Sukses

14 Tradisi Lebaran Unik yang Cuma Ada di Indonesia

Kumpulan tradisi Lebaran Idul Fitri yang cuma ada di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Indonesia merupakan negara yang kaya akan tradisi dan budaya yang beragam. Salah satu momen penting dalam kalender budaya Indonesia adalah perayaan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran. Di Indonesia, terdapat banyak tradisi unik yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran, dan beberapa di antaranya hanya ada di Indonesia. 

Tradisi-tradisi ini tidak hanya memiliki nilai historis yang dalam, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya dan kebersamaan yang kuat di antara masyarakat Indonesia. Salah satu tradisi unik adalah memberikan amplop berisi Tunjangan Hari Raya (THR) kepada anak-anak kecil dalam keluarga sebagai simbol kebahagiaan dan keberkahan.

Nyatanya tradisi ini cuma ada di Indonesia. Selain itu, terdapat tradisi-tradisi lain yang menunjukkan kekayaan budaya Indonesia dalam perayaan Lebaran, yang ternyata tidak ada di negara-negara lain yang merayakan lebaran.

Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber kumpulan tradisi Lebaran Idul Fitri yang cuma ada di Indonesia, Kamis (11/4/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. Ziarah Kubur atau Nyekar

Di Indonesia, khususnya pada saat Hari Raya Idul Fitri, terdapat tradisi yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Muslim, yaitu ziarah kubur atau nyekar. Ziarah kubur atau nyekar merujuk pada kunjungan ke makam keluarga dan leluhur, yang sering dilakukan sebagai bagian dari perayaan Lebaran. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum Lebaran atau pada pagi hari pertama Idul Fitri.

Masyarakat Indonesia menganggap ziarah kubur atau nyekar sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan leluhur serta keluarga yang telah meninggal dunia. Selain itu, ziarah kubur juga dianggap sebagai momen untuk berdoa dan memohon ampunan serta berkah bagi yang telah meninggal.

Selama ziarah kubur, masyarakat biasanya membersihkan dan merawat makam dengan membersihkan rumput liar, membersihkan batu nisan, serta menaburkan bunga atau air sebagai tanda penghormatan. Selain itu, saat ziarah kubur juga sering diisi dengan membaca Al-Qur'an, berdoa, dan mengenang kenangan bersama orang yang telah meninggal.

2. Halal bi Halal

Di samping ziarah kubur atau nyekar, tradisi Halal bi Halal juga menjadi bagian penting dari perayaan Lebaran di Indonesia. Halal bi Halal adalah tradisi bersilahturahmi dan memaafkan satu sama lain yang dilakukan pada hari pertama Idul Fitri.

Tradisi Halal bi Halal mengandung makna penting dalam mempererat tali silaturahmi antarindividu, keluarga, dan masyarakat. Pada hari pertama Lebaran, masyarakat Indonesia sering mengunjungi keluarga, sahabat, tetangga, dan kerabat untuk mengucapkan selamat Idul Fitri, berbagi makanan, serta saling memaafkan atas kesalahan dan kesalahpahaman yang mungkin terjadi di masa lalu.

Dalam tradisi Halal bi Halal, kata "halal" bermakna "boleh" atau "dibolehkan," sementara "bi halal" secara harfiah berarti "dengan halal." Hal ini mencerminkan pentingnya memaafkan dan memperbaiki hubungan antarindividu dalam suasana yang penuh kedamaian dan kesucian, sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam tentang kasih sayang, pengampunan, dan toleransi.

3 dari 8 halaman

3. Mudik atau Pulang Kampung

Mudik, atau lebih dikenal sebagai "Pulang Kampung," merupakan salah satu tradisi yang sangat diidentifikasi dengan perayaan Lebaran di Indonesia. Libur Lebaran menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan oleh para perantau atau mereka yang tinggal jauh dari kampung halaman, karena ini adalah waktu yang tepat untuk bersilahturahmi dengan keluarga dan kerabat di kampung.

Mudik tidak hanya sekadar perjalanan fisik pulang ke kampung halaman, tetapi juga memiliki makna yang lebih mendalam. Ini adalah kesempatan langka untuk bertemu dengan orang-orang tercinta yang mungkin jarang bertemu sepanjang tahun, mengikuti tradisi keluarga yang telah turun-temurun, serta merasakan kembali suasana kampung dengan segala kehangatan dan kebersamaannya.

