Sukses

Ada Ratusan Suku, 89 Persen Pasangan Menikah di Indonesia Berasal dari Satu Suku

Persamaan latar belakang seperti suku, tidak menjamin persamaan pandangan hidup untuk menuju pernikahan.

Liputan6.com, Jakarta -  Indonesia bukan hanya punya wilayah yang sangat luas dan punya banyak pulau, tapi juga terdiri diri banyak suku. Kurang lebih ada sekitar 300 suku di negeri ini. Meski begitu, ada fakta unik tentang banyaknya suku di Indonesia yaitu seputar pernikahan.

Dalam hal pernikahan, ternyata lebih banyak terjadi pernikahan endogami (pernikahan antara suku atau kekerabatan yang sama) meski Indonesia memiliki ratusan suku. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, 89,3 persen pasangan di Indonesia menikah secara endogami.

Dibalik fakta tersebut, banyak dari pasangan ini mengalami masalah karena alasan fundamental seperti pandangan hidup yang tidak sejalan atau argumen yang berkelanjutan. Artinya, persamaan latar belakang tidak menjamin persamaan pandangan hidup.

Hal itu mendorong Closeup, brand pasta gigi dari PT Unilever Indonesia Tbk. meluncurkan kampanye #SpeakUpForLove. Mereka akan mengajak sebanyak mungkin anak muda menyuarakan isi hati dalam memilih dan memperjuangkan hubungan cinta mereka. 

"Kami percaya kalau kebebasan untuk memilih pasangan yang sejalan dengan pandangan hidup tanpa terbelenggu pada batas-batas konvensional seperti persamaan suku, latar belakang sosial, atau selisih usia yang dipandang ‘ideal’ adalah hak setiap manusia," kata Fiona Anjani Foebe selaku Head of Marketing Oral Care PT Unilever Indonesia, Tbk, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kamis, 5 Maret 2020.

"Jadi mereka bisa mengungkapkan cinta dengan percaya diri, bebas dari keraguan akan penilaian dari orang lain. Oleh karena itu, Closeup berkomitmen untuk menghilangkan stereotype dari makna kedekatan, dan secara nyata mendukung anak muda dalam merealisasikan kedekatan dengan orang yang sejalan dengan pandangan hidupnya," lanjutnya.

Survei dari tim global CloseUp yang melibatkan 514 anak muda di Indonesia memperlihatkan bahwa hanya 1 dari 2 anak muda yang percaya kalau mereka bebas menentukan pilihan untuk bersama dengan orang yang mereka cintai, tanpa memandang latar belakangnya.

Namun, 79 persen dari mereka mengaku telah mengikuti keinginan hati dan sedang atau pernah memilih untuk berada di hubungan yang ‘tidak konvensional’, seperti hubungan berbeda suku dan kelas sosial, atau usia yang terpaut jauh.

Menurut Psikolog klinis dan Peneliti relasi interpersonal, Pingkan Rumondor, M.Psi, saat ini ia mulai mengamati adanya perilaku ‘sliding’ daripada ‘deciding’ diantara para pasangan muda. Artinya, mereka cenderung patuh ke batas-batas cinta konvensional yang ditentukan oleh masyarakat, tanpa aktif mengeksplorasi dan secara sadar memutuskan pilihannya sendiri. Tanpa keberanian untuk menyuarakan keinginan, kebahagiaan mereka pun akhirnya menjadi terbatas.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Beda Usia 16 Tahun

"Salah satu tahapan yang paling penting adalah memahami apa yang ingin kita rasakan dan dapatkan dari sebuah hubungan sehingga kita dapat lebih percaya diri menyuarakan isi hati kepada pasangan, dan akhirnya mencintai orang yang sesuai dengan nilai-nilai kita," terang Pingkan pada Liputan6.com, dalam kesempatan yang sama.

Rasa percaya diri ini juga akan membantu para pasangan muda menemukan keberanian untuk meyakinkan semua orang, baik itu orangtua atau masyarakat bahwa hubungan mereka pantas diperjuangkan.

Prinsip ini ternyata menjadi dasar kekuatan cinta pasangan Natasha Rizky dan Desta Mahendra. Natasha yang lebih muda 16 tahun dari Desta, mengenag masa pacaran yang membuatnya sempat menerima tentangan dari keluarga dan orang-orang sekitar karena perbedaan usia mereka yang terlalu jauh.

"Aku percaya kalau cinta memang harus diperjuangkan. Karena aku dan Desta sangat yakin kalau kami punya visi dan prinsip hidup yang sejalan, perlahan-lahan kami juga mampu meyakinkan orang-orang bahwa persepsi mereka tentang hubungan beda usia tidak selamanya benar. Akhirnya sampai sekarang kami bisa menikmati kebahagiaan dari perjuangan kami dulu," tutur wanita yang akrab disapa Caca itu.

Sebagai salah satu wujud dari kampanye #SpeakUpForLove, Closeup akan melakukan rangkaian workshop yang bertujuan mendukung pasangan muda di Indonesia lebih percaya diri untuk menyuarakan isi hati mereka.

"Closeup berharap akan lebih banyak pasangan muda Indonesia yang berbahagia dalam hubungan yang sehat, dan meneruskan kebahagiaan ini kepada generasi masa depan. Dalam waktu dekat ini kami akan umumkan detail dari pelaksanaan kampanye #SpeakUpForLove!" ujar Fiona.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.