Sukses

Mengenal Spinal Cord Injury yang Dialami Laura Anna, Cedera Pada Sumsum Tulang Belakang

Laura Anna mengalami spinal cord injury sebelum meninggal dunia.

Liputan6.com, Jakarta Selebgram Laura Anna meninggal dunia pada Rabu (15/12/2021). Kabar duka ini pertama disampaikan oleh Shandy Purnamasari dan sahabat Laura, Aan Story melalui akun Instagramnya.

Aktris kelahiran 20 September 2000 ini sebelumnya dinyatakan lumpuh total sejak 2019 setelah mengalami kecelakaan bersama mantan kekasihnya yaitu Gaga Muhammad yang menyebabkan spinal cord injury atau cedera pada sumsum tulang belakang.

Spinal cord injury atau cedera sumsum tulang belakang merupakan kerusakan pada sumsum tulang belakang yang mengakibatkan hilangnya fungsi seperti mobilitas dan/atau perasaan. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh trauma akibat kecelakaan (mobil, tembakan, jatuh) maupun riwayat penyakit seperti polio.

Apa penyebab spinal cord injury? Bagaimana gejala dan risiko komplikasinya? Berikut rangkuman Liputan6.com tentang spinal cord injury, dari berbagai sumber, Rabu (15/12/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Mengenal Spinal Cord Injury

Mengutip Mayo Clinic, spinal cord injury merupakan cedera yang terjadi pada tulang belakang. Kerusakan pada bagian mana pun dari sumsum tulang belakang atau saraf di ujung kanal tulang belakang sering menyebabkan perubahan permanen pada kekuatan, sensasi, dan fungsi tubuh lainnya.

Kondisi satu ini juga memungkinkan seseorang merasakan dampak dari sisi mental, emosional, dan sosial. Mengingat siapapun yang mengalaminya, kemungkinan tidak dapat menjalani kehidupan yang produktif.

Spinal cord injury terbagi ke dalam dua jenis, yakni cedera penuh dan cedera sebagian. Cedera penuh terjadi ketika semua perasaan (sensorik) dan semua kemampuan untuk mengontrol pergerakan (motorik) hilang. Sementara cedera sebagian terjadi hanya pada beberapa fungsi sensorik dan motorik saja.

3 dari 7 halaman

Gejala Spinal Cord Injury

Secara umum, ada beberapa gejala yang mungkin muncul akibat spinal cord injury, di antaranya:

1. Mati rasa atau kesemutan.

2. Kesulitan mengontrol buang air besar atau kencing.

3. Kesulitan berjalan.

4. Kesulitan bernapas karena lemahnya otot perut, diafragma, dan interkostal (tulang rusuk).

5. Hilangnya kemampuan menggerakkan kaki atau lengan (lumpuh).

6. Sakit kepala.

7. Pingsan atau tidak sadarkan diri.

8. Aktivitas refleks yang berlebihan atau kejang.

9. Perubahan fungsi seksual, sensitivitas seksual dan kesuburan.

10. Syok.

11. Posisi kepala yang tidak wajar.

12. Nyeri, kekakuan, atau tekanan leher, punggung, dan anggota gerak tubuh.

Gejala yang muncul akibat spinal cord injury ini tergantung pada lokasi saraf tulang belakang mana yang terkena.

4 dari 7 halaman

Penyebab Spinal Cord Injury

Spinal cord injury bisa disebabkan oleh cedera langsung dan cedera tidak langsung. Cedera langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan atau peristiwa kekerasan yang merusak struktur tulang belakang. Sementara itu, cedera tidak langsung dapat disebabkan oleh penyakit pada tulang, jaringan, atau pembuluh darah di sekitar saraf tulang belakang. Beberapa contoh kecelakaan atau kekerasan yang bisa menyebabkan spinal cord injury antara lain:

1. Jatuh dari ketinggian.

2. Kecelakaan kendaraan yang menyebabkan benturan pada wajah, leher, punggung, atau dada.

3. Cedera pada kepala atau tulang belakang saat berolahraga.

4. Luka tusuk atau tembak yang mengenai tulang belakang.

5. Terjun ke air dangkal dengan bagian bawah tubuh terbentur lebih dahulu.

6. Memutar tubuh bagian tengah terlalu kencang atau terlalu kuat.

7. Tersengat listrik.

5 dari 7 halaman

Dampak Spinal Cord Injury pada Tubuh

Spinal cord injury merupakan salah satu jenis cedera fisik yang sangat serius dan dampaknya bisa bersifat jangka panjang. Informasi dari otak ke seluruh bagian tubuh atau sebaliknya akan terganggu bila terdapat cedera pada sumsum tulang belakang. Hal ini dapat menimbulkan penurunan kemampuan tubuh dalam bergerak (motorik) dan merasa (sensorik), baik sebagian maupun seluruh anggota tubuh.

