Sukses

Usaha Tanpa Doa Sombong, Begini Cara Menyeimbangkannya Agar Berkah

Mengapa usaha tanpa doa sombong dapat menjauhkan dari keberkahan? Pahami pentingnya menyeimbangkan ikhtiar dan tawakal dalam Islam agar kesuksesan yang diraih penuh berkah.

Diterbitkan 06 Oktober 2025, 15:00 WIB
Share
Copy Link
Batalkan

Liputan6.com, Jakarta - Dalam menjalani kehidupan, manusia seringkali dihadapkan pada berbagai tujuan dan impian yang ingin dicapai. Namun, seringkali lupa bahwa usaha tanpa doa sombong dapat menjauhkan dari keberkahan dan rasa syukur.

Doa dan usaha merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dalam ajaran Islam. Keduanya harus berjalan beriringan.

Doa menjadi senjata ampuh bagi orang beriman, sebagaimana dijelaskan dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi oleh Syamsuddin Noor. Tanpa doa, manusia mungkin tidak merasa perlu bersyukur atas hasil usaha yang dicapai, yang pada akhirnya dapat mengarah pada sikap usaha tanpa doa sombong.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (6/10/2025).

2 dari 7 halaman

Pentingnya Doa dalam Setiap Ikhtiar

Doa memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam, bukan hanya sebagai pelengkap, melainkan sebagai inti dari ibadah itu sendiri.

Doa adalah bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Penciptanya, tempat di mana segala harapan dan permohonan disampaikan. Melalui doa, seorang Muslim menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan akan kekuasaan Allah yang tak terbatas.

Dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi, Syamsuddin Noor menjelaskan bahwa doa adalah permintaan atau permohonan. Ini adalah cara bagi seorang mukmin untuk mencari kekuatan, petunjuk, dan keberkahan dalam setiap langkah hidupnya. Tanpa doa, usaha yang dilakukan mungkin terasa hampa dan kehilangan arah spiritualnya.

Doa juga berfungsi sebagai pengingat bahwa manusia memiliki keterbatasan. Meskipun telah mengerahkan segala daya dan upaya, hasil akhir tetap berada dalam genggaman Allah SWT.

Keyakinan ini mencegah seseorang dari sikap sombong dan takabur, karena ia menyadari bahwa kesuksesan bukanlah semata-mata karena kehebatannya, melainkan karena izin dan pertolongan dari Tuhan.

 

3 dari 7 halaman

Konsekuensi Negatif Usaha Tanpa Doa

Melakukan usaha tanpa diiringi doa dapat membawa beberapa konsekuensi negatif, terutama dalam aspek spiritual dan mental seseorang. Konsekuensi ini dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan menjauhkan individu dari esensi keberkahan.

  • Sikap Takabur atau Sombong:

Orang yang berusaha tanpa berdoa cenderung merasa bahwa kesuksesan yang diraihnya adalah murni hasil dari kerja keras dan kecerdasannya sendiri. Mereka mungkin lupa atau mengabaikan peran Allah SWT sebagai pemberi rezeki dan penentu segala sesuatu.

Sikap ini dapat menumbuhkan kesombongan, yaitu merasa lebih hebat dari orang lain atau bahkan dari Tuhan. Kesombongan adalah sifat yang sangat dibenci dalam Islam dan dapat menghapus pahala dari amal perbuatan.

  • Kurang Bersyukur:

Ketika seseorang merasa bahwa semua pencapaiannya adalah hasil usahanya sendiri, ia akan kesulitan untuk bersyukur kepada Allah. Rasa syukur muncul dari kesadaran bahwa segala nikmat berasal dari Tuhan.

Tanpa kesadaran ini, individu mungkin tidak menghargai pertolongan ilahi dan menganggap remeh karunia yang diterima. Kurangnya rasa syukur dapat menyebabkan ketidakpuasan dan kegelisahan, meskipun telah mencapai banyak hal.

