Sukses

Figur Merakyat Sukarno dalam Lukisan Kontemporer Safrin

Apa yang menjadikan lukisan Sukarno karya perupa Safrin ini unik?

Liputan6.com, Bengkulu Lukisan dalam kanvas para pelukis penuh misteri dan tergantung dari sudut mana memandangnya. Selain seniman dan kurator lukisan, untuk memaknai lukisan tersebut masyarakat awam dari berbagai kalangan juga memiliki interprestasi masing-masing mengenai suatu karya.

Safrin merupakan salah satu pelukis Kontemporer yang menuangkan ide untuk mengambar lukisan tokoh proklamator Kemerdekaan Indonesia yang juga presiden pertama RI, Sukarno. Uniknya lukisan ini hanya dibuat setengah dan sisanya adalah ruang kosong.

“Saya melukis tokoh seperti Presiden Sukarno ini adalah untuk memberikan gambaran kepada masyarakat umum dan generasi muda Indonesia, jika figur yang dilukis tersebut adalah tokoh proklamator pendiri bangsa,” ujarnya.

Dijelaskan Safrin apa yang disampaikan dalam pesan lukisan tersebut adalah untuk masyarakat agar masih tetap mengenai siapa sosok yang dilukis tersebut walapun hanya setengah.

“Saya ingin memberikan gambaran kepada generasi muda, walaupun hanya setengah namun masyarakat umum dan kalangan muda masih mengenali siapa tokoh tersebut,” ujarnya.

Apalagi didalam lukisan tersebut juga disertai dengan kata-kata yang diambil dari buku karangan sang Proklamator berbunyi “Aku tidak memikirkan benda-benda duniawi seperti uang”.

Dalam tulisan tersebut mengambarkan seoarang figur Sukarno dalam berjuang murni untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan kelompok dan atau goloangannya saja. Namun untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Sukarno adalah sosok yang menjadi panutan bagi bangsa Indonesia dan bahkan dunia, dimana Pemikiran dan ide cemerlang beliau banyak dipakai di negara-negara dunia.

Sebagai pelukis, Safrin ingin menuangkan pemikiran dalam bentuk karya, dan karya tersebut merupakan hasil pemikiran dan kritikan sosial kepada generasi muda saat ini, dimana semangat dan nilai juang mulai kendur.

Dia mengkritik daya juang kalangan muda sekarang, dimana nilai-nilai perjuangan dan untuk berkarya lesu dan lebih banyak yang berprilaku hedonisme. Padahal sebagai penerus Indonesia, masa depan Indonesia ada ditangan generasi muda.

“Marilah kita menghargai dan mengaplikasikan semangat juang para pahlawan dalam bentuk karya, kalau pahlawan dulu mengusir penjajah sedangkan kita sekarang wajib untuk mengisinya dengan karya dan karya nyata untuk negeri,” pangkas Safrin 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.