Bagi sebagian orang, Mudik bukan hanya sekadar kegiatan transportasi, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual dan emosional yang mengingatkan mereka akan akar dan identitas mereka sebagai bagian dari komunitas dan budaya di kampung halaman. Tradisi Mudik juga menjadi momen refleksi dan syukur atas segala berkah yang diberikan sepanjang tahun, serta kesempatan untuk mempererat ikatan keluarga dan silaturahmi.

4. Tradisi Takbiran

Selain Mudik, tradisi Takbiran juga menjadi bagian penting dari perayaan Lebaran di Indonesia. Takbiran adalah kegiatan yang dilakukan pada malam hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, di mana orang-orang berkumpul untuk mengumandangkan takbir secara bersama-sama sambil menabuh beduk dengan meriah.

Pawai takbiran ini memiliki nuansa yang sangat khas dan berbeda-beda di setiap daerah, tergantung pada tradisi dan kebiasaan masyarakat setempat. Beberapa daerah mengadakan pawai takbiran dengan menghias kendaraan-kendaraan dan memainkan musik tradisional, sementara di tempat lain, takbiran dilakukan secara massal di mesjid atau lapangan terbuka dengan diiringi oleh penabuh beduk dan kembang api.

Tradisi Takbiran juga mencerminkan semangat kebersamaan dan kegembiraan dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Suara takbir yang berkumandang di malam hari memberikan atmosfer yang meriah dan mengingatkan semua orang akan makna dan nilai-nilai agama serta kebersamaan dalam beribadah dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT.

4 dari 8 halaman

5. Tradisi Salam Tempel

Salah satu tradisi yang sangat unik dan dinantikan dalam perayaan Lebaran di Indonesia adalah tradisi "salam tempel." Tradisi ini terjadi ketika anggota keluarga yang telah dewasa dan memiliki penghasilan, seperti orangtua atau kakak-kakak, membagikan amplop berisi Tunjangan Hari Raya (THR) kepada anak-anak kecil dalam keluarga. THR ini seringkali diberikan dalam bentuk uang tunai dan merupakan bagian dari tradisi memberi yang dianggap sebagai wujud kebahagiaan dan keberkahan di Hari Raya Idul Fitri.

Anak-anak kecil dengan penuh antusiasme menanti momen "salam tempel" ini karena mereka merasa diberkahi dan dihargai dengan hadiah yang diberikan oleh anggota keluarga yang lebih tua. Selain itu, tradisi ini juga menjadi pembelajaran bagi anak-anak tentang pentingnya berbagi rezeki dan kebahagiaan dalam berbagi dengan sesama, sekaligus memberikan rasa kebersamaan dan kehangatan dalam keluarga saat perayaan Lebaran tiba.

6. Tradisi Baju Baru

Selain tradisi "salam tempel," satu hal lagi yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia saat menjelang Hari Raya Lebaran adalah kesempatan untuk berbelanja baju baru. Bahkan, sejak memasuki bulan Ramadan, sudah banyak promo-promo khusus Lebaran yang ditawarkan di berbagai toko dan pusat perbelanjaan.

Berbelanja baju baru menjadi suatu kegiatan yang sangat disukai dan dianggap sebagai bagian penting dari persiapan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat Indonesia seringkali menganggap memiliki baju baru untuk Lebaran sebagai simbol kebahagiaan, keberkahan, dan kesegaran dalam memasuki suasana baru setelah menjalani bulan Ramadan dengan ibadah dan kesederhanaan.

Selain itu, tradisi berbelanja baju baru juga mencerminkan semangat untuk tampil maksimal dan memperindah penampilan saat berkumpul bersama keluarga dan kerabat di hari Lebaran. Banyak orang yang merasa lebih percaya diri dan bersemangat menyambut Lebaran setelah memiliki baju baru yang dipilih dengan cermat sesuai dengan selera dan tren fashion yang sedang berlaku.

