Sukses

Tinggi Hati Artinya Sikap Sombong, Kenali Ciri-ciri dan Penyebabnya

Tinggi hati artinya sikap sombong atau angkuh yang dimiliki oleh seseorang yang suka memandang rendah orang lain.

Liputan6.com, Jakarta Tinggi hati artinya sikap sombong atau angkuh yang dimiliki oleh seseorang yang suka memandang rendah orang lain. Sikap ini termasuk sikap tercela yang harus dihindari dan dijauhi dalam kehidupan.

Dalam buku All About Money (2021) oleh Benny Santoso, menjelaskan bahwa tinggi hati artinya adalah pintu masuk utama kegagalan dalam kehidupan seseorang. Kekayaan sangat mudah membuat orang menjadi tinggi hati.

Selain itu, ada banyak penyebab seseorang memiliki sifat tinggi hati, mulai dari ilmu hingga amal dan ibadah. Untuk itu, anda perlu mengenai ciri-ciri orang yang tinggi hati, supaya dapat menghindarinya.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai arti tinggi hati beserta ciri-ciri dan penyebabnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (25/5/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tinggi Hati Artinya

Secara umum, tinggi hati artinya sikap sombong atau angkuh yang dimiliki oleh seseorang yang suka memandang rendah orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, sombong adalah sikap menghargai diri secara berlebihan. Dengan begitu, tinggi hati artinya memandang diri sendiri berada di atas kebenaran.

Dalam Islam, tinggi hati artinya sombong yang diambil dari kata fakhar. Tinggi hati artinya adalah suatu perasaan atau emosi dalam hati yang dapat mengacu pada dua makna umum. Dalam konotasi negatif biasanya mengacu pada perasaan meningkatnya status atau prestasi seseorang, sering kali disebut "keangkuhan". 

Dalam buku Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam (2007), tinggi hati artinya perasaan yang menipu seseorang dengan merasa bahwa ialah yang lebih berkuasa dan disertai dengan keinginan untuk meremehkan orang lain.

Sementara itu, dalam buku All About Money (2021) oleh Benny Santoso, tinggi hati artinya adalah pintu masuk utama kegagalan dalam kehidupan seseorang. Orang yang tinggi hati senantiasa akan mencari kepentingan diri sendiri, hingga haus akan pujian dari seseorang.

3 dari 4 halaman

Ciri-ciri Sifat Tinggi Hati

Dalam buku Qur’anic Healing (2018) karya Ibnu Rusyadi al-Maswani, sikap tinggi hati artinya energi negatif yang selalu menuntut pelampiasan. Kita dapat dengan mudah mengetahui apakah seseorang bersikap tinggi hati atau tidak melalui sikap, tindakan, serta ucapan-ucapannya. Berikut ini ciri-ciri sifat tinggi hati yang dapat dikenali, yakni:

a. Sikap memuji diri sendiri

Sikap memuji diri muncul karena memiliki kelebihan di bidang harta, ilmu pengetahuan, dan keturunan bangsawan. Oleh karena itu, ia merasa lebih hebat, paling pandai, dan paling benar dibandingkan orang lain.

b. Merendahkan dan meremehkan orang lain

Sikap ini bisa diwujudkan dengan memalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain yang dikenalnya, karena merasa lebih baik dan lebih hebat darinya. Ia tak mau menerima kebenaran yang datangnya dari orang yang dipandang lebih rendah daripada dirinya.

c. Suka mencela dan membesar-besarkan kesalahan orang lain

Orang yang memiliki sifat tinggi hati, selalu menyangka bahwa dirinyalah yang benar, baik, dan mulia serta mampu melakukan segala sesuatu.

d. Mudah terbawa emosi

Orang memiliki sifat tinggi hati akan mudah terpancing emosinya apabila pendapatnya tidak diikuti orang lain. Selain itu, ia tidak bersedia dikritik atau diberi saran, walaupun pendapatnya kurang tepat. 

4 dari 4 halaman

Penyebab Timbulnya Tinggi Hati

Ada beberapa penyebab timbulnya sifat tinggi hati dalam diri seseorang, seperti:

1. Ilmu

Betapa cepat tinggi hati menyerang orang-orang yang berilmu. Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda,

“Bahaya ilmu adalah kesombongan.”

Seorang berilmu biasanya amat cepat merasa mulia dengan kemuliaan ilmu dan merasa di dalam dirinya ada keindahan dan kesempurnaan ilmu, lalu dia memandang besar dirinya dan menghinakan orang-orang.

2. Amal dan ibadah

Kondisi orang yang terlibat dalam amal dan ibadah tidak selalu bebas dari hina tinggi hati dan keangkuhan, demikian hati para zahid dan ahli ibadah dirasukinya. Tinggi hati mengakar dari mereka dalam agama dan dunia. Mereka sombong dalam hal duniawi karena mereka meyakini bahwa dengan peribadatan dan kezuhudan mereka, mereka memiliki hak atas makhluk. Mereka mengharapkan orang lain memenuhi hajat mereka, mengagungkan mereka, menghormati mereka di majelis-majelis, menyebutnyebut mereka sebagai orang warak dan bertakwa, lebih mengutamakan mereka dari pada yang lain.

3. Nasab dan keturunan

Orang yang berasal dari keturunan ningrat sering menganggap rendah orang lain yang bukan dari keturunan ningrat, meskipun amal dan ilmunya lebih tinggi. Terlalu sombongnya, sebagian sampai memandang orang lain sebagai budak, lalu menghindar dan tidak mau bergaul dengan mereka, apalagi duduk bersama mereka.

4. Kecantikan rupa

Tinggi hati artinya sombong dan angkuh dengan kecantikan ini umumnya berlaku pada kebanyakan perempuan. Diantaranya seperti yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah r.a.,

“Suatu hari seorang perempuan datang menemui Rasulullah, lalu aku berkata melalui gerak tanganku, yakni ‘Perempuan itu tidak cantik.’ Maka Nabi berkata, ‘Engkau telah menggunjingnya.’”

5. Harta dan kekayaan

Sombong dengan harta banyak terjadi di hampir semua lapisan masyarakat. Para penguasa (raja) saling menyombongkan diri dengan harta simpanan. Para saudagar saling menyombongkan diri dengan barang-barang niaganya. Para petani saling menyombongkan diri dengan tanahnya. Para model saling menyombongkan diri dengan pakaian, kuda, dan kendaraan-kendaraan mereka. Si kaya menghina si fakir dan bersikap sombong terhadapnya. Semua itu karena dia memandang besar kekayaan dan menghinakan kefakiran. Dan ini sungguh merupakan kebodohan. Dia tidak tahu bahaya kaya dan fakir.

6. kekuatan dan keperkasaan atau kekuasaan

Sombong dengan kekuatan dan keperkasaan biasanya ditujukan kepada orang-orang lemah. Orang yang sehat dan normal sombong terhadap orang-orang yang sakit dan cacat. Demikian pula keadaan lawan, sebab orang yang lemah dan tidak mampu menghadapi lawannya, maka si kuat di antara yang berlawanan itu akan sombong dengan kekuatannya terhadap si lemah. Demikian pula keadaan para raja, raja yang lemah akan dijajah oleh raja yang kuat, dengan harta, pasukan tentara yang banyak, dan lain sebagainya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.