Dampak spinal cord injury tergantung pada tingkat kerusakan yang terjadi. Pada cedera ringan, mungkin gangguan saraf sensorik dan motorik belum terjadi. Pada cedera yang berat, dapat terjadi kerusakan saraf yang menyebabkan kelemahan, mati rasa, hingga kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu.

Misalnya, spinal cord injury bagian bawah dapat memengaruhi fungsi seksual serta kontrol saraf dan otot ke kandung kemih, usus, dan kaki. Sedangkan spinal cord injury pada area leher, dapat memengaruhi otot-otot pernapasan. Bahkan, bila cedera mengenai bagian atas leher, penderita dapat mengalami kesulitan bernapas, hingga membutuhkan alat bantu pernapasan.

6 dari 7 halaman

Penanganan Spinal Cord Injury

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, spinal cord injury dapat terjadi secara traumatis dan nontraumatis. Pada spinal cord injury nontraumatis, penanganan akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Sebagai contoh, cedera yang disebabkan oleh tumor dapat ditangani dengan bedah tumor, radioterapi, atau kemoterapi. Sementara, cedera yang disebabkan oleh radang sendi dapat diatasi dengan obat antiradang dan fisioterapi.

Pada cedera yang terjadi akibat kecelakaan, pasien perlu dipasangkan penyangga leher segera setelah kecelakaan berlangsung. Hal ini untuk menghindari gerakan pada tulang belakang yang dapat membuat cedera semakin memburuk.

Setelah itu, pasien akan diletakkan pada tandu khusus untuk dibawa ke IGD. Pada kondisi kritis setelah kecelakaan, dokter IGD akan melakukan tindakan untuk menjaga kemampuan bernapas pasien, mencegah terjadinya syok, dan menjaga kestabilan tulang belakang. Setelah pasien dalam keadaan stabil, dokter akan mulai memberikan terapi untuk menangani spinal cord injury itu sendiri. Beberapa upaya yang dilakukan dokter meliputi:

1. Pemasangan Traksi

Pasien dapat diberikan penyangga leher dan punggung atau tempat tidur khusus, agar kepala, leher, atau punggungnya tidak bergerak sama sekali. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kondisi pasien bertambah parah dan untuk mengembalikan susunan tulang belakang ke posisi normal.

2. Pembedahan

Jika diperlukan, dokter akan melakukan bedah untuk menstabilkan posisi tulang belakang yang patah, membuang potongan-potongan tulang, benda asing, atau retakan tulang belakang yang menekan saraf tulang belakang.

Pasien juga akan mendapatkan terapi pendukung, seperti infus cairan dan nutrisi, selang makan, dan kateter urine. Pada beberapa kasus, pasien membutuhkan ventilator untuk bisa bernapas dengan baik.

7 dari 7 halaman

Komplikasi Spinal Cord Injury

Komplikasi yang dapat terjadi akibat spinal cord injury pada umumnya disebabkan oleh keterbatasan otot tubuh dalam bergerak, antara lain:

1. Jaringan otot mengecil (atrofi otot).

2. Berat badan bertambah karena aktivitas sangat terbatas.

3. Luka pada punggung atau bokong akibat tidak bisa bergerak.

4. Pneumonia akibat gerak napas yang tidak optimal.

5. Konstipasi atau sembelit.

6. Pembengkakan kaki.

7. Penggumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah kaki.

Selain itu ada juga beberapa komplikasi lain yang bisa terjadi, yaitu:

1. Kaku otot.

2. Gangguan berkemih.

3. Infeksi saluran kemih.

4. Tekanan darah yang tidak stabil.

5. Gangguan fungsi seksual.

6. Penurunan kesuburan.

7. Depresi, dan

8. Nyeri yang tak kunjung hilang di bagian tubuh tertentu

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.