Sukses

4 Tas Tradisional Suku di Indonesia, Ada yang Diakui UNESCO

Siapa sangka salah satu tas etnik asli suku Indonesia ini bahkan diakui oleh UNESCO dan menjadi inspirasi para desainer terkenal.

Liputan6.com, Jakarta Dunia fashion memang selalu menarik diikuti dan tak ada matinya. Lingkaran fashion selalu berputar sejalan dengan berkembangnya zaman. Tak heran jika tren fashion tahun-tahun lalu yang sudah lewat muncul kembali di tahun-tahun sekarang ini. Salah satu model fashion yang tak ada habisnya termakan waktu adalah gaya vintage.

Vintage merupakan fashion yang diadaptasi pada era 20-an sampai 60-an. Tema vintage memang bisa memberikan penampilan yang unik sekaligus berkelas. Inilah yang membuat gaya vintage tetap menjadi tren dan masih banyak digunakan di industri fashion. Sekarang ini gaya vintage kerap kali di mix & match dengan aksesoris etnik, seperti tas.

Bicara tentang tas etnik, belum lama ini tas-tas etnik asli Indonesia berhasil menyita perhatian para fashionista dan khususnya kaum perempuan. Keindahan dan kekhasan budaya Indonesia, kini tidak hanya bisa dikenakan dalam bentuk pakaian saja, tapi juga sebagai pelengkap penampilan jadi lebih epik.

Bahkan siapa sangka salah satu tas etnik asli suku Indonesia ini bahkan diakui oleh UNESCO dan menjadi inspirasi para desainer terkenal. Beberapa suku di Tanah Air masih memelihara budaya membuat tas tradisional tersebut. Ada yang berupa rajutan, anyaman, serta tenunan. Berikut 4 tas etnik asli suku Indonesia yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (30/9/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Noken

Tas Noken ini terbuat dari serat kulit kayu. Uniknya, tidak seperti tas biasa yang disangkutkan ke bahu, tas ini dipakai dengan cara disangkutkan di kepala sementara bagian kantungnya menjuntai ke punggung. Masyarakat Papua selalu menggunakan noken sebagai wadah untuk membawa barang bawaan saat bepergian dan dipakai untuk membawa anaknya.

Bahan baku tas ini yang digunakan adalah kayu pohon Manduam dan pohon Nawa (Anggrek hutan) yang diolah dan dikeringkan. Kayu ini kemudian dipintal menjadi benang dan diwarnai dengan pewarna alami, selanjutnya benang kayu dirajut menjadi noken. Tak heran jika harganya bervariasi mulai dari Rp100 ribu hingga Rp500 ribu. Sejak 2012, noken resmi masuk dalam daftar UNESCO Warisan Budaya Tak Benda.

3 dari 5 halaman

2. Anjat

Tas anyaman dari rotan ini berbentuk bundar seperti tabung dan merupakan hasil kerajinan anyam suku Dayak di Kalimantan Timur. Bagi kaum laki-laki, Anjat digunakan sebagai wadah untuk perbekalan saat berburu ke hutan. Sedangkan kaum perempuan menggunakan Anjat untuk menyimpan baju atau makanan saat pergi berkebun.

4 dari 5 halaman

3. Koja

Tas koja ini terbuat dari kulit pohon Teureup. Kulit pohon dijemur hingga kering, kemudian dibelah kecil-kecil dan dianyam menjadi benang. Selanjutnya benang-benang itu dirajut menjadi tas koja. Biasanya suku Baduy menggunakan tas ini untuk mengangkut alat-alat pertanian atau membawa barang-barang saat bepergian.

5 dari 5 halaman

4. Sepu

Tas etnik dari suku Toraja ini biasanya digunakan perempuan Toraja untuk mengikuti pesta adat Rambu Tuka' (perkawinan), Rambu Solo' (kematian), dan Ma'rara Banua (syukuran rumah). Biasanya tas berbahan kain tenun ini digunakan berpasangan dengan baju adat Toraja. Kini, tas sepu sudah menjadi salah satu suvenir khas Toraja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini