Sukses

Pendapatan Turun saat Pandemi, Buruh Gendong Perempuan Yogyakarta Butuhkan Toilet Gratis

Biaya Rp 1.000 sekali pakai toilet menjadi sangat besar bagi buruh gendong perempuan yang penghasilannya menurun tajam akibat pandemi.

Liputan6.com, Jakarta 19 November 2020 diperingati sebagai Hari Toilet Sedunia. Namun, di masa seperti sekarang ini masih banyak orang yang kesulitan mengakses toilet. Beberapa bahkan merasa terbebani dengan pemakaian toilet berbayar. Seperti yang dialami oleh buruh gendong perempuan Yogyakarta.

Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan Yogyakarta (DU-BGPY) menemukan fakta jika buruh gendong masih harus menyisihkan uang untuk membayar tarif toilet umum pasar sebesar Rp 1.000 sekali pemakaian.

"Padahal sejak pandemi Covid-19, pendapatan buruh gendong berkurang drastis. Pendapatan mereka saat ini berkisar Rp.15.000– Rp.25.000 perhari, dan masih harus dipotong untuk membayar toilet" kata Berkah Gamulya, salah satu inisiator Dapur Umum Buruh Gendong Perempuan Yogyakarta kepada Liputan6.

Biaya Rp. 1.000 sekali pemakaian toilet menjadi sangat besar bagi buruh gendong perempuan di pasar Beringharjo, Giwangan, Kranggan dan Gamping yang penghasilannya menurun tajam akibat pandemi.

"Di masa pandemi ini, ketika banyak sekali aturan keringanan yang diberikan kepada masyarakat dan pengusaha (pajak, kredit, listrik, dll), tapi pemerintah daerah/kota lupa dengan keberadaan kelompok marjinal di pasar-pasar yang juga sangat membutuhkan berbagai keringanan, salah satunya biaya toilet." Imbuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berharap fasilitas umum yang layak dan gratis

Dalam siaran persnya, DU-BGPY juga menerangkan jika kondisi toilet tidak cukup layak dari sisi kebersihan, walaupun cukup memadai dari sisi jumlah.

DU-BGPY menyebut jika toilet gratis untuk buruh gendong adalah sebuah hal yang realistis. Pasalnya, tak jauh dari Beringharjo ada toilet berkelas internasional, yang dibuka untuk umum tanpa dipungut biaya di kawasan Nol KM Yogyakarta. Toilet mewah ini dibangun Pemda DIY dengan biaya Rp 5,8 miliar, dengan standar kebersihan tinggi untuk menunjang kegiatan wisata di pusat kota.

Artinya, fasilitas umum yang layak dan gratis itu realistis untuk diadakan, seperti halnya manajemen toilet di kompleks stasiun kereta api saat ini, apalagi untuk rakyat miskin terdampak pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 8 bulan lebih.

Informasi terbaru menyebut jika fasilitas tolilet gratis yang diusahakan sejak 2015 itu sudah mendapat janji akan digratiskan karena kontrak sebagian pengelola toilet akan habis di bulan November ini, sebagian lagi di akhir bulan Desember nanti.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini