Sukses

Kisah Abu Bakar As Siddiq, Klhalifat Pertama yang Namanya Ada dalam Al-Quran

Kisah Abu Bakar As Siddiq yang juga merupakan mertua Rasulullah merekam sejarah perkembangan Islam yang juga tercatat dalam beberpa surat Al-Quran.

Liputan6.com, Jakarta Abu Bakar As Siddiq merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terpilih menjadi Al Khulafaur Ar Rasyidin atau Khalifah pertama untuk menggantikan peran Rasulullah menyebarkan ajaran Agama Islam. Kisah Abu Bakar As Siddiq dari mulai kelahiran hingga wafatnya, banyak menjadi inspirasi bagi umat Muslim. 

Dalam kisah Abu Bakar As Siddiq ada banyak teladan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Abu bakar mendapat gelar Ash Shiddiq dan Al-’Atiq. Ash Shiddiq artinya orang sangat jujur atau banyak membenarkan, sedangkan Al-’Atiq artinya selalu menjadi garda terdepan dalam hal kebaikan. Dari gelar yang diberikan dapat dilihat keluhuran sikap dari Abu Bakar As Siddiq.

Kisah Abu Bakar As Siddiq yang juga merupakan mertua Rasulullah merekam sejarah perkembangan Islam yang juga tercatat dalam beberpa surat Al-Quran. Hal ini membuat Abu Bakar menjadi sahabat Nabi yang istimewa. Berikut kisah Abu Bakar As Siddiq yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (25/9/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Kelahiran Hingga Menjadi Ash Shiddiq

Abu Bakar As Siddiq lahir dengan nama Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi. Ia lahir dari keluarga kaya Bani Taim dalam suku Quraisy pada tahun 573 Masehi di Makkah. Nasab Abu Bakar bertemu dengan nasab Nabi Muhammad pada kakek keenam, yaitu Murrah bin Ka’ab.

Abu Bakar diajak langsung oleh Nabi Muhammad SAW untuk memeluk agama Islam. Dia adalah salah satu dari al sabiqun al awwalun atau golongan orang pertama yang mengikuti ajaran Islam. Abu Bakar kemudian menjadi sosok yang sangat penting dalam penyebaran agama Islam. Dia juga menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad.

Abu Bakar tidak hanya memeluk Islam, tetapi juga menjadi seorang pendakwah yang gigih. Dia berusaha meyakinkan banyak tokoh penting, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan banyak lainnya, untuk mengikuti Islam.

Sayangnya, istri Abu Bakar yang bernama Qutailah binti Abdul Uzza tidak mau menerima Islam sebagai agamanya, sehingga Abu Bakar akhirnya menceraikannya. Namun, istrinya yang lain, Ummu Ruman, bersedia menjadi seorang muslimah.

Abu Bakar diberi gelar "Ash-Shiddiq" karena kepercayaan dan keyakinannya yang selalu membenarkan dan mempercayai Nabi Muhammad SAW. Gelar ini diberikan oleh umat Islam sebagai bentuk penghargaan atas kesetiaan dan kejujurannya.

Kedekatannya dan kesetiaannya kepada Muhammad sangat melekat pada diri Abu Bakar. Salah satu contohnya adalah saat ia mendampingi Muhammad dalam hijrah ke Madinah dan kepatuhannya dalam menerima keputusan Muhammad dalam Perjanjian Hudaibiyah, meskipun saat itu banyak sahabat Nabi yang tidak setuju dengan perjanjian tersebut karena dianggap tidak adil.

Kepercayaan Abu Bakar pada Rasulullah diceritakan dalam QS  Az Zumar ayat 33

وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Artinya: Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa, (QS.Az Zumar:33).

3 dari 5 halaman

Gelar Al-Atiq

Selain gelar Ash-Shiddiq, Abu Bakar juga dijuluki dengan Al-Atiq. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai alasan di balik julukan ini. Salah satu pendapat mengatakan bahwa gelar Al-Atiq diberikan kepada Abu Bakar karena ia memiliki wajah yang tampan dan menawan. Meskipun ini adalah interpretasi yang lebih terfokus pada atribut fisik, namun tampaknya ada ulama seperti Laits bin Sa’ad, Ahmad bin Hambal, Ibnu Mu’in, dan lain-lain yang mendukung pandangan ini.

Pendapat lain mengatakan bahwa gelar tersebut diberikan karena Abu Bakar selalu berada di barisan terdepan dalam melakukan kebaikan. Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar selalu aktif dalam melakukan amal baik dan selalu menjadi contoh dalam berbuat kebaikan. Pendapat ini disampaikan oleh Abu Nu’aim al-Fahdl bin Dukain.

Ada juga penafsiran yang menghubungkan gelar Al-Atiq dengan garis keturunan Abu Bakar yang dianggap suci. Gelar ini mungkin diberikan karena garis keturunannya terhindar dari perbuatan zina atau cacat moral. Ini menggarisbawahi integritas moral dan keturunannya yang bersih.

