Sukses

Kisah Sunan Kalijaga, Kenalkan Ajaran Islam Melalui Wayang dan Tembang

Metode penyebaran Islam di tanah Jawa yang dikenalkan yakni akulturasi budaya melalui pendekatan seni dan kearifan budaya lokal (local wisdom).

Liputan6.com, Jakarta Seperti yang dilakukan oleh Walisongo lainnya, Sunan Kalijaga dalam menyiarkan agama Islam di Tanah Jawa menggunakan metode yang menarik. 

Bahkan metode yang dikenalkan Sunan Kalijaga menjadi bagian dari warisan seni budaya di Pulau Jawa. Metode yang dikenalkan yakni akulturasi budaya melalui pendekatan seni dan kearifan lokal (local wisdom).

Sunan Kalijaga menggabungkan ajaran Islam dengan tradisi budaya yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa saat itu. 

Berbagai kisah peninggalan sejarah, baik berupa serat, tembang, gubahan puitis, falsafah, rancangan beserta lakon wayang kulit, formasi alat gamelan, sampai tutur cerita lisan telah tersebar luas dan tidak lekang oleh waktu.

Menurut John Hady Saputra dalam buku ‘Mengungkap Perjalanan Sunan Kalijaga’, Sunan Kalijaga menggunakan pola dakwah yang sama dengan gurunya, Sunan Bonang yang cenderung “sufistik berbasis salaf”.

Begitu juga dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Mereka yang pada dasarnya menyukai wayang, mulai tertarik dengan pertunjukan wayang yang digelar oleh Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga memanfaatkan kesenian budaya sebagai sarana berdakwah, salah satunya dengan wayang kulit yang tengah digandrungi sebagian besar Masyarakat Jawa. 

Mereka tertarik dengan pertunjukan wayang yang digelar oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga tidak memungut biaya bagi masyarakat berbagai kalangan yang ingin menyaksikan pertunjukan wayang.

Sunan Kalijaga hanya meminta orang-orang yang datang menyaksikan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai ganti biaya tiket masuknya.

Metode ini terbukti efektif, masyarakat Jawa yang ketika itu menganut paham animisme secara perlahan mulai menerima ajaran Sunan Kalijaga. 

Bahkan banyak adipati di Jawa yang memeluk Islam dengan ajaran Sunan Kalijaga. Seperti adipati Kartasura, Pandanaran, Banyumas, Kebumen, dan Pajang. 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berdakwah Lewat Tembang

Bahkan banyak adipati di Jawa yang memeluk Islam dengan ajaran Sunan Kalijaga. Seperti adipati Kartasura, Pandanaran, Banyumas, Kebumen, dan Pajang. 

Guna memastikan masyarakat Jawa dapat menerima agama Islam secara perlahan, Sunan Kalijaga menggabungkan naskah kuno dengan ajaran Islam ketika menggelar pertunjukan wayangnya.

Beberapa naskah kuno yang sering dipentaskan diantaranya seperti ‘Layang Kalimasada’, ‘Lakon Dewa Ruci’, dan ‘Lakon Petruk menjadi Raja’. Karakter populer dalam wayang seperti Bagong, Semar, Petruk, dan Gareng juga Sunan Kalijaga perkenalkan.

Dalam menyampaikan ajaran Islam, Sunan Kalijaga juga memanfaatkan jenis kesenian lainnya seperti tembang. 

Beberapa tembang ciptaan Sunan Kalijaga sampai sekarang masih sering dinyanyikan oleh masyarakat Jawa, seperti tembang ‘Gundul-Gundul Pacul’ dan ‘Lir-ilir’.

Dalam tembang ‘Lir-ilir’, tersirat makna bahwa manusia diharapkan dapat bangkit dari kesedihan, berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan, dan mengumpulkan amal baik sebanyak mungkin.

Selain itu dalam bidang kesenian, Sunan Kaliaga juga menyiarkan Islam melalui topeng, kosuum pentas, seni gamelan, seni ukir, bahkan hingga bedug masjid.

Ia juga diketahui menyumbangkan banyak ide seperti perancangan alat pertanian, desain corak pakaian, permainan tradisional, pendidikan politik dan sumbangsih bentuk ketatanegaraan di kalangan elit kerajaan. (Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo, 2016).

Kelanggengan ajaran dan jasa beliau tersebut tidak lain karena ketekunan, keistiqamahan, dan kebijaksanaan Sunan Kalijaga dalam berdakwah dengan cara halus, santun, dan toleran. Ia memiliki karakter seperti itu karna ia sadar sewaktu masa mudanya yang pernah berontak terhadap kekuasaan dan kemelaratan suatu kaum.

Sunan Kalijaga yang dikaruniai usia hingga 131 tahun sadar, bahwa untuk menyebarkan nilai-nilai akhlaqul karimah tidak bisa dilakukan dengan kekuatan, apalagi paksaan.

Beliau juga merupakan salah satu wali yang memiliki banyak karomah dan keistimewaan seperti keluasan jiwa, toleransi dan tenggang rasa yang tinggi, egaliter dan toleran, penuh kasih saying, mengayomi, mendidik, membimbing secara lemah lembut dan penuh kesabaran. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.