Sukses

Awkarin Tutup Akun Instagram, Apakah Ada Lagi yang Menyusul?

Media sosial menjadi gaya hidup banyak kalangan, tapi...

Liputan6.com, Jakarta Media sosial saat ini menjadi gaya hidup banyak kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Generasi transisi yang sejak kecil tidak mengenal teknologi alias gaptek pun berupaya untuk punya dan bisa memahami media sosial.

Namun demikian, tidak sedikit yang memilih untuk tidak memiliki media sosial, meski sudah lahir di era milenial. Beberapa selebritas bahkan tidak malu ketahuan tidak memiliki akun media sosial.

Beberapa di antaranya Soong Joong Ki, Salma Hayek, Angelina Jolie, Daniel Radcliffe, Jennifer Lawrence, dan Kristen Stewart. Untuk di Indonesia ada Desi Ratnasari, Ramzy, dan Reza Rahadian yang tak memiliki akun media sosial.

Fakta juga menunjukan sebagian selebritas memilih menutup akun media sosialnya karena berbagai alasan. Misal Justin Bieber, Emma Stone, hingga Sarah Sechan yang menutup akun media sosialnya karena lelah dengan komentar dan perisakan dari penggemar maupun pembencinya.

Baru-baru ini Awkarin memilih langkah serupa. Wanita yang memiliki pengikut jutaan ini memilih pensiun dari media sosial berbasis sharing foto dan video yang telah membesarkan namanya. Alasannya, dia ingin menjalani kehidupan normal. 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak positif dan negatif media sosial

Memang media sosial memiliki banyak manfaat jika digunakan secara arif dan bijak. Namun jika tidak, media sosial juga memiliki dampak buruk.

Berikut dampak positif dan negatif media sosial seperti diberitakan Liputan6 tanggal 31 Maret 2016 dengan judul Ini Dampak Baik dan Buruk Media Sosial untuk Hidup Anda:

Dampak positif

1. Akses cepat informasi

Ingin tahu kabar dan permasalahan dari para selebriti ataupun adanya tentang konflik, Anda hanya tinggal membuka internet dan mencarinya sendiri.

Media sosial juga membantu memperluas isi konten secara keseluruhan. Dengan adanya tulisan pada blog, tulisan berisi tanggapan mengenai suatu pemberitaan, maka cara pandang Anda akan semakin luas.

2. Koneksi lebih mudah

Sangat sulit untuk menghubungi seseorang saat alat komunikasi masih terbatas. Namun setelah era digital muncul, Anda hanya perlu meninggalkan pesan di media sosial saat seseorang tidak menjawab panggilan.

Selain itu, pada beberapa media sosial, Anda juga bisa mengetahui apakah seseorang sedang online atau offline.

3. Terhubung secara global

Bila Anda ingat, menyuarakan opini akan sangat sulit karena satu-satunya pilihan adalah dengan mengirimnya pada surat kabar, dan bersaing dengan ribuan orang yang suaranya juga ingin dipublikasikan.

Dalam era media sosial, Anda bisa membagi apa saja yang diinginkan. Bila menarik, tulisan Anda bahkan bisa tersebar ke belahan dunia lain.

4. Tanda tagar

Salah satu fitur media sosial dari Twitter yang akhirnya mewabah ke media sosial lain adalah tanda tagar. Fitur ini menyaring segala sesuatu yang terkait dengan tren, acara, atau topik tertentu. Tanda tagar memungkinkan percakapan yang lebih terfokus dan menyingkirkan hal-hal lain yang tidak terkait.

Sekarang, tanda tagar menjadi fenomena tersendiri. Beberapa orang menggunakannya hampir seperti kata kunci untuk media sosial, seperti instagram, agar fotonya bisa masuk ke dalam kata kunci tertentu.

5. Memperluas jaringan bisnis

Sebuah perusahaan kecil dapat mencapai jangkauan global dalam beberapa hari melalui media sosial. Entah itu melalui video yang menarik atau dengan berbagi pendapat. Anda bisa berbagi konsep bisnis sehingga orang lebih tertarik mengenal bisnis tersebut.

Dampak negatif

1. Selfie berlebihan

Selfie yang berlebihan akan menjadi sangat menyebalkan, apalagi selfie yang dilakukan pada saat yang tidak tepat, misalnya saat sedang ada bencana.

Selain itu, selfie juga menutup kemampuan berkomunikasi Anda. Bila ingin memotret diri sendiri dengan pemandangan yang bagus, Anda tentunya bisa minta tolong seseorang.

2. Argumen tidak berarti

Media sosial menjadi tempat perdebatan tiada henti apalagi bila menyangkut masalah politik, agama atau area pribadi.

Padahal, sistem kepercayaan adalah masalah sensitif, dan antara setiap orang belum tentu sama. Hal ini jelas menimbulkan perselisihan.

3. Bikin jadi pengecut

Meski privasi semakin terganggu sejak ada internet, akan tetapi media ini juga menjadi tempat bersembunyi orang-orang yang melakukan tindakan usil.

Ketika melihat yang tidak disukai namun tidak berani mengungkapkannya menggunakan identitas asli, Anda tinggal membuat akun baru dengan identitas palsu. Menjadi anonim menunjukkan bahwa Anda pengecut.

4. Banyak bicara, sedikit tindakan

Media sosial juga bisa menjadi sebagai ajang bagi aktivis. Seorang relawan hanya tinggal ikut melakukan posting dengan tanda tagar.

Namun alangkah baiknya bila ada masalah, seharusnya terdapat tindakan untuk mengatasinya dan tak sekedar bersuara di media sosial.

Sebagai contoh saat seseorang masyarakat berkoar-koar mengenai efek rumah kaca. Tindakan yang diambil, lebih baik mana? bersuara hanya di media sosial atau bertindak dengan langsung menanam pohon.

5. Menjadi cuek

Jika ada sesuatu hal yang berisi seruan, Anda tinggal membagikannya di media sosial. Tanpa Anda sadari, kebencian ini membuat situasi semakin keruh.

Orang lain mungkin saja akan merasa tersinggung akibat ketidak pedulian Anda memposting hal yang Anda anggap wajar

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.