Sukses

Puasa Adalah Ibadah yang Dilakukan Umat Muslim, Ketahui Syarat Wajib dan Jenisnya

Puasa adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim di seluruh dunia

Liputan6.com, Jakarta Puasa adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Puasa dilakukan pada bulan Ramadhan, dan dianggap sebagai ibadah yang penting dalam agama Islam. Selama bulan Ramadhan, umat Muslim diwajibkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seksual mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Puasa adalah salah satu rukun Islam yang keempat, dan merupakan salah satu ibadah yang paling penting dalam agama Islam. Puasa dianggap sebagai cara untuk membersihkan diri dari dosa-dosa, menunjukkan ketaatan kepada Allah, serta membantu umat Muslim untuk lebih dekat dengan-Nya.

Puasa juga memiliki banyak manfaat kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan menahan diri dari makan dan minum selama beberapa jam, tubuh menjadi lebih efisien dalam memproses makanan dan meningkatkan kadar insulin dalam darah. Selain manfaat kesehatan, puasa juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang secara psikologis.

Dalam Islam, puasa adalah salah satu cara untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Puasa dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kesadaran diri, menjaga kesehatan fisik dan psikologis, serta menunjukkan ketaatan dan pengabdian kepada Allah.

Berikut ini syarat dan jenis puasa yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (28/4/2023). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Syarat-syarat Wajib dan Sah

1. Islam

Puasa hanya wajib bagi umat Muslim. Bagi mereka yang belum menjadi Muslim, tidak diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Seorang yang belum memeluk agama Islam, diharapkan untuk mempelajari dan memahami ajaran Islam terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk memeluk agama Islam dan menjalankan ibadah puasa.

2. Baligh

Syarat kedua adalah harus telah baligh atau telah mencapai usia dewasa, yang ditandai dengan tumbuhnya bulu pada kemaluan bagi laki-laki dan menstruasi bagi perempuan. Bagi mereka yang belum mencapai usia dewasa, puasa tidak diwajibkan. Selain itu, bagi orang yang telah tua dan melemah, diizinkan untuk tidak menjalankan ibadah puasa.

3. Berakal Sehat

Syarat ketiga adalah harus memiliki akal yang sehat dan mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, serta mampu menjalankan ibadah puasa dengan kesadaran penuh. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa atau gangguan mental yang mengganggu kesadaran tidak diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa.

4. Mampu

Syarat keempat adalah harus memiliki kemampuan untuk menjalankan ibadah puasa. Kemampuan ini mencakup kemampuan fisik dan kemampuan ekonomi. Bagi mereka yang sakit atau sedang dalam keadaan yang membutuhkan pengobatan, diizinkan untuk tidak menjalankan ibadah puasa. Bagi mereka yang kekurangan ekonomi dan tidak mampu membeli makanan yang cukup selama bulan Ramadan, juga diizinkan untuk tidak menjalankan ibadah puasa.

5. Niat

Niat merupakan syarat yang penting dalam menjalankan ibadah puasa. Niat harus dilakukan sebelum terbit fajar, dan sebelum memulai ibadah puasa. Niat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran. Tanpa niat, puasa tidak dianggap sah dan wajib.

6. Tidak Dibatalkan

Puasa juga tidak akan dianggap sah dan wajib jika dibatalkan oleh hal-hal yang dilarang seperti makan dan minum, berhubungan suami istri, atau sengaja muntah. Jika puasa dibatalkan, maka harus diganti pada hari lain. Selain itu, jika seseorang sengaja melakukan pelanggaran seperti makan atau minum selama puasa, maka puasanya menjadi batal dan harus diganti pada hari lain.

7. Berhenti Makan dan Minum Sebelum Fajar

Puasa juga harus dimulai dengan menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar, hingga terbenam matahari. Makan atau minum yang dilakukan setelah terbit fajar dan sebelum terbenam matahari akan membatalkan puasa. Selain itu, selama berpuasa, seseorang juga harus menahan diri dari perilaku yang dilarang

8. Menahan Diri dari Perilaku yang Dilarang

Selain menahan diri dari makan dan minum, selama berpuasa seseorang juga harus menahan diri dari perilaku yang dilarang dalam Islam. Hal-hal yang dilarang dalam Islam selama berpuasa antara lain berbohong, bergunjing, memaki, merokok, dan melakukan perilaku yang tidak senonoh. Selain itu, seseorang juga diharuskan untuk menjaga ucapan dan perbuatan yang baik selama berpuasa.

 

3 dari 5 halaman

Jenis

Puasa adalah salah satu ibadah yang penting dalam agama Islam. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada Allah, puasa juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan keselamatan spiritual manusia. Ada berbagai jenis puasa dalam agama Islam, yang dapat dilakukan oleh umat Muslim sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.

Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah puasa yang dilakukan selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Puasa ini diwajibkan kepada umat Muslim yang sudah baligh, sehat, dan mampu secara fisik dan mental untuk menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seksual mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam, yang wajib dilakukan oleh setiap umat Muslim. Selain menahan diri dari hal-hal yang diharamkan, puasa Ramadhan juga mengajarkan umat Muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

Puasa Sunnah

Puasa sunnah adalah puasa yang dilakukan secara sukarela oleh umat Muslim, untuk mendapatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah. Puasa sunnah dapat dilakukan setiap hari, setiap minggu, atau pada tanggal-tanggal tertentu dalam kalender Islam. Beberapa contoh puasa sunnah adalah puasa Senin-Kamis, puasa Arafah, dan puasa enam hari di bulan Syawal. Puasa sunnah tidak diwajibkan, tetapi jika dilakukan dengan niat yang ikhlas, maka puasa tersebut dapat memberikan pahala yang besar kepada pelakunya.