5 dari 8 halaman

7. Ketupat, Makanan Khas Idul Fitri di Indonesia

Setiap negara memiliki makanan khas yang menjadi ikon dalam perayaan Idul Fitri mereka. Di Indonesia, salah satu makanan yang tidak bisa dilewatkan dalam perayaan Lebaran adalah Ketupat. Ketupat merupakan hidangan khas yang hampir selalu tersedia di meja makan setiap rumah pada hari raya Idul Fitri. Kuliner ini disajikan dengan berbagai lauk pendamping yang juga khas seperti opor, rendang, sambal goreng, dan masih banyak lagi.

Ketupat memiliki makna yang sangat mendalam dalam budaya Indonesia. Bentuknya yang segi empat melambangkan kesederhanaan, kesucian, dan kebersamaan. Proses pembuatannya yang memakan waktu dan kesabaran juga mengajarkan nilai-nilai keuletan dan ketekunan. Oleh karena itu, Ketupat tidak hanya menjadi hidangan yang lezat dan menggugah selera, tetapi juga memiliki nilai-nilai budaya yang dalam.

8. Kue Lebaran

Selain Ketupat, kue-kue menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi menyambut Idul Fitri di Indonesia. Menjelang Lebaran, pasar dan mal-mal dipenuhi dengan berbagai jenis kue manis dan gurih yang menjadi primadona di meja makan Lebaran. Anggota keluarga pun seringkali sibuk membuat kue-kue khas Lebaran seperti Nastar, kue putri salju, dan berbagai jenis lainnya untuk menyambut tamu-tamu yang datang saat Lebaran tiba.

Kue-kue Lebaran bukan hanya sekadar hidangan penutup yang lezat, tetapi juga memiliki makna tersendiri dalam budaya Indonesia. Membuat kue-kue Lebaran bersama-sama dengan keluarga tidak hanya mengajarkan keterampilan memasak, tetapi juga mempererat ikatan keluarga dan mengajarkan nilai-nilai kerja keras, kebersamaan, dan berbagi dengan sesama.

6 dari 8 halaman

9. Tradisi Bakar Gunung Khas Bengkulu

Salah satu tradisi unik yang dilakukan pada hari raya di daerah Bengkulu adalah tradisi bakar gunungan. Tradisi ini terjadi pada malam takbiran, di mana masyarakat setempat membakar gunungan yang terbuat dari batok kelapa yang diatur menyerupai sate.

Tujuan dari tradisi bakar gunungan ini bukan hanya sekadar acara hiburan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam. Gunungan yang dibakar melambangkan kesyukuran kepada Allah SWT dan doa agar para keluarga yang telah berpulang mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di akhirat. Tradisi ini juga menjadi simbol penghormatan dan pengingat akan para leluhur yang telah meninggalkan jejak di masa lalu.

Masyarakat Bengkulu menyambut tradisi bakar gunungan dengan penuh semangat dan kebersamaan, mengumpulkan batok kelapa dan merancang gunungan dengan penuh kreativitas. Saat malam takbiran tiba, suasana meriah tercipta ketika gunungan mulai dibakar, diiringi dengan doa-doa dan ucapan syukur atas segala berkah yang diberikan Allah SWT.

10. Tradisi Meriam Karbit dari Pontianak

Di Pontianak, tradisi unik dalam menyambut Lebaran adalah dengan membuat meriam besar yang dinyalakan sebagai perayaan malam takbiran. Meriam karbit menjadi ikon yang sangat identik dengan perayaan Lebaran di kota ini.

Masyarakat Pontianak berkumpul di lokasi tertentu pada malam takbiran untuk menyaksikan pengalaman yang tak terlupakan saat meriam karbit dinyalakan. Suara dentuman meriam yang bergema di langit malam menjadi simbol kegembiraan dan kebersamaan dalam menyambut kedatangan Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi meriam karbit ini bukan hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga mengandung makna perayaan, syukur, dan semangat persaudaraan di antara masyarakat Pontianak. Suasana yang meriah dan penuh semangat saat meriam dinyalakan menciptakan momen yang menggugah jiwa dan mempererat tali persaudaraan serta kebersamaan di tengah-tengah perayaan Lebaran.