  • Merasa Paling Berhak atas Hasil:

Sikap sombong dan kurang bersyukur juga dapat membuat seseorang merasa paling berhak atas hasil yang diperoleh. Ini bisa memicu sifat egois dan enggan berbagi dengan sesama. Mereka mungkin lupa bahwa dalam setiap rezeki yang diterima, ada hak orang lain yang harus ditunaikan.

  • Ketenangan Hati yang Semu:

Meskipun mungkin mencapai kesuksesan materi, usaha tanpa doa seringkali tidak memberikan ketenangan hati yang sejati. Kekhawatiran akan kehilangan atau kegagalan akan selalu menghantui, karena mereka tidak memiliki sandaran spiritual yang kuat. Ketenangan sejati datang dari keyakinan dan penyerahan diri kepada Allah setelah melakukan yang terbaik.

4 dari 7 halaman

Doa Tanpa Usaha: Sebuah Kesia-siaan

Sebaliknya, mengandalkan doa semata tanpa disertai usaha atau ikhtiar juga merupakan tindakan yang tidak dianjurkan dalam Islam dan dianggap sia-sia. Islam mengajarkan keseimbangan antara spiritualitas dan tindakan nyata.

Pepatah Arab mengatakan, "Ad-du’a bilaa ‘amal ka rami bi laa wathar," yang berarti doa tanpa ikhtiar seperti busur tanpa panah. Perumpamaan ini dengan jelas menggambarkan bahwa doa tanpa usaha tidak akan membuahkan hasil. Busur yang tidak dilengkapi panah tidak akan mampu mengenai sasaran, demikian pula doa yang tidak didukung oleh tindakan nyata.

Dalam buku Serat Kehidupan oleh Ade Cahyadi dkk., doa tanpa usaha dipandang sebagai doanya orang pemalas. Sifat malas akan muncul jika seseorang hanya mengandalkan doa terus-menerus tanpa ada dorongan untuk bertindak.

Allah SWT sendiri mengingatkan hamba-Nya bahwa Dia tidak akan mengubah keadaan mereka sebelum mereka berusaha untuk mengubahnya sendiri, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ar-Ra'd ayat 11.

Oleh karena itu, seorang Muslim diwajibkan untuk melakukan ikhtiar semaksimal mungkin dalam segala urusannya. Setelah usaha maksimal dilakukan, barulah doa dipanjatkan sebagai bentuk permohonan dan penyerahan diri kepada Allah, diikuti dengan tawakal. Keseimbangan antara ikhtiar dan doa adalah kunci untuk mencapai keberkahan dan hasil yang optimal.

5 dari 7 halaman

Tawakal: Puncak Harmoni Usaha dan Doa

Tawakal adalah sikap berserah diri sepenuhnya kepada Allah setelah melakukan segala bentuk ikhtiar atau usaha yang maksimal, seperti dijelaskan oleh UIN Alauddin Makassar pada tahun 2024.

Dalam Islam, tawakal merupakan salah satu bentuk keyakinan yang mendalam kepada kekuasaan Allah, bahwa hanya Dia yang menentukan hasil dari setiap usaha manusia.

Tawakal berasal dari kata "توكّل" yang berarti mengandalkan, berserah diri, atau mempercayakan segala urusan kepada pihak lain. Dalam syariat, tawakal memiliki makna menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal, dengan keyakinan bahwa segala sesuatu ditentukan oleh-Nya.

Ini mengandung dua unsur penting: usaha atau ikhtiar dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman, "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya." (QS. At-Talaq: 3).

Al-Qur'an dan Hadits banyak menekankan pentingnya tawakal. Allah SWT berfirman, "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal." (QS. Al-Imran: 159).

Ayat ini mengajarkan bahwa setelah usaha dilakukan dengan tekad yang kuat, seorang mukmin harus menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Rasulullah SAW juga bersabda, "Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi).

 

6 dari 7 halaman

Manfaat Menyelaraskan Ikhtiar, Doa, dan Tawakal

Menggabungkan usaha, doa, dan tawakal secara seimbang membawa berbagai manfaat positif dalam kehidupan seorang Muslim, baik secara spiritual maupun praktis. Keseimbangan ini menciptakan fondasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan yang berkah dan ketenangan jiwa.