Puasa Qadha

Puasa Qadha adalah puasa yang dilakukan untuk mengganti puasa yang tidak dilakukan pada bulan Ramadhan karena alasan tertentu, seperti sakit atau dalam keadaan tertentu yang mengharuskan seseorang untuk tidak berpuasa. Puasa Qadha dapat dilakukan setelah bulan Ramadhan selesai. Puasa Qadha dianggap sebagai tanggung jawab dan kewajiban bagi umat Muslim yang tidak dapat berpuasa pada bulan Ramadhan.

Puasa Nadzar

Puasa Nadzar adalah puasa yang dilakukan sebagai bentuk janji atau nazarnya seseorang kepada Allah, untuk memenuhi suatu permintaan atau untuk bersyukur atas suatu kebaikan yang telah diterima dari Allah. Puasa Nadzar dilakukan dengan cara menahan diri dari makan dan minum pada waktu tertentu. Puasa Nadzar dianggap sebagai bentuk pengorbanan dan tindakan syukur kepada Allah.

Puasa Ayyamul Bidh

Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah. Puasa ini dilakukan karena dianggap memiliki banyak manfaat, baik secara spiritual maupun kesehatan. Puasa Ayyamul Bidh dianggap sebagai salah satu puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat Muslim.

4 dari 5 halaman

Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Dalam agama Islam, ada beberapa hal yang dapat membatalkan puasa, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat membatalkan puasa dalam agama Islam:

1. Makan, minum, dan merokok secara sengaja: Hal ini adalah hal yang paling umum yang dapat membatalkan puasa. Seseorang yang sengaja makan, minum, atau merokok saat berpuasa dianggap telah membatalkan puasanya dan harus menggantinya pada waktu yang lain.

2. Bersetubuh atau melakukan hubungan seksual juga dapat membatalkan puasa. Namun, jika seseorang melakukan hubungan seksual dalam keadaan lupa atau tidak sadar bahwa sedang berpuasa, maka puasanya tidak batal.

3. Bagi wanita yang sedang mengalami haid atau nifas, maka puasa yang dilakukannya dianggap tidak sah. Setelah selesai haid atau nifas, wanita tersebut harus mengganti puasanya di waktu yang lain.

4. Jika seseorang muntah-muntah secara sengaja, maka puasanya dianggap batal. Namun, jika muntah-muntah tersebut tidak disengaja, maka puasa tidak batal dan orang tersebut masih diperbolehkan untuk melanjutkan puasanya.

5. Jika seseorang melakukan transfusi darah selama berpuasa, maka puasanya dianggap batal. Namun, jika transfusi darah tersebut diperlukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang, maka orang tersebut tidak perlu mengganti puasanya di kemudian hari.

Penting untuk diingat bahwa puasa adalah suatu ibadah yang sangat mulia, dan harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan ketaatan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu berhati-hati dan memperhatikan segala hal yang dapat membatalkan puasa kita.

5 dari 5 halaman

Ibadah Puasa Dalam Agama/Kepercayaan Lain

Selain dalam agama Islam, ibadah puasa juga dilakukan dalam beberapa agama dan kepercayaan lainnya. Berikut adalah beberapa contoh ibadah puasa dalam agama/kepercayaan lain:

Kekristenan

Dalam Kekristenan, puasa dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti pada hari Rabu dan Jumat, serta selama masa Prapaskah dan masa Adven. Selama masa puasa, umat Kristen menahan diri dari makanan tertentu atau mengurangi porsi makanan. Misalnya, pada masa Prapaskah, umat Kristen diharuskan untuk menahan diri dari makan daging, sementara pada masa Adven, umat Kristen diharuskan untuk menahan diri dari makanan yang manis atau berlemak.

Hinduisme

Dalam kepercayaan Hinduisme, puasa dilakukan sebagai bentuk upavasa yang terdiri dari beberapa jenis puasa, seperti puasa Ekadasi, Puasa Purnima, Puasa Shivaratri, dan Puasa Navratri. Puasa Ekadasi dilakukan pada tanggal 11 setiap bulan dalam kalender Hindu, sementara Puasa Purnima dilakukan pada hari purnama (bulan purnama) dan Puasa Shivaratri dilakukan pada malam purnama pertama di bulan Phalguna. Sementara itu, Puasa Navratri dilakukan selama sembilan hari untuk memperingati kemenangan Durga atas raksasa Mahishasura.

Buddha

Selain itu, dalam Buddhisme, puasa dilakukan selama waktu tertentu, seperti pada saat Vassa atau musim hujan. Selama Vassa, para biksu dan biksuni bertapa selama tiga bulan, dari pertengahan Juli hingga pertengahan Oktober, dan menghabiskan waktu dalam meditasi dan studi agama. Para biksu dan biksuni juga melakukan puasa secara individu sebagai bagian dari praktik meditasi.

Kepercayaan Kuno

Dalam kepercayaan kuno seperti Mesir Kuno dan Yunani Kuno, puasa dilakukan sebagai bentuk penghormatan atau pengorbanan kepada dewa-dewi. Puasa dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti pada saat musim panen atau pada waktu-waktu yang dianggap sakral. Selama puasa, umat melakukan ritual-ritual yang berbeda tergantung pada kepercayaan mereka.

Dalam semua agama dan kepercayaan tersebut, ibadah puasa dilakukan sebagai bentuk pengorbanan dan pertapaan, serta sebagai cara untuk membersihkan tubuh dan pikiran. Selain itu, puasa juga dianggap sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperkuat iman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.