Liputan6.com, Jakarta Pada 7 hingga 12 September 2024, Taman Budaya Jawa Tengah menjadi pusat perhatian bagi pecinta seni rupa Indonesia. Pameran nasional bertajuk "Mbangun Svarga Rupa" berhasil mengundang perhatian luas dengan menampilkan karya seni dari berbagai seniman Tanah Air.
Diinisiasi oleh Guyub Rukun Seni Nusantara dan dikurasi oleh Dr. Drs. Hajar Pamadhi, pameran ini membawa tema besar yang berfokus pada penciptaan ruang ekspresi estetika, baik dalam bentuk realistik maupun abstrak. Pameran ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni rupa, tetapi juga tempat di mana ide-ide dan imajinasi seniman menemukan wujud nyata dalam karya.
Baca Juga
Sesuai dengan judulnya, "Mbangun Svarga Rupa" yang secara harfiah berarti membangun surga seni, acara ini menawarkan pengalaman bagi para seniman untuk memvisualisasikan dunia ideal mereka. Melalui seni, mereka diajak memasuki dunia cita-cita, menciptakan ruang imajiner di mana perasaan, pikiran, dan gagasan diekspresikan dalam bentuk yang estetis.
Advertisement
Karya-karya yang ditampilkan pun beragam, mulai dari realisme sosial hingga ekspresionisme abstrak yang mencerminkan keragaman teknik dan sudut pandang perupa dalam merespon lingkungan sosial dan imajinatif mereka.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Selasa (10/9/2024).
Seni Rupa sebagai Ruang Ekspresi dan Kontemplasi
Dalam pameran ini, konsep seni rupa dipandang sebagai ruang kontemplasi, di mana seniman dapat mengekspresikan dunia batin mereka. Menurut kurator Dr. Hajar Pamadhi, pameran ini menjadi ajang bagi seniman untuk merenung dan berkhayal, serta menyalurkan pengembaraan batinnya ke dalam bentuk karya seni. "Mbangun Svarga Rupa adalah sebuah ruang imajiner yang memungkinkan para seniman menggali ekspresi batin terdalam mereka, baik melalui karya realistik maupun abstrak. Di sinilah mereka bisa bermimpi dan menyalurkan gagasan estetik mereka," jelasnya.
Tema besar pameran ini mengusung dua pendekatan utama, yaitu realistik dan abstrak. Pendekatan realistik menampilkan berbagai bentuk seni yang mencoba memvisualisasikan dunia nyata, baik dalam bentuk Realisme Sosial maupun Still Life drawing. Karya-karya ini menampilkan objek manusia, binatang, serta berbagai unsur kehidupan sosial secara objektif.
Di sisi lain, karya-karya abstrak menampilkan ide-ide imajinatif dengan sentuhan ekspresionisme dan impresionisme, termasuk interpretasi bebas terhadap wayang dan unsur budaya lokal lainnya. Seniman diizinkan untuk mengolah objek material dan imajinasi, menghasilkan karya yang menggugah persepsi dan pemikiran penikmat seni.
Advertisement
Membangun Apresiasi Seni di Kalangan Generasi Muda
Pameran ini juga bertujuan untuk mendidik dan meningkatkan apresiasi seni di kalangan generasi muda, terutama para pelajar. Salah satu seniman yang turut berpartisipasi, Pak Sentot, menjelaskan bahwa pameran ini sengaja menargetkan pelajar, pendidik, dan masyarakat umum. Menurutnya, penting bagi anak-anak untuk belajar memahami seni sejak dini agar tidak "buta seni". "Kami ingin anak-anak bisa belajar langsung dengan melihat karya seni, baik yang bersifat realistik maupun abstrak. Melalui pameran ini, mereka bisa mendapatkan gambaran nyata tentang keragaman seni rupa," ujar Pak Sentot.
Tak hanya itu, pameran ini juga berperan sebagai wadah bagi siswa berbakat di bidang seni untuk menyalurkan kreativitas mereka. Rumah Kreatif, sebagai salah satu penyelenggara, menyediakan ruang bagi siswa yang tertarik dengan seni untuk berkonsultasi dan memperdalam bakat mereka.
Bu Hesti, salah satu panitia dari Rumah Kreatif, menjelaskan bahwa pameran ini adalah langkah penting dalam menjaga eksistensi seni rupa di Indonesia. "Seni tidak ada kadaluarsa. Ini menjadi referensi bagi anak-anak yang memiliki bakat di bidang seni untuk mengembangkan diri dan mencari ruang ekspresi yang tepat," jelasnya. Tidak hanya seni rupa, Rumah Kreatif juga membuka pintunya untuk bentuk-bentuk seni lainnya, menjadikan pameran ini sebagai tempat berkumpulnya generasi muda yang tertarik dengan dunia seni.
Pameran sebagai media edukasi bagi generasi muda
Pameran Mbangun Svarga Rupa tidak hanya menghadirkan karya-karya visual yang memukau, tetapi juga sukses menarik perhatian berbagai kalangan, terutama para pelajar. Terlihat mayoritas pengunjung pameran adalah siswa sekolah menengah pertama (SMP) yang datang secara berkelompok. Kehadiran para pelajar ini mencerminkan upaya panitia untuk menjadikan pameran sebagai media edukasi bagi generasi muda. Mereka datang dengan rasa ingin tahu tinggi, menjelajahi setiap sudut pameran sambil mendiskusikan karya-karya seni yang dipajang.
Beberapa pengunjung, yang merupakan siswa-siswi dari SMP 3 Colomadu, mengungkapkan kegembiraannya setelah mengunjungi pameran. "Senang dan menarik, ada banyak lukisan yang bagus dan berbeda dari yang biasa saya lihat. Ini pengalaman baru bagi saya," katanya. Komentar positif ini menunjukkan bahwa pameran ini mampu membuka wawasan anak-anak terhadap dunia seni rupa, memberikan inspirasi baru bagi mereka untuk menggali lebih dalam.
Pameran ini juga memberikan peluang bagi para seniman untuk menyampaikan pesan dan ide mereka melalui karya seni. Beragamnya gaya dan teknik yang ditampilkan, mulai dari representasi realistik hingga abstrak, memberikan kebebasan interpretasi kepada penikmat seni. Para pengunjung diajak untuk tidak hanya melihat seni secara fisik, tetapi juga memahami makna di balik setiap karya yang dipamerkan.
Salah satu kutipan dari seniman besar Edgar Degas yang menjadi bagian dari tema pameran ini berbunyi, "Drawing is not what one sees, but what one can make others see." Kutipan ini menggambarkan filosofi mendasar dari pameran Mbangun Svarga Rupa, yaitu seni sebagai medium untuk membuka pandangan dan inspirasi baru bagi setiap orang.
Secara keseluruhan, pameran ini berhasil menghidupkan seni rupa sebagai jendela menuju dunia imajinasi dan refleksi. Seniman-seniman yang terlibat dalam pameran ini tidak hanya menampilkan karya, tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai seni dan budaya. Melalui Mbangun Svarga Rupa, seni rupa Indonesia semakin berkembang dan diakui sebagai wadah penting dalam mengekspresikan gagasan, mimpi, dan refleksi sosial.
Advertisement