Sukses

Lafal Niat dan Keutamaan Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijah, Hari Allah Perintahkan Pendirian Ka'bah

Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada 8 Dzulhijah, atau dua hari sebelum Idul Adha

Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam dianjurkan memperbanyak amal dan ibadah pada 10 hari pertama Dzulhijah. Salah satunya yakni puasa Dzulhijah, antara 1-9 Dzulhijah, termasuk di dalamnya puasa Tarwiyah.

Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada 8 Dzulhijah, atau dua hari sebelum Idul Adha.

lafal niat puasa Tarwiyah yakni,

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta‘ālā.  

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.” 

Niat bisa dilakukan pada malam hingga sebelum fajar menyingsing.

Lantaran puasa sunnah, niat juga bisa dilakukan pada pagi atau siang hari sebelum matahari tergelincir ke barat, asalkan belum melakukan hal-hal yang menyebabkan batalnya puasa.

Hari Tarwiyah adalah disebut pula dengan hari perenungan atau merenung. Tanggal 8 Dzulhijah juga diyakini sebagai hari Nabi Ibrahim AS mendirikan Ka'bah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keutamaan Puasa Tarwiyah

Mengutip kitab Durrotun Nasihin via Islampos.com, pada tanggal 8 Dzulhijah Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah.

Ketika bangunan Ka’bah telah jadi, Nabi Ibrahim merenung apakah yang ia lakukan mendapat pahala atau tidak. Maka disebutlah hari kedelapan dari bulan Dzulhijjah dengan yaum al-tarwiyah yang artinya hari merenung dan berfikir.

Ada yang mengatakan Nabi Ibrahim bermimpi mendapat tugas dari Allah untuk menyembelih Ismail. Maka, seharian Nabi Ibrahim berfikir apakah perintah itu benar-benar dari Allah atau dari Setan

Maka, barang siapa yang berpuasa pada tanggal 8 Dzulhijjah, Allah akan memberinya pahala yang nilaianya hanya Allah yang tahu.

3 dari 3 halaman

Keutamaan Puasa Dzulhijah

Ditulis Syekh Said Muhammad Ba’asyin dalam kitabnya yang berjudul Busyral Karim menyebutkan bahwa “Puasa selama 8 hari sebelum hari Arafah dianjurkan. Ini yang dimaksud dengan perkataan matan, ’10 Dzulhijjah’. Tetapi puasa pada 8 Dzulhijjah dianjurkan sebagai bentuk ihtiyath terhadap hari Arafah dan juga termasuk 8 hari pertama Dzulhijjah,”. 

Sebagaimana dilansir dari laman NU Online, pahala ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, termasuk puasa tarwiyah ini mendapatkan pelipatan pahala dibanding ibadah di bulan lainnya. Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Tirmidzi). 

Untuk diketahui, ada tiga pendapat mengenai penamaan tanggal 8 Dzulhijjah itu disebut hari tarwiyah, yakni (1) perenungan Nabi Adam ketika membangun Ka’bah, (2) perenungan mendalam Nabi Ibrahim setelah bermimpi diperintah untuk menyembelih anaknya, dan (3) perenungan orang haji mengenai doa-doa yang hendak dipanjatkan pada hari Arafah nanti. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.