Sukses

Kisah Cinta Wanita dengan Kondisi Dwarfisme, Ibu Mertua Sempat Skeptis

Jatuh cinta dan menikah dengan wanita yang bertubuh pendek, pria ini justru dikecam oleh keluarganya.

Liputan6.com, Jakarta Melalui video berdurasi singkat di YouTube, pasangan suami istri Yesi dan Bryan membagikan romansa percintaan mereka. Perjalanan cinta mereka kerap mendapatkan komentar tak pantas dari sejumlah kerbat dekat,. Ini karena sang istri diketahui menderita Dwarfisme.

Dwarfisme adalah istilah medis, yang merujuk pada kondisi di mana seseorang memiliki tinggi badan yang jauh lebih pendek dari rata-rata. Kondisi dwarfisme dapat memiliki dampak fisik dan kesehatan yang berbeda pada individu tergantung jenis dan penyebabnya.

Meskipun memiliki perbedaan tinggi badan yang signifikan, pasangan ini akui jatuh cinta saat pertemuan pertama. Menderita kondisi medis langka, tak membatasi Yesi untuk beraktivitas seperti wanita pada umumnya, seperti berkendara juga bekerja sebagai terapis.

Saat mengenalkan sang Yesi, ibu dari Bryan sempat skeptis dan menentang karena takut sang anak jadi pelayan istrinya seumur hidup. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa cinta dan kebahagiaan anaknya dengan Yesi jauh lebih penting daripada tinggi badan.

Berikut ini Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber tentang kisah pasangan dengan tinggi badan jauh berbeda, Jumat (13/10/2023). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jatuh Cinta dan Menikah dengan Wanita Bertubuh Pendek

Yesi dan Bryan adalah pasangan dengan perbedaan tinggi badan yang terpaut cukup jauh. Keduanya memutuskan untuk menikah dan hidup bersama bak dongeng di kehidupan nyata. Kisah ini bermula pada tahun 2017, ketika mereka pertama kali bertemu di ldunia maya yang luas. 

Yesi, yang sering diarahkan oleh teman dan ibunya untuk berkencan dengan orang yang memiliki tinggi badan yang sama dengannya. Tapi, ia memilih untuk mengambil jalan berbeda. Meski sudah berusia 34 tahun, dia tidak pernah secara eksklusif berkencan dengan seseorang yang tingginya sama. 

Bryan yang berusia 36 tahun, memiliki awal yang menarik dalam perjalanan online mereka. Dia melihat foto seluruh tubuh Yesi dan langsung menyadari, bahwa dia adalah seorang dengan kondisi Dwarfisme. Alih-alih terhalang oleh perbedaan tinggi badan, dia malah terpikat olehnya.

Pertemuan tatap muka pertama mereka berbentuk kencan makan malam. Pada pertemuan inilah kecocokan mereka menjadi sangat jelas. Hubungan Yesi dan Bryan melampaui batasan tinggi badan, nilai-nilai, minat, serta kepribadian mereka yang sama membentuk fondasi kisah cinta yang luar biasa.

 

3 dari 4 halaman

Jadi Terapis, Wanita Ini Tak Bergantung Kepada Suaminya

Seiring berjalannya waktu, hubungan Yesi dan Bryan semakin erat. Setahun setelah pertama kali bertemu, mereka memutuskan untuk langkah signifikan dan tinggal bersama. Pada tahun 2021, mereka adakan upacara pernikahan yang indah di Bahama.  Yesi yang tingginya hanya 2 kaki 11 inci (kira-kira setinggi anak berusia dua tahun), menderita kondisi sangat langka yang disebut displasia diastrofi, yang hanya dialami satu dari sejuta orang.

Kondisi ini membuat ia bergantung pada kursi roda dalam kesehariannya. Penyakit ini terutama menyerang tulang rawan, menyebabkan anggota badan menjadi lebih pendek, dan kerusakan sendi lebih cepat. Yesi tahu, mungkin butuh waktu lama bagi calon mertuanya untuk bisa menerimanya, mengingat situasinya yang unik.

Namun saat dia bertemu ibu Bryan yang bernama Maggie, segalanya menjadi sedikit sulit. Yesi mengatakan pertemuan pertama mereka tegang. Menyebabkan pasangan itu tidak berbicara dengan Maggie selama enam bulan.

Maggie sempat salah paham soal kondisi Yesi. Dia berasumsi bahwa Yesi bergantung sepenuhnya pada Bryan, dan Bryan harus menjadi pengasuh penuh waktunya. Namun kenyataannya, Yesi cukup mandiri. Dia bisa bepergian sendiri, mengemudi, dan bahkan bekerja sebagai terapis. 

 

4 dari 4 halaman

Saling Cinta Meski Banyak Komentar Negatif

Seiring berjalannya waktu, Maggie mulai menyadari bahwa kekhawatirannya sebenarnya bukan pada tinggi badan Yesi, namun lebih pada gagasan untuk mengasuhnya seumur hidup, mengingat latar belakang medisnya. Bryan pun mengaku belum sepenuhnya menjelaskan kemampuan Yesi kepada ibunya di awal hubungan, sehingga menimbulkan beberapa kesalahpahaman. 

Ketika Maggie duduk bersama putra dan menantunya untuk membahas kekhawatirannya, percakapan itu berubah menjadi percakapan yang menyentuh hati. Bryan bertanya kepada ibunya apakah dia merasa lebih baik dengan hubungan mereka, dan Maggie mengungkapkan kebahagiaannya untuk mereka.

Dia mengenali cinta dan kecocokan mereka dan berkata, “Saat Anda mengenal seseorang, saat Anda menyukai seseorang, Anda tidak melihat tinggi badannya. Jika kalian membawa kebahagiaan bagi Bryan, dan kalian saling mencintai, saya sangat bahagia.”

Meski banyak teman dan keluarga yang mendukung hubungan mereka, Yesi dan Bryan harus menghadapi tantangan dari beberapa kerabat dekat.

“Saya telah belajar bahwa mereka membuat komentar yang sangat kejam seperti gila atau bodoh bersama orang yang menjijikkan, apakah kita harus atau tidak memiliki anak karena saya masih kecil.”

Meski harus menghadapi tantangan seperti itu, cinta mereka semakin kuat, terutama komitmen mereka satu sama lain. Terlepas dari apa yang dipikirkan orang lain, Bryan ingin menegaskan bahwa tindakan kepeduliannya terhadap Yesi didorong oleh cinta, bukan kewajiban.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.