Sukses

Sifat Unsur Penyusun Senyawa Adalah Elektronegativitas Hingga Konfigurasi Elektron

sifat unsur penyusun senyawa adalah elektronegativitas hingga konfigurasi elektron.

Liputan6.com, Jakarta Sifat unsur penyusun senyawa adalah elektronegativitas hingga konfigurasi elektron, di mana unsur kimia yang membentuk senyawa ini akan bergabung secara kimiawi dengan unsur lainnya dan membentuk ikatan kimia. Senyawa kimia terdiri dari dua atau lebih unsur, yang terikat bersama dalam suatu perbandingan tertentu.

Setiap unsur memiliki sifat-sifat khas, yang mempengaruhi sifat-sifat senyawa yang dibentuk oleh unsur tersebut. Oleh karena itu, unsur-unsur yang berbeda dapat membentuk senyawa-senyawa yang memiliki sifat-sifat yang berbeda pula. Sebagai contoh, sifat unsur penyusun senyawa adalah unsur hidrogen (H) dan oksigen (O), dapat membentuk senyawa air (H2O) melalui pembentukan ikatan kovalen.

Sifat unsur penyusun senyawa adalah unsur yang mempengaruhi proses pembuatan dan pengolahan senyawa-senyawa kimia. Misalnya, sifat-sifat fisika dari unsur-unsur seperti kekuatan dan kekerasan dapat mempengaruhi sifat-sifat mekanik dari suatu senyawa, mulai dari kekuatan tarik, kekuatan lentur, dan kekerasan permukaan.

Berikut ini sifat unsur penyusun senyawa yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (3/5/2023). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sifat

1. Elektronegativitas

Sifat unsur penyusun senyawa adalah elektronegativitas. Elektronegativitas adalah kemampuan suatu atom, untuk menarik elektron dari atom lain dalam suatu senyawa. Sifat ini dinyatakan dengan skala yang disebut skala Pauling. Atom yang lebih elektronegatif cenderung menarik elektron dengan lebih kuat dan membentuk ikatan yang lebih polar. Sementara itu, atom yang lebih elektropositif cenderung menyerahkan elektron dan membentuk ikatan yang kurang polar.

Sifat ini sangat penting dalam memahami sifat-sifat senyawa ionik dan senyawa kovalen polar. Contoh senyawa ionik adalah natrium klorida (NaCl), yang terbentuk dari ikatan antara ion natrium (Na+) yang elektropositif dengan ion klorida (Cl-) yang elektronegatif. Contoh senyawa kovalen polar adalah air (H2O), yang terbentuk dari ikatan antara atom hidrogen (H) dan atom oksigen (O) yang memiliki selisih elektronegativitas yang besar.

2. Ukuran atom

Ukuran atom adalah jarak antara inti atom dengan elektron terluar. Ukuran atom yang lebih besar cenderung membentuk ikatan yang lebih lemah, karena elektron terluar berada lebih jauh dari inti atom. Sebaliknya, ukuran atom yang lebih kecil cenderung membentuk ikatan yang lebih kuat karena elektron terluar berada lebih dekat dengan inti atom. Sifat ini sangat penting dalam memahami sifat senyawa kovalen nonpolar.

Contoh senyawa kovalen nonpolar adalah gas neon (Ne), yang terbentuk dari ikatan antara atom neon yang memiliki ukuran yang sama. Karena elektron terluar berada pada jarak yang sama dari inti atom, ikatan ini bersifat nonpolar.

3. Bilangan oksidasi

Bilangan oksidasi adalah bilangan yang menunjukkan jumlah elektron, yang diberikan atau diterima oleh suatu atom dalam suatu senyawa. Bilangan oksidasi dapat digunakan untuk menentukan jenis ikatan yang terbentuk dalam suatu senyawa, apakah senyawa tersebut ionik, kovalen polar, atau kovalen nonpolar. Sifat ini sangat penting dalam memahami reaktifitas senyawa dalam berbagai situasi.

