Sukses

Tempat Ibadah Umat Budha adalah Vihara, Ini Fungsi dan Kewajiban di Vihara

Tempat ibadah umat Budha adalah Vihara. Vihara kadang juga disebut sebagai kuil.

Liputan6.com, Jakarta Seperti yang telah kita ketahui bahwa ada enam agama dan kepercayaan yang diakui secara resmi oleh negara Repulik Indonesia, salah satunya adalah agama Budha. Agama Buddha berasal dari India kuno sebagai tradisi yang disebut dengan Sramana. Tempat ibadah umat Budha adalah Vihara, atau kadang juga ditulis "Wihara."

Sama seperti rumah ibadah agama lainnya, Vihara juga memiliki sejumlah fungsi antara lain meningkatkan keyakinan para penganut Budha. Selain itu, Vihara juga memiliki fungsi untuk menunjukkan penghormatan kepada sang Budha.

Tempat ibadah umat Budha adalah Vihara. Vihara kadang juga disebut sebagai kuil. Meski demikian, masih banyak orang yang menyebut Vihara dengan sebutan Kelenteng. Padahal Vihara dan Kelenteng adalah dua bangunan yang berbeda.

Tempat ibadah agama Budha adalah Vihara. Sedangkan Kelenteng adalah sebutan untuk rumah ibadah  penganut taoisme maupun konfuciusisme.

Untuk lebih memahami lebih dalam mengenai tempat ibadah umat Budha adalah Vihara ini, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang sudah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (8/5/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Arti Vihara

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tempat ibadah umat Budha adalah Vihara, yang juga kadang disebut dengan kuil. Sebenarnya, selain disebut sebagai kuil, Vihara memiliki banyak sebutan di Indonesia.

Setidaknya ada delapan sebutan untuk rumah ibadah agama Budha. Adapun sebutan tempat ibadah umat Budha adalah Maha Vihara, Vihara, Arama, Kuil, Cetiya, TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma), Kelenteng Buddha, dan Bio.

Dari delapan sebutan tersebut, Vihara adalah sebutan yang paling banyak digunakan. Kata Vihara berasal dari bahasa Pali (bahasa India kuno) yang berarti tempat tinggal atau tempat untuk melakukan puja bhakti. Vihara juga dapat diartikan sebagai biara Budha atau tempat pertemuan para biarawan Budha.

Sekarang, istilah Vihara telah akrab di masyarakat untuk merujuk pada rumah ibadah umat agama Budha. Dengan kata lain tempat ibadah umat Budha adalah Vihara.

3 dari 5 halaman

Fungsi Vihara

Tempat ibadah umat Budha adalah Vihara. Sebagaimana bangunan lainnya, Vihara juga memiliki struktur yang terdiri dari bangunan-bangunan atau ruang-ruang yang memiliki masing-masing.

Dikutip dari artikel berjudul "Vihara Theravada di Kota Singkawang" (Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura, Volume 5, Nomor 1, Maret 2017), satu komplek Vihara biasa terdiri atas sejumlah bagian, yakni dhammasala, uposathagara, kuthi, dan bhavana sabha.

Dengan struktur bangunan seperti itu, Vihara memiliki sejumlah fungsi. Adapun fungsi utama dari Vihara adalah sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal. Selain itu, Vihara juga memiliki fungsi lain, Vihara mempunyai fungsi sebagai tempat melakukan puja bhakti, tempat pembabaran, penghayatan dan pengamalan Dhamma (ajaran Agama Buddha), sebagai tempat meditasi, sebagai tempat tinggal para Bhikku/Bhikkuni dan Samanera/Samaneri.

Tempat ibadah umat Budha adalah Vihara. Selain sebagai tempat ibadah, Vihara juga menjalankan peran sebagai pusat kegiatan keagamaan yang diharapkan dapat meningkatkan moral dan budi pekerti luhur dalam kehidupan beragama bagi umat Buddha serta mendidik dan menimbulkan kesadaran dalam mendalami Dhamma pada umat buddha dan masyarakat agar menjadi lebih baik dalam bermasyarakat.

4 dari 5 halaman

Bagian-Bagian Vihara dan Fungsinya

Tempat ibadah umat Budha adalah Vihara. Vihara adalah suatu komplek yang terdiri dari beberapa bangunan yang memiliki fungsinya masing-masing. Adapu bangunan-bangunan yang terdapat dalam satu komplek Vihara antara lain adalah dhammasala, uposathagara, kuthi, dan bhavana sabha.

Dhammasala

Dhammasala merupakan gedung utama dalam vihara, yang berfungsi sebagai tempat melakukan kebaktian dan upacara keagamaan untuk para umat dan bhikkhu. Bangunan ini dapat dimasuki oleh masyarakat umum.

Uposathagara

Uposathagara memiliki fungsi hampir sama dengan dhammasala tetapi sifatnya semi privat, hal ini disebabkan karena fungsi dari gedung uposathagara hanya sebagai tempat pentahbisan bhikkhu dan upacara keagamaan para Bhikkhu, jadi tidak untuk para umat.

Uposathagara biasanya memiliki luas minimal yang dapat menampung 5 orang bhikkhu dalam upacara upasampada, yaitu upacara pentahbisan bhikkhu, hal ini ada pada peraturan vinaya.

