Sukses

Kisah Singkat Sunan Gunung Jati, Penyebar Islam Pulau Jawa Bagian Barat

Sunan Gunungjati diberkahi umur panjang dan bermanfaat yakni sekitar 120 tahun. Bernama asli Syekh Syarif Hidayatullah atau ada yang menyebutnya Sayyid Kamil

Liputan6.com, Jakarta Sunan Gunungjati merupakan satu dari tokoh besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Khususnya pesisir utara Jawa. 

Sunan Gunungjati diberkahi umur panjang dan bermanfaat yakni sekitar 120 tahun. Bernama asli Syekh Syarif Hidayatullah atau ada yang menyebutnya Sayyid Kamil. 

Selain di Cirebon, beliau juga melakukan dakwah di Kerajaan Pajajaran, Galuh, hingga Banten.

Syarif Hidayatullah lahir pada tahun 1448 M dari pasangan Ulama Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam Nasab dari pihak ayah berurutan dari Abdullah bin Ali Nurul Alam bin Jamaludin Al-Husein hingga sampai Rasulullah SAW di Kairo, Mesir. 

Silsilah nasab itu berdasarkan kitab Negara Kertabhumi. Sementara ibunya bernama Nyai Rara Santang (1448 M) adalah putri dari Raja Pajajaran, Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. 

Sang Ibu, kemudian memeluk Islam dengan gelar Syarifah Mudaim. Syarif Hidayatullah menjadi Raja Cirebon usai menggantikan kakak ibunya, Raden Walangsungsang. 

Beliau tiba di Cirebon (1470 M) pada usia 22 tahun, dan dilantik menjadi Cirebon (1479 M) dengan mendapat dukungan dari Kerajaan Demak. Penobatan menjadi Raja Cirebon ini membuat Syarif Hidayatullah diberi gelar Maulana Jati yang kemudian dijuluki Sunan Gunung Jati.

Catatan sejarah banyak yang mengungkap bahwa Syeikh Nurjati atau Syeikh Datuk Kahfi merupakan guru Sunan Gunung Jati. Sebelum tiba di Cirebon, beliau pernah lebih dulu singgah di Pasai (pesisir utara Sumatra) untuk memperdalam Islam. 

Saat masih di Mesir, Sunan Gunung Jati belajar Islam kepada ayahnya dan ulama-ulama di Timur Tengah.

Sementara Syeikh Nurjati merupakan guru dari Pangeran Cakrabuana, paman Sunan Gunung Jati. Syeikh Nur Jati adalah penyebar Islam pertama di Cirebon dan Sumedang, Jawa Barat.

Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Rara Jati, anak dari Syeikh Nurjati dan dikaruniai dua putra yakni Pangeran Jayakelana dan Pangeran Bratakelana.

Kemudian pernikahan selanjutnya dengan Nyi Mas Pakungwati, putri dari pamannya sendiri yaitu Pangeran Cakrabuana. Pernikahan ini membuat Kerajaan Cirebon menjadi berbasis Islam seteleh Syarif Hidayatullah diangkat menjadi Raja Cirebon.

Saat menjadi raja, beliau meletakan asas-asas Islam. Pada masa itu pula, Sunan Gunung Jati diangkat menjadi dewan dakwah Walisongo untuk menggantikan Sunan Ampel yang wafat.

Pernikahan selanjutnya dengan Nyi Kawunganten, seorang adik dari penguasa lokal Banten dengan memberikan sepasang putra putri yakni Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanudin. 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Putri Ong Tien

Ratu Wulung Ayu lalu mengikuti suaminya ke India sedangkan Maulana Hasanudin meneruskan dakwah Islam dengan mendirikan Kerajaan Banten dan menjadi raja pertama.

Sunan Gunung Jati juga diketahui pernah menikahi wanita Tionghoa bernama Ong Tien Nio dan berhasil mengajaknya memeluk Islam. Hal ini dipertegas dengan keberadaan keramik bercorak Tionghoa di makam Sunan Gnung Jati.

Pernikahan tersebut berawal dari sebuah tantangan yang diberikan oleh Kaisar Cina yang berhasil dijawab oleh Sunan Gunung Jati. Awalnya Kaisar Cina menganggap jawaban itu salah dengan mengusir beliau. 

Namun pada akhirnya jawaban itu terbukti benar dengan menyusul Sunan Gunung Jati untuk menemuinya. Selain itu beliau juga berhasil mengajak seluruh prajurit perang Kaisar Cina yang jumlahnya ribuan untuk memeluk Islam. 

Dakwah Sunan Gunung Jati berfokus di pesisir pantura dari Cirebon hingga ke barat Pulau Jawa, termasuk Sunda Kelapa atau Jakarta. Beberapa kota penting beliau jadikan obyek dakwah dengan memanfaatkan fasilitas kekuasaan dan kemampuan untuk melakukan akulturasi budaya.

 

3 dari 3 halaman

Metode Dakwah

Metode penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati menggunakan metode kesenian gamelan yang mudah diterima oleh warga Cirebon. 

Bagi siapa saja yang ingin melihat pertunjukan gamelan, dianjurkan untuk mengucapkan syahadat terlebih dahulu.

Sunan Gunung Jati juga menjadi pemrakarsa berdirinya Kerajaan Banten ditengah perjuangan melawan ekspansi Portugis. 

Penggunaan metode lebih halus dilakukan setelah beliau pulang berhaji bersama putranya Maulana Hasanudin.

Pada tahun 1552 M, Maulana Hasanudin lalu ditunjuk oleh ayahnya menjadi Raja Banten. Kala itu, Banten merupakan wilayah pelabuhan yang dimasuki Portugis. 

Misionaris Kristen oleh Portugis dibendung oleh Sunan Gunung Jati dan putranya Maulana Hasanudin.

Sunan Gunung Jati wafat pada tanggal 19 September 1569 dalam usia 121 tahun. Beliau dimakamkan di Gunung Sembung yang berada di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.