang dapat diproduksi.

Enam alasan tersebut cukup untuk membuktikan bahwa dengan meninggalkan produk hewani atau paling tidak mengurangi konsumsinya–akan mencegah banyak hewan liar tersakiti atau bahkan punah. Ini adalah waktunya untuk kita mengubah pola hidup untuk melindungi keanekaragaman hayati bumi ini.

Sebuah LSM perlindungan hewan menawarkan panduan untuk yang tertarik mencoba pola makan diet berbasis nabati selama 21 hari. Dengan mendaftar, Anda bisa mendapatkan akses resep, tips, dan panduan dari para ahli nutrisi. Bagian terbaiknya? Itu semua gratis! Daftar di 21hariveg.org.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.