Sukses

Golongan yang Merindukan Kiamat Menurut Syekh Nawawi Al Bantani

Bagi sebagian orang, kiamat adalah hal yang menakutkan. Kehancuran dunia dan berakhirnya kehidupan seluruh makhluk menjadi hal yang dikhawatirkan.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang, kiamat adalah hal yang menakutkan. Kehancuran dunia dan berakhirnya kehidupan seluruh makhluk menjadi hal yang dikhawatirkan.

Namun kiamat pasti datang dan tak mungkin ditunda, meski tidak ada seorangpun yang tahu kapan hari akhir itu tiba.

Meski ditakuti oleh sebagian orang, namun bagi sebagian lainnya justru ditunggu. Lantas, siapakah golongan yang merindukan kiamat?

Mengutip laman NU, dalam kitab Hasyyah Miqrotussu'ud wa Tasydiq karya Syaikh Nawawi Al Bantani diungkapkan hari kiamat menjadi kerinduan bagi umat Islam, yang telah siap dengan bekal amal kehidupan.

Bagi orang mukmin, kedatangan hari kiamat terasa ringan seringan umat Islam yang melaksanakan shalat lima waktu. Kiamat tersebut akan terjadi pada waktu fajar di hari Jumat.

Demikian beberapa poin yang disampaikan dalam kegiatan Dzikir, Shalawat, dan Bedah Kitab Hasyyah Miqrotussu'ud Wa Tasydiq karya Syekh Nawawi Al Bantani yang digelar oleh Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor, Kecamatan Gunungsindur, Bogor, Ahad (14/3), sebagaimana dikutip Liputan6.com, Sabtu (18/2/2023).

Bedah kitab karya ulama Nusantara ini dipimpin oleh Hodari Mahdan Abdallah atau yang akrab disapa Gus Hodari.

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terjadinya Kiamat

Menurut Gus Hodari, dalam pembahasan kiamat, mushanif atau pengarang kitab memaparkan pendapat ulama yang bernama Syaikh Fasyani. Kiamat yaitu sesuatu yang terjadi secara merata dan berbarengan dengan tiba-tiba atau dadakan.

"Waktunya pada fajar hari Jumat, untuk bulan dan tahunnya tidak dijelaskan," beber Gus Hodari, dalam acara yang digelar di Wisata Pancing, Kampung Batutapak, Desa Cidokom, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kemudian dijelaskan bahwa Syaikh Nawawi meyakini proses peniupan trompet sangkakala berjumlah dua tahap. Hal itu selaras dengan pemahaman mufasir Yusuf Qordhowi. "Ada yang berpendapat satu tiupan ada yang dua dan ada juga yang tiga kali tiupan. Semua khilafiyyah, dan Syekh Nawawi meyakini yang dua tiupan," jelasnya.

Meski terjadi perbedaan, sambung Gus, para ulama memiliki alasan atau berdasar pada atsar yang jelas yakni bersumber dari Al-Qur'an. "Semua punya dalil. Dan, semua ulama tak ada yang menerangkan secara jelas waktu kiamat, tahun maupun bulannya," sambung Gus Hodari.

Terpenting dari pengetahuan kiamat, kata Gus Hodari, adalah memperbanyak amal shaleh untuk bekal di akhirat kelak. Setelah umat Islam terbiasa dalam beramal, mereka termasuk orang yang justru merindukan datangnya kematian atau bahkan kiamat.

"Tanpa tahu jadwal pasti kiamat, kita bisa terus berbuat baik dan beramal hingga tiba ajal kita," pungkasnya.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.