7 dari 8 halaman

11. Tradisi Grebeg Syawal Khas Yogyakarta

Salah satu tradisi yang sangat kental dan masih dijaga dengan baik di kesultanan Yogyakarta adalah tradisi Grebeg Syawal. Tradisi ini dilakukan pada tanggal 1 Syawal atau hari Lebaran, yang menjadi momen penting dalam perayaan Idul Fitri di Yogyakarta.

Grebeg Syawal merupakan simbol sedekah yang dilakukan oleh Sultan Yogyakarta. Pada acara ini, gunungan berisi berbagai macam bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya akan diberikan oleh Sultan kepada masyarakat secara gratis. Gunungan tersebut kemudian diarak di tengah-tengah masyarakat dengan penuh kegembiraan dan keceriaan.

Tradisi Grebeg Syawal bukan hanya sekadar pembagian sedekah, tetapi juga menjadi wujud kepedulian dan kebersamaan antara Sultan dengan rakyatnya. Masyarakat dengan penuh antusiasme mengikuti arak-arakan gunungan ini sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan dalam menyambut Idul Fitri.

12. Tradisi Meugang di Aceh

Di Aceh, tradisi Meugang merupakan salah satu tradisi yang sangat khas dan diwarisi dari generasi ke generasi. Tradisi Meugang awalnya sering dilakukan di Aceh, tetapi saat ini juga telah menyebar ke daerah-daerah lain dengan nama-nama yang berbeda.

Meugang adalah tradisi pembuatan makanan dari daging yang dilakukan sehari sebelum Lebaran. Tradisi ini dimulai dari warisan Sultan Iskandar Muda, yang tujuannya adalah untuk berbagi kepada masyarakat dhuafa dan anak yatim.

Pada hari Meugang, masyarakat Aceh sibuk mempersiapkan dan mengolah daging untuk dijadikan berbagai macam hidangan khas Lebaran. Hidangan-hidangan tersebut kemudian dibagikan kepada tetangga, kerabat, dan masyarakat yang membutuhkan sebagai bentuk kepedulian dan kebersamaan dalam menyambut hari raya.

 
8 dari 8 halaman

13. Tradisi Binarundak Sulawesi Utara

Di Sulawesi Utara, terdapat tradisi unik dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri yang disebut Binarundak. Tradisi ini melibatkan makan nasi jaha yang disajikan dalam bambu bakar dan dibakar dengan serabut kelapa. Nasi jaha merupakan campuran dari santan, jahe, dan beras ketan yang memberikan cita rasa khas dan lezat.

Proses pembuatan nasi jaha sendiri sudah menjadi bagian dari tradisi yang turun-temurun di Sulawesi Utara. Bambu yang digunakan untuk memasak nasi jaha diisi dengan campuran bahan-bahan tersebut, kemudian dibakar dengan serabut kelapa untuk memberikan aroma dan rasa yang unik. Proses ini tidak hanya menjadi cara memasak yang tradisional, tetapi juga menjadi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Makan nasi jaha dalam tradisi Binarundak bukan hanya sekadar menikmati hidangan lezat, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan, kehangatan, dan syukur dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat Sulawesi Utara seringkali menjadikan tradisi Binarundak sebagai momen untuk berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat ikatan keluarga serta komunitas.

14. Tradisi Tellasan Topak Madura

Di Madura, terdapat tradisi unik yang dikenal sebagai Tellasan Topak yang dilakukan pada hari ketujuh Lebaran. Tradisi ini melibatkan acara makan ketupat bersama yang dilakukan oleh perempuan dengan cara yang sangat istimewa.

Dalam tradisi Tellasan Topak, perempuan membawa makanan yang sudah disiapkan dan diantar langsung kepada orang yang lebih tua dengan cara meletakkan makanan atau nampan di atas kepala. Cara ini menunjukkan rasa hormat, penghormatan, dan penghargaan kepada orang yang lebih tua serta sebagai bentuk pengabdian dan kebersamaan dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Tradisi Tellasan Topak bukan hanya tentang makanan dan pesta bersama, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan, kebersamaan, dan kepedulian dalam budaya Madura. Momennya yang penuh kehangatan dan kegembiraan menggambarkan semangat persatuan dan solidaritas yang tinggi di antara masyarakat Madura saat merayakan Hari Raya Idul Fitri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.