Sukses

5 Santri Syaikhona Kholil Bangkalan yang Jadi Pejuang Kemerdekaan RI

Selain menjadi seorang ulama atau kiai, beberapa santri Syaikhona Kholil ikut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Syaikhona Kholil Bangkalan dikenal sebagai mahaguru para ulama dan kiai Nusantara. Banyak santri yang pernah berguru kepadanya telah menjadi seorang ulama atau kiai yang berpengaruh di wilayahnya.

Bahkan, ada santri Syaikhona Kholil yang sukses mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Adalah Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Hasbullah, dan KH Bisri Syansuri mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).

Selain menjadi seorang ulama atau kiai, beberapa santri Mbah Kholil ikut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. 

Peran santri Syaikhona Kholil dalam perjuangan melawan penjajah berbeda-beda, ada yang melalui pikirannya dan ada pula yang berjuang bersama para santrinya.

Mengutip situs resmi Pesantren Syaichona Moh. Cholil, sedikitnya ada lima santri Syaikhona Kholil yang menjadi pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Berikut daftar, profil, dan perannya yang diulas secara singkat.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1. Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari

Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari merupakan seorang ulama sekaligus pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Ia juga salah satu pahlawan nasional dari kalangan ulama. 

Saat masa perjuangan, Mbah Hasyim mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad. Resolusi Jihad merupakan gerakan bagi para ulama dan santri di berbagai penjuru Tanah Air yang mewajibkan setiap muslim membela dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari serangan penjajah.

2. KH Abdul Wahab Hasbullah

KH Abdul Wahab Hasbullah termasuk pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang diangkat sebagai pahlawan nasional. Ia pernah menjadi Panglima Laskar Mujahidin (Hizbullah) ketika melawan penjajah Jepang. Ia juga tercatat sebagai anggota DPA bersama Ki Hajar Dewantara. 

3. KH Zainul Arifin Pohan

KH Zainul Arifin dikenal sebagai ulama, polisi, dan pejuang 1945. Ia pernah menjadi panglima tentara militer Hizbullah Masyumi.

Kemudian pasca proklamasi kemerdekaan ia bertugas mewakili partai Masyumi di Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), cikal bakal DPR-MPR, sambil terus memegang tampuk pimpinan Hizbullah yang sudah menjelma menjadi pasukan bersenjata.

Selama masa revolusi, ia mengikuti sidang-sidang BP KNIP yang berpindah-pindah tempat karena kegawatan situasi. Ia pernah memimpin gerakan-gerakan gerilya Laskar Hizbullah di Jawa Tengah dan Jawa Timur selama Agresi Militer I dan II. Hingga akhirnya diangkat menjadi pahlawan kemerdekaan nasional pada 4 maret 1963.

3 dari 3 halaman

4. Ir. Soekarno

Soekarno adalah sang proklamator kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi Presiden Republik Indonesia pertama yang didampingi Moh. Hatta sebagai wakilnya.

Jasa-jasa Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Ia merupakan tokoh intelektual kharismatik yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa penting pergerakan nasional. 

Dengan orasi-orasinya Soekarno berhasil membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia untuk terbebas dari penjajahan. Karena itulah Bung Karno mendapat julukan ‘Singa Podium’. 

Menurut penuturan KH. R. As’ad Syamsul Arifin, meskipun Bung Karno bukan resmi sebagai murid, namun ketika Bung Karno sowan ke Bangkalan, Syaikhona Kholil memegang kepala presiden pertama itu sambil meniupkan ubun-ubunnya.

5. KH Romli Tamim

KH Romli Tamim termasuk seorang santri Syaikhona Kholil yang jadi pejuang kemerdekaan Indonesia. Anugerah karomah yang Allah SWT berikan ia gunakan untuk melawan penjajah.

Salah satu karomah KH Muhammad Romli Tamim yang banyak diriwayatkan oleh para kiai di antaranya adalah saat berkecamuknya perang melawan sekutu yang diboncengi NICA pada bulan November 1945. 

Alkisah, di zaman pertempuran melawan sekutu berkecamuk kembali di Tanah Air, tepatnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, beliau menggerakkan santri-santri untuk maju perang di barisan komando KH Hasyim Asy’ari, yang juga guru sekaligus mertua beliau.

Beliau sendiri turut terjun ke medan tempur saat itu. Sebelumnya para santri diberi minuman dan dibekali kepalan-kepalan tanah liat yang telah diasma’i. 

Konon, setiap kepalan tanah liat itu dilemparkan akan bereaksi seperti bom yang meluluhlantakkan musuh. Kemenangan pun berhasil diraih para pejuang Hizbullah kala itu.

Selain nama-nama di atas, tentunya masih banyak lagi santri Syaikhona Kholil yang menjadi pejuang kemerdekaan. Semoga dengan ini dapat meningkatkan semangat untuk berkontribusi terhadap bangsa terutama para santri yang menimba ilmu agama di pesantren. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.