Sukses

Kisah Keturunan Rasulullah SAW Habib Ali Kwitang Turut Putuskan Tanggal 17 Agustus Sebagai Hari Kemerdekaan RI

Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi atau Habib Ali Kwitang merupakan salah satu tokoh ulama yang berpengaruh di abad 20. Tidak hanya dalam perkembangan Islam di Betawi, tapi ia juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Liputan6.com, Bogor - Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi atau Habib Ali Kwitang merupakan salah satu tokoh ulama yang berpengaruh di abad 20. Tidak hanya dalam perkembangan Islam di Betawi, tapi ia juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Mengutip berbagai sumber, Habib Ali Kwitang lahir di Kampung Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat pada 20 Jumadil Ula 1286 H atau 20 April 1870 M. Sosok keturunan Rasulullah SAW ini merupakan putra dari pasangan Habib Abdurrahman dan Nyai Salmah.

Ayahnya, Habib Abdurrahman wafat pada 1881. Habib Ali mendapat wasiat penting dari sang ayah. Wasiat tersebut disampaikan Habib Abdurrahman kepada istrinya, Nyai Salmah.

Habib Abdurrahman berwasiat agar putranya disekolahkan di Hadramaut dan Makkah. Wasiat suaminya itu ditunaikan oleh Nyai Salmah. Habib Ali akhirnya belajar di dua kota itu.

Habib Ali berangkat ke Hadramaut, Yaman Selatan di usia 11 tahun. Ia berguru kepada Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Alaydrus. 

Di Hadramaut, Habib Ali juga belajar kepada guru-guru yang lainnya, di antaranya Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad Alaydrus, Habib Zain bin Alwi Ba’Abud, dan yang lainnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Belajar di Hadramaut dan Makkah

Di negeri orang, Habib Ali tak menyia-nyiakan waktunya untuk menuntut ilmu. Ia sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu fikih, tafsir, sejarah, dan yang lainnya.

Setelah di Hadramaut, Habib Ali menuntaskan wasiat sang ayah yakni belajar di Makkah. Di dua kota ini Habib Ali dikenal sebagai salah satu murid yang cerdas. Kemampuan menghafalnya sangat tinggi. 

Habib Ali belajar di Hadramaut dan Makkah selama 8 tahun. Kemudian pada tahun 1889 ia kembali ke Tanah Air. Di Indonesia, Habib Ali tetap belajar kepada ulama-ulama terkemuka, di antaranya Habib Husein bin Muschsin al-Atas hingga Habib Usman bin Yahya.

Keturunan Rasulullah SAW ini menjadi salah satu tokoh yang dihormati, khususnya di Betawi. Banyak tokoh-tokoh yang belajar kepadanya.

Tidak sedikit jemaah dari berbagai penjuru yang mengikuti Majelis Taklim Kwitang, majelis yang dipimpin oleh Habib Ali Kwitang. Majelis tersebut menjadi cikal bakal berdirinya majelis-majelis lain di Tanah Air yang sampai saat ini bisa ditemukan di seluruh pelosok negeri.

Selain terkenal dengan kecerdasannya, Habib Ali juga memiliki kepribadian yang luhur. Dalam dakwahnya, ia tak pernah mengajarkan kebencian, kedengkian, maupun fitnah. 

Dakwah Habib Ali menyuguhkan Islam yang mengedepankan nilai-nilai tauhid, akhlak karimah, hingga tasawuf. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu alasan majelis yang dipimpinnya bertahan lebih dari satu abad.

3 dari 4 halaman

Menentukan Tanggal Proklamasi Kemerdekaan

Meski seorang ulama besar yang selalu dakwah tentang Islam, namun jiwa-jiwa kebangsaannya sebagai warga negara Indonesia tak pernah padam. Dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, Habib Ali Kwitang punya andil yang cukup penting.

Mengutip Sanad Media, disebutkan bahwa Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Zein bin Umar Sumaith pernah mengatakan, sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno meminta pendapat kepada Habib Ali Kwitang terkait waktu pelaksanaannya.

Habib Ali menentukan tanggal 17 Agustus 1945 M yang tepat pada 9 Ramadan 1364 H sebagai hari untuk membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini juga dikatakan oleh Ketua PWNU DKI Kiai Samsul Ma'arif.

“Habib Ali Kwitang kala itu yang menentukan hari dan waktu proklamasi kemerdekaan Indonesia,” katanya seperti dilansir dari NU Online, Senin (15/8/2022).

Dalam sumber lain disebutkan jika Soekarno juga meminta pendapat kepada pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari terkait tanggal proklamasi kemerdekaan. KH Hasyim Asy’ari melakukan musyawarah dengan para ulama lainnya. 

Hasil musyawarahnya, KH Hasyim Asy’ari menyarankan agar proklamasi kemerdekaan dilakukan pada hari Jumat di bulan Ramadan. Jumat adalah sayyidul ayyam (penghulunya hari) dan Ramadan adalah sayyidus syuhrur (penghulunya bulan).

4 dari 4 halaman

Diusulkan Sebagai Pahlawan Kemerdekaan

Habib Ali Kwitang wafat pada Ahad, 20 Rajab 1388 H atau 13 Oktober 1968 M. Melihat perannya dalam kemerdekaan Indonesia dinilai layak untuk menjadi pahlawan kemerdekaan.

Mengutip laman NU Online, PWNU DKI Jakarta pernah mengusulkan Habib Ali Kwitang sebagai pahlawan kemerdekaan. Namun, usulan tersebut perlu izin dari pihak keluarga.

“PWNU mengusulkan ini Bib kepada Al Walid Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi untuk diusulkan ke negara supaya bisa menjadi pahlawan kemerdekaan. Tapi semua itu harus izin keluarga,” tutur Ketua PWNU DKI Kiai Samsul Ma'arif meminta izin kepada keluarga Habib Ali Kwitang di kediamannya pada September 2021 lalu.

“Kalau memang diperbolehkan, kami akan membuat surat ke Presiden, bahwa allahyarham Habib Ali supaya menjadi salah satu pahlawan kemerdekaan," sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.