Sukses

Tren Skin Fasting, Benarkah Berguna bagi Kesehatan Kulit?

Skin fasting alias puasa kulit sudah merebak sejak 2011 lalu yang kembali marak belakangan ini. Apakah itu?

 

Liputan6.com, Jakarta - Mumpung baru memasuki hari pertama Ramadan, mari kita bicara skin fasting alias puasa kulit. Apakah itu?

Mengutip laman elle.com, Senin (6/5/2019), tren skin fasting merebak setelah dipopulerkan oleh sebuah brand produk perawatan kecantikan asal Jepang sejak 2011 lalu. Seperti bagian tubuh lainnya, kulit juga memerlukan rehat dari paparan bahan kimia agar kembali sehat.

Dr. Whitney Bowe, ahli kecantikan sekaligus penulis buku The Beauty of Dirty Skin menerangkan definisi skin fasting alias puasa kulit dan manfaatnya. Menurut Bowe, skin fasting tidak terlalu buruk.

"Menghentikan sejenak ritual perawatan kecantikan berlebihan tidak hanya dapat membebaskan, tetapi juga dapat menyehatkan kulit," katanya.

Meski begitu, Bowe menyarankan agar tidak sepenuhnya berhenti menggunakan produk-produk perawatan kecantikan, melainkan membatasi penggunaannya saja. Ia menyebutnya diet.

"Saya pikir puasa sepenuhnya itu tidak berguna," katanya.

Ia mengatakan, dengan berpuasa, kita bisa mulai memilah produk yang benar-benar dibutuhkan kulit saja. Produk yang memiliki fungsi tumpang tindih dengan produk lainnya bisa dihentikan pemakaiannya.

"Saya rekomendasikan untuk bicara dengan dokter kulit Anda tentang menggunakan hanya tiga atau empat produk per hari selama beberapa minggu untuk mengatur ulang kondisi kulit," katanya.

Setelah menerapkan skin fasting beberapa lama, Anda bisa mengevaluasi apakah produk yang digunakan bisa mencerahkan kulit Anda atau hanya menambah biaya dan waktu untuk rutinitas tersebut.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Manfaat Skin Fasting

Bowe menyebut skin fasting bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang cenderung terlalu sering membersihkan kulit. Padahal, kebiasaan tersebut tak sepenuhnya benar karena kulit faktanya tertutupi miliaran mikroorganisme yang tidak terlihat.

"Khususnya bakteri yang sangat penting bagi kulit sehat dan cantik," katanya.

Penggunaan produk tertentuyang mengandung antibakteri, kata dia, akan menghilangkan minyak dan nutrisi alami. Ujung-ujungnya, sambung dia, akan merusak pelindung alami kulit sedikit demi sedikit hingga menyebabkan rusak.

Sementara dilansir ndtv.com, spesialis kulit Kiran Lohia Sethi menyatakan skin fasting bisa berfungsi sebagai detoks kulit. Kebiasaan ini bisa dilakukan sekali dalam dua tiga bulan, atau sekali sebulan, atau sekali seminggu tergantung pada kebiasaan membersihkan kulit dan bagaimana kondisi kulit setiap hari.

"Bila kulit terasa iritasi, sensitif kering, berminyak atau kusam, Anda bisa melakukan detoks kulit sekali dalam seminggu atau sekali dalam dua minggu," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.