Contoh senyawa dengan bilangan oksidasi yang berbeda adalah senyawa H2O dan H2O2. H2O memiliki bilangan oksidasi oksigen (O) sebesar -2, sedangkan H2O2 memiliki bilangan oksidasi O sebesar -1. Perbedaan ini memengaruhi reaktifitas kedua senyawa tersebut, karena H2O2 lebih mudah mengalami reaksi oksidasi dibandingkan H2O.

4. Massa atom

Massa atom adalah massa dari suatu atom dalam suatu senyawa. Massa atom dapat digunakan untuk menentukan massa molar dari suatu senyawa, yang sangat penting dalam memahami reaktifitas senyawa dalam reaksi kimia. Massa molar digunakan dalam perhitungan stoikiometri, untuk menentukan jumlah senyawa yang dibutuhkan atau dihasilkan dalam suatu reaksi kimia. Sifat ini juga penting dalam memahami sifat fisika dari suatu senyawa.

Contohnya, senyawa dengan massa molar yang lebih besar cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi, karena ikatan antar molekulnya lebih kuat.

5. Konfigurasi elektron

Konfigurasi elektron adalah susunan elektron dalam suatu atom. Konfigurasi elektron dapat menentukan sifat-sifat kimia dari atom, seperti reaktivitas dan kemampuan untuk membentuk ikatan dengan atom lain. Sifat ini sangat penting dalam memahami sifat-sifat senyawa kovalen.

Contoh senyawa kovalen adalah metana (CH4), yang terbentuk dari ikatan antara empat atom hidrogen (H) dengan satu atom karbon (C). Konfigurasi elektron karbon menunjukkan bahwa atom karbon memiliki empat elektron valensi, sehingga dapat membentuk empat ikatan kovalen dengan atom hidrogen.

6. Kepolaran molekul

Kepolaran molekul adalah sifat molekul, yang menunjukkan seberapa besar perbedaan muatan antara atom-atom yang membentuk molekul tersebut. Molekul yang polar memiliki muatan parsial yang tidak seimbang, sementara molekul nonpolar memiliki muatan parsial yang seimbang. Sifat ini sangat penting dalam memahami sifat-sifat senyawa kovalen polar dan nonpolar.

Contoh senyawa kovalen polar adalah asam klorida (HCl), yang terbentuk dari ikatan antara atom hidrogen (H) dan atom klorin (Cl) yang memiliki elektronegativitas yang berbeda. Asam klorida bersifat polar, karena atom klorin menarik elektron dengan lebih kuat, sehingga ada muatan parsial negatif pada atom klorin dan muatan parsial positif pada atom hidrogen.

3 dari 4 halaman

Ciri-Ciri

Memiliki sifat kimia yang khas

Setiap unsur memiliki sifat kimia yang khas, di mana akan mempengaruhi sifat-sifat senyawa yang dibentuk oleh unsur tersebut. Sifat-sifat kimia ini meliputi elektropositivitas, elektronegativitas, kecenderungan untuk membentuk ikatan kimia, dan reaktivitas dengan unsur lainnya.

Contohnya, logam memiliki sifat elektropositif yang tinggi, yang membuat mereka cenderung kehilangan elektron saat membentuk ikatan kimia. Sementara itu, nonlogam memiliki sifat elektronegatif yang tinggi, yang membuat mereka cenderung mendapatkan elektron saat membentuk ikatan kimia. Sifat-sifat ini mempengaruhi sifat-sifat senyawa yang dibentuk oleh unsur tersebut, seperti konduktivitas listrik, kekerasan, dan titik lebur dan titik didih.

Membentuk senyawa melalui pembentukan ikatan kimia

Unsur-unsur bergabung secara kimiawi dengan unsur lainnya, dan membentuk ikatan kimia untuk membentuk senyawa. Ikatan kimia dapat terbentuk melalui transfer elektron, antara unsur-unsur atau melalui pembagian elektron antara unsur-unsur. Ikatan kimia yang paling umum terbentuk antara atom-atom yang memiliki kecenderungan untuk kehilangan elektron atau menerima elektron.