Versi lain dari penafsiran menyebutkan bahwa gelar Al-Atiqdiberikan kepada Abu Bakar karena ia telah mendapatkan jaminan kebebasan dari siksa neraka. Ini bisa merujuk pada kebaikan dan keimanannya yang luar biasa sehingga ia dijamin oleh Allah untuk mendapatkan keselamatan dari siksa neraka.

Penyebutan julukan ini juga terdapat dalam beberapa hadis, salah satunya adalah hadis Aisyah yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, 

 والله إني لفي بيتي ذات يوم ورسول الله -صلى الله عليه وسلم- وأصحابه في الفناء والستر بيني وبينهم إذ أقبل أبو بكر، فقال النبي صلى الله عليه وسلم: "من سره أن ينظر إلى عتيق من النار فلينظر إلى أبي بكر 

Artinya: Demi Allah, sesungguhnya aku sedang berada di rumahku pada suatu hari, sementara Rasulullah saw dan beberapa sahabat berada di halaman. Di antara aku dan mereka tertutup oleh pembatas. Tiba-tiba datang Abu Bakar, lalu Nabi bersabda, ‘Siapa yang senang melihat orang yang terbebas (‘atiq) dari api neraka, maka lihatlah Abu Bakar. (HR Al-Hakim)

4 dari 5 halaman

Diangkat Menjadi Khalifah

Sebelum Nabi Muhammad SAW wafat, beliau menunjuk Abu Bakar untuk menjadi imam shalat selama Nabi sakit. Penunjukan ini menunjukkan tingkat kepercayaan dan kedekatan Abu Bakar dengan Nabi. Setelah Rasulullah SAW meninggal, terjadi musyawarah di kalangan pemuka kaum Anshar (penduduk Madinah) dan Muhajirin (pengungsi dari Makkah) di Tsaqifah Bani Saidah di Madinah. 

Musyawarah ini bertujuan untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin umat Islam atau Khalifah setelah Nabi. Hasilnya, Abu Bakar terpilih sebagai Khalifah pertama umat Islam pada tahun 632 M. Abu Bakar menerima gelar "Khalifah ar-Rasul," yang berarti pemimpin pengganti Rasulullah SAW. Ini menunjukkan peran pentingnya sebagai penerus tugas Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam.

Selama masa kekhalifahan Abu Bakar, muncul banyak konspirasi dan nabi palsu. Salah satu konflik besar adalah Perang Yamamah, yang melibatkan pasukan Musailamah, seorang nabi palsu, melawan pasukan Muslim. Meskipun pertempuran ini berdampak tragis, akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslim.

Salah satu langkah penting yang diambil oleh Abu Bakar adalah pengumpulan mushaf Al-Qur'an. Hal ini terjadi setelah Umar bin Khatab menyarankan agar Al-Qur'an direkam dalam bentuk tulisan, karena saat itu banyak penghafal Al-Qur'an yang gugur dalam pertempuran. Awalnya, Abu Bakar ragu karena Rasulullah tidak pernah membukukan Al-Qur'an. Namun, setelah dijelaskan oleh Umar, Abu Bakar setuju untuk memulai proyek ini. Pengumpulan mushaf Al-Qur'an dipimpin oleh Zaid bin Tsabit.

Setelah pengumpulan mushaf Al-Qur'an selesai, mushaf tersebut diserahkan kepada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar meninggal dunia, mushaf Al-Qur'an itu kemudian disimpan oleh Hafsah binti Umar, yang juga merupakan istri Rasulullah.

Selama masa kekhalifahan Abu Bakar, banyak langkah penting diambil untuk mempertahankan dan menyebarkan ajaran Islam, termasuk menghadapi tantangan dari nabi palsu dan memulai proyek pengumpulan Al-Qur'an dalam bentuk tertulis, yang memiliki dampak besar dalam sejarah Islam. Abu Bakar As-Siddiq adalah salah satu pemimpin yang paling dihormati dan diingat dalam sejarah Islam karena pengabdian dan kontribusinya yang besar terhadap agama.

5 dari 5 halaman

Abu Bakar As Siddiq Wafat

Pada usia 63 tahun, Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat karena sakit yang dideritanya. Selama sakitnya yang berlangsung sekitar 15 hari sebelum wafat, Abu Bakar tidak dapat melakukan shalat berjamaah bersama sahabat-sahabatnya. Karena sebelumnya dia sering menjadi imam masjid, posisinya sebagai imam digantikan oleh Umar bin Khattab agar shalat berjamaah dapat tetap berlangsung.

Jenazahnya dimandikan oleh istrinya yang bernama Asma' binti Amisy sesuai dengan wasiatnya. Terdapat sumber yang mengklaim bahwa penyebab sakitnya adalah karena Abu Bakar mengonsumsi makanan yang diracuni oleh seorang Yahudi. Pada saat itu, dua temannya, yaitu al-Harist bin Kaladah dan al-Atab bin Usaid, juga mengalami penyakit yang sama dan meninggal pada hari yang sama.

Wafatnya Abu Bakar As-Siddiq menandai akhir dari kepemimpinannya sebagai Khalifah pertama Islam, tetapi warisannya dalam menyebarkan dan mempertahankan agama Islam tetap abadi dalam sejarah umat Islam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.