  • Ketenangan Jiwa dan Menghilangkan Kekhawatiran:

Tawakal memberikan ketenangan hati karena seorang mukmin yakin bahwa Allah mengatur segala sesuatu, seperti dijelaskan oleh UIN Alauddin Makassar. Dengan bersandar kepada Allah, seseorang tidak akan diliputi kekhawatiran yang berlebihan, karena ia yakin segala sesuatu ada dalam kendali Allah.

Ini membantu menghilangkan stres dan kecemasan yang seringkali menyertai perjuangan hidup.

  • Mendapatkan Pertolongan dan Rezeki Tak Terduga:

Orang yang bertawakal kepada Allah akan selalu mendapatkan pertolongan dalam setiap kesulitan dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, seperti janji Allah dalam QS. At-Talaq: 2-3.

  • Meningkatkan Keimanan dan Kepercayaan Diri:

Tawakal merupakan indikator keimanan seseorang dan menunjukkan sejauh mana seseorang percaya kepada kekuasaan Allah. Ini juga membuat seseorang memiliki keyakinan yang kuat bahwa apa pun yang terjadi adalah yang terbaik bagi dirinya, sehingga ia akan lebih teguh dalam menghadapi segala tantangan hidup.

  • Tidak Mudah Putus Asa dan Selalu Optimis:

Karena seorang yang bertawakal yakin bahwa hasil akhir adalah keputusan Allah, maka ia tidak mudah putus asa dalam menghadapi kegagalan. Hal ini karena ia tahu bahwa kegagalan adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar untuk kebaikannya di masa depan. Tawakal membuat seseorang selalu berpikiran positif, karena ia yakin bahwa Allah selalu menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya.

  • Menghargai Usaha Sendiri dan Orang Lain:

Tawakal mengajarkan bahwa setelah kita berusaha, kita harus menghormati proses yang sudah dilakukan tanpa meremehkan hasil yang dicapai, baik oleh diri sendiri maupun orang lain, seperti dijelaskan oleh UIN Alauddin Makassar. Seorang Muslim yang bertawakal tidak akan meremehkan kerja keras, tetapi juga tidak sombong dengan hasil yang diperoleh, karena semuanya merupakan ketetapan Allah.

7 dari 7 halaman

FAQ

1. Apa yang dimaksud dengan “usaha tanpa doa sombong”?

Istilah ini merujuk pada sikap seseorang yang hanya mengandalkan kemampuan diri tanpa melibatkan doa atau campur tangan Allah SWT. Dalam Islam, hal ini dianggap sebagai bentuk kesombongan spiritual karena mengabaikan peran Tuhan dalam setiap keberhasilan.

2. Mengapa doa penting dalam setiap usaha?

Doa merupakan bentuk pengakuan akan keterbatasan manusia dan kebutuhan terhadap pertolongan Allah SWT. Melalui doa, seseorang menunjukkan kerendahan hati dan rasa syukur, sekaligus memohon bimbingan agar usahanya diberkahi.

3. Apa akibat dari berusaha tanpa berdoa?

Usaha tanpa doa dapat menumbuhkan kesombongan, menghilangkan rasa syukur, dan menimbulkan ketenangan hati yang semu. Orang yang tidak berdoa cenderung merasa bahwa keberhasilan adalah hasil usahanya semata.

4. Apakah doa saja tanpa usaha diperbolehkan dalam Islam?

Tidak. Doa tanpa usaha disebut sebagai tindakan yang sia-sia. Islam mengajarkan keseimbangan antara berdoa dan berikhtiar, sebagaimana pepatah Arab menyebutkan, “Doa tanpa amal seperti busur tanpa panah.”

5. Bagaimana cara menyelaraskan doa, usaha, dan tawakal?

Pertama, lakukan ikhtiar dengan sungguh-sungguh. Kedua, iringi dengan doa yang tulus untuk memohon bimbingan Allah. Ketiga, setelah berusaha dan berdoa, serahkan hasilnya kepada Allah melalui sikap tawakal, yaitu keyakinan bahwa keputusan terbaik berasal dari-Nya.

EnamPlus