Contohnya, atom natrium (Na) kehilangan satu elektron dari kulit terluarnya untuk membentuk ion positif Na+, sedangkan atom klorin (Cl) menerima elektron dari atom natrium untuk membentuk ion negatif Cl-. Ion-ion Na+ dan Cl- ini kemudian membentuk ikatan ionik untuk membentuk senyawa NaCl (garam dapur).

Berada dalam perbandingan tetap dalam suatu senyawa

Unsur penyusun senyawa berada dalam perbandingan tetap, yang dinyatakan dalam suatu rumus kimia. Perbandingan ini dapat berupa perbandingan massa, jumlah mol, atau perbandingan atom. Sebagai contoh, rumus kimia untuk senyawa air (H2O) menunjukkan bahwa senyawa ini terdiri dari dua atom hidrogen (H) dan satu atom oksigen (O). Senyawa ini selalu memiliki perbandingan tetap antara atom-atom penyusunnya, yaitu 2:1.

Sifat senyawa berbeda dari sifat unsur penyusunnya

Senyawa yang dibentuk dari unsur-unsur, memiliki sifat-sifat yang berbeda dari sifat unsur penyusunnya. Sifat-sifat senyawa dapat dipengaruhi oleh sifat-sifat unsur penyusunnya dan ikatan kimia yang terbentuk antara unsur-unsur tersebut. Contohnya, gas hidrogen (H2) bersifat mudah terbakar dan tidak bersifat korosif, sedangkan gas klorin (Cl2) bersifat korosif dan bersifat beracun. Namun, ketika keduanya digabungkan untuk membentuk senyawa hidrogen klorida (HCl), sifat-sifat senyawa tersebut berbeda. Senyawa HCl bersifat asam, memiliki bau menyengat, dan dapat merusak jaringan.

Senyawa dapat terurai menjadi unsur-unsurnya

Senyawa yang dibentuk oleh unsur-unsur, dapat terurai kembali menjadi unsur-unsurnya melalui reaksi kimia yang sesuai. Sebagai contoh, senyawa air (H2O) dapat terurai kembali menjadi unsur-unsurnya yaitu hidrogen (H) dan oksigen (O) melalui reaksi elektrolisis. Reaksi ini membutuhkan energi untuk memisahkan molekul air, menjadi ion hidrogen dan oksigen.

Terdapat hukum-hukum yang mengatur sifat unsur penyusun senyawa

Terdapat hukum-hukum kimia yang mengatur sifat unsur penyusun senyawa. Hukum-hukum ini mencakup hukum konservasi massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan berganda. Hukum konservasi massa menyatakan bahwa massa total unsur-unsur yang terlibat dalam suatu reaksi kimia, tidak berubah selama reaksi berlangsung.

Hukum perbandingan tetap menyatakan bahwa unsur-unsur yang terlibat dalam suatu senyawa selalu berada dalam perbandingan tetap yang sama. Hukum perbandingan berganda menyatakan bahwa unsur-unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, namun perbandingan unsur-unsurnya selalu dalam bilangan bulat yang sederhana.

4 dari 4 halaman

Perbedaan Unsur dan Senyawa

Unsur dan senyawa merupakan konsep dasar dalam kimia yang penting untuk dipahami. Meskipun keduanya terdiri dari unsur-unsur, namun terdapat perbedaan mendasar antara unsur dan senyawa. Berikut adalah penjelasan perbedaan antara unsur dan senyawa:

Komposisi Kimia

Unsur adalah zat murni yang terdiri dari atom-atom yang memiliki nomor atom yang sama. Artinya, semua atom unsur memiliki jumlah proton yang sama di inti atomnya. Contoh unsur adalah oksigen, hidrogen, karbon, dan emas. Sedangkan senyawa adalah zat kimia yang terbentuk dari dua atau lebih unsur, yang bergabung dalam perbandingan tetap melalui pembentukan ikatan kimia. Contoh senyawa adalah air (H2O), garam dapur (NaCl), dan karbon dioksida (CO2).

