Sukses

Ulos in Innovation, Kisah Apik Kain Peradaban Karya Edward Hutabarat

Edward Hutabarat menyuguhkan 50 busana dengan menggunakan kain Ulos Batak dalam koleksi terbarunya. Segudang kisah apik ada di dalamnya. Simak ulasan selengkapnya di sini,

Jakarta Kain wastra adalah kekayaan bangsa Indonesia yang begitu berharga. Beragam kisah, dan simbol terkandung di dalamnya. Salah satu jenis wastra dari Sumatera Utara yang sarat makna adalah kain Ulos Batak. Kain peradaban ini menjadi pilihan Edward Hutabarat, seorang desainer wastra untuk ditampilkan dalam acara peragaan busana tunggalnya yang juga bertepatan dengan Hari Ulos Nasional pada tanggal 17 Oktober 2019 lalu.

Sebagai desainer senior papan atas Indonesia yang selalu mengolah material dengan beragam jenis kain wastra Indonesia, Edward Hutabarat tak pernah lelah meneliti, menggali dan berkarya dengan beragam kain peradaban di Indonesia.

Usai sukses mengolah kain batik dan lurik menjadi busana yang diminati oleh berbagai kalangan usia, kali ini Edward Hutabarat mendedikasikan waktu dan upayanya untuk mengangkat kain Ulos. Berkolaborasi dengan The Dharmawangsa Jakarta, peragaan busana kali ini diberi tajuk "Ulos in Innovation".

Bagi Edward Hutabarat sendiri, kain Ulos memang telah memiliki makna yang penting. Sebagai masyarakat yang berasal dari Sumatera Utara, Edward Hutabarat memahami bahwa kain Ulos biasa dikenakan untuk melengkapi beragam perayaan adat dari mulai kelahiran, pernikahan, hingga kematian.

Mendedikasikan hidupnya selama lebih dari tiga dekade untuk menjelajah Indonesia, Edward Hutabarat mengangkat kain Ulos ke dalam gaya hidup modern ala Manhattan.

 

Saksikan video menarik setelah ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Adaptasi Gaya Manhattan dari Kain Peradaban Sumatera Utara Ala Edward Hutabarat

"Melalui koleksi saya ini, saya ingin memberitahu bahwa kain Ulos bisa dikenakan dalam segala kondisi. Kali ini saya mencoba mengangkat gaya Manhattan yang modern," jelas Edward Hutabarat ketika ditemui oleh Fimela.

Edward Hutabarat juga mengaku bahwa semua bahan atau kain yang digunakan dalam koleksi ini telah lama dikumpulkan, namun dirinya sulit menemukan waktu yang pas untuk mengolahnya.

"Kain-kain ini sudah lama sekali saya dapat, tapi saya tidak ada waktu untuk mengolahnya, baru sekarang. Karena saya tidak ingin asal mengolah, tidak mau asal tempel, tidak mau asal dibilang modern. Ini kain peradaban, sehingga orang-orang yang memakainya tidak asal pakai, tapi juga tahu apa yang dipakai," ungkap Edward Hutabarat.

Ulos in Innovation dipresentasikan dalam 50 look. Edward Hutabart banyak bermain dengan layering dan siluet busana yang longgar, membuat semua look dalam koleksinya dalam dikenakan oleh pria, maupun perempuan. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.