Bhavana Sabha

Bhavana Sabha adalah sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat untuk latihan meditasi para bhikkhu dan umat yang datang. Latihan meditasi dilakukan secara bersama dengan pimpinan atau sendiri (secara individu), sifat dari bangunan ini lebih privat, karena untuk berlatih meditasi butuh ketenangan.

Kuthi

Kuthi merupakan tempat tinggal para bhikkhu. Kuthi ini bersifat privat, oleh karena itu, jarak kuthi satu dengan yang lain berjauhan. Dalam 1 kuthi tinggal 1 orang bhikkhu, agar para bhikkhu ini dapat menghindari percakapan dan mereka lebih menghayati Dhamma.

Ukuran untuk 1 kuthi yang ditinggali oleh para bhikkhu atau samanera tidak boleh lebih dari 12 m². Hal ini tercantum dalam peraturan vinaya.

5 dari 5 halaman

Kewajiban di Vihara

Tempat ibadah umat Budha adalah Vihara. Sementara itu seperti dilansir dari laman resmi Kemenag Jateng disebutkan bahwa ada lima hal yang wajib dilakukan umat Buddha ketika di Vihara. Lima hal itu merupakan salah satu bentuk latihan umat Budha untuk menghormati rumah ibadahnya.

Apalagi rumah ibadah itu merupakan tempat umat Budha untuk meningkatkan saddha (keyakinan) terhadap Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha), serta pengembangan kebijaksanaan (paññā).

Adapun lima kewajiban itu adalah sebagai berikut:

1. Kebersihan

Lingkungan vihara, jasmani, dan batin yang bersih akan sangat mendukung dalam ketenangan untuk melatih pengembangan kebijaksanaan dan keyakinan umat Buddha. Batin yang bersih adalah batin yang terbebas dari tiga akar kejahatan, yakni keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan ketidaktahuan atau kegelapan batin (moha). Batin yang bersih dapat tercermin dari ucapan serta perilaku yang baik.

Di Vihara selayaknya kita mengembangkan tiga kondisi batin yang bersih ini, yang kemudian didukung dengan tempat (vihara) yang bersih. Yakni dengan memungut sampah apabila terlihat berserakan, menyimpan sampah anda sendiri dan membuangnya pada tempat sampah. Membersihkan debu di lantai, di altar, di kaca atau dinding, yang jika tidak dibersihkan  akan mengganggu konsentrasi anda ketika melakukan puja di hadapan Buddha, Dhamma, dan Sangha.

2. Kerapian

Tidak hanya jasmani yang bersih, tetapi kerapian dalam kita mengenakan busana juga akan mempengaruhi hubungan kita dengan umat lain di vihara. Kita bisa belajar dari pepatah Jawa, “Ajining rogo soko busono” artinya bahwa dengan berpakaian yang rapi, bersih, dan sopan selain kita menghormati tempat ibadah, menghormati orang lain, juga menghormati diri sendiri.

Selain itu kerapian perlengkapan di vihara, baik altar maupun alat-alat puja yang lain atau sarana prasarana di vihara juga merupakan tanggung jawab kita ketika di vihara. Meletakkan alas kaki pada tempatnya, menyusun dengan baik alas duduk, dan mengatur meja altar sebagaimana mestinya seharusnya dilakukan oleh umat Buddha ketika di vihara. Kerapian ini tentu akan mendukung kita dalam berkonsentrasi melaksanakan puja bhakti di vihara.

3. Kesopanan

Busana yang sopan juga harus didukung oleh sikap atau perilaku yang sopan pula. Kita harus dapat menempatkan diri bagaimana berperilaku serta berucap yang baik di Vihara, baik saat melakukan puja bhakti maupun bersapa dengan sesama umat, atau dengan rohaniwan. Kembali belajar dari pepatah Jawa, “Ajining diri soko lathi” bahwa dari ucapan lah kita dapat dihargai oleh orang lain.

Hindari bergosip maupun berbicara yang tidak benar ketika di vihara, berlatihkan berbicara hal-hal yang bermanfaat. Buddha juga selalu mengajarkan bagaimana kita harus selalu menjaga ucapan dan perbuatan kita, sehingga tidak menyakiti orang lain. Buddha menyebutkan bagaimana ciri dari perbuatan yang baik.

4. Ketepatan Waktu

Disiplin diri yang keempat adalah ketepatan waktu. Yakni selalu konsisten terhadap kesepakatan bersama saat menentukan waktu pelaksanaan kegiatan di vihara. Hal ini tentunya akan menjadi pembiasaan yang baik bagi semua umat, sehingga dapat menjadi contoh bagi generasi muda.

5. Meditasi

Meditasi merupakan salah satu rangkaian kebajikan di vihara. Meditasi adalah Latihan pengendalian diri baik pikiran, ucapan, maupun perilaku badan jasmani, yang harus didukung oleh keempat kebajikan yang lain. Dengan kebersihan, kerapian, kesopanan, dan kedisiplinan waktu, maka meditasi akan dapat terus dilatih, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan, yakni hilangnya kekotoran batin, dan tercapainya kebijaksanaan (paññā).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.