Sifat Kimia

Unsur memiliki sifat kimia khas yang unik. Sifat kimia ini tergantung pada jumlah proton dan elektron di dalam atom unsur tersebut. Contohnya, gas oksigen (O2) bersifat reaktif dan memungkinkan pembakaran, sedangkan gas helium (He) bersifat inert dan tidak bereaksi dengan zat lain. Sedangkan senyawa memiliki sifat kimia yang berbeda dengan unsur-unsurnya. Sifat kimia senyawa tergantung pada jenis ikatan kimia yang terbentuk antara unsur-unsur penyusunnya.

Contohnya, natrium (Na) dan klorin (Cl) adalah unsur yang bersifat reaktif, namun senyawa garam dapur (NaCl) bersifat stabil dan tidak bereaksi dengan zat lain pada suhu kamar.

Pembentukan

Unsur tidak dapat dibentuk dari zat lain melalui reaksi kimia. Atom unsur hanya dapat diperoleh melalui penguraian atau sintesis nuklir. Sedangkan senyawa dapat dibentuk melalui reaksi kimia, antara unsur-unsur penyusunnya. Senyawa terbentuk melalui pembentukan ikatan kimia antara atom-atom unsur. Contohnya, air terbentuk melalui reaksi antara atom hidrogen dan atom oksigen.

Komposisi Fisik

Unsur memiliki sifat fisik tertentu seperti titik leleh, titik didih, kepadatan, warna, dan bentuk yang khas. Sifat fisik unsur tergantung pada jumlah proton, neutron, dan elektron di dalam atomnya. Sedangkan senyawa memiliki sifat fisik yang berbeda dengan unsur-unsurnya. Sifat fisik senyawa tergantung pada jenis ikatan kimia, dan jumlah atom-atom penyusunnya. Contohnya, air memiliki titik didih dan titik leleh tertentu yang berbeda dengan unsur hidrogen dan oksigen. 

Kegunaan

Unsur dan senyawa juga memiliki kegunaan yang berbeda. Unsur biasanya digunakan dalam bentuk murninya atau sebagai campuran dalam logam dan paduan untuk membuat bahan konstruksi, peralatan elektronik, dan sebagainya. Beberapa unsur juga digunakan dalam industri kimia dan farmasi untuk membuat bahan kimia dan obat-obatan. Sementara itu, senyawa digunakan dalam berbagai industri seperti farmasi, kosmetik, makanan, dan sebagainya.

Contohnya, garam dapur (NaCl) digunakan sebagai bahan pengawet dan penyedap rasa dalam makanan. Aspirin (asam asetilsalisilat) adalah contoh senyawa yang digunakan dalam industri farmasi sebagai obat pereda nyeri dan peradangan.

Nama dan Simbol

Unsur memiliki nama dan simbol khas, yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menunjukkan unsur dalam tabel periodik. Nama unsur biasanya berasal dari bahasa Latin atau bahasa lain yang berkaitan dengan sejarah penemuan unsur tersebut. Simbol unsur terdiri dari satu atau dua huruf yang diambil dari nama unsur dalam bahasa Inggris atau bahasa Latin. Sedangkan senyawa memiliki nama khusus yang mengacu pada unsur-unsur penyusunnya.

Nama senyawa biasanya terdiri dari nama unsur-unsur penyusunnya, dan prefiks dan sufiks tertentu untuk menunjukkan jenis ikatan kimia antara unsur-unsur tersebut. Contohnya, karbon dioksida (CO2) mengandung dua atom oksigen (O) dan satu atom karbon (C).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.