Sukses

Mata Silinder Karena Faktor Keturunan?

Mata silinder bisa disebabkan karena faktor genetik atau keturunan, ketika orangtua memiliki kelainan mata ini kemungkinan anaknya juga.

Nama Dimas Danang sepertinya sudah tidak asing lagi di kalangan para pecinta media elektronik seperti televisi dan radio. Pria bernama lengkap Dimas Danang Suryonegoro yang semakin eksis setelah menjadi presenter di salah satu tv swasta terkenal dengan kaca mata tebalnya.

Siapa yang mengira kaca mata tebalnya ini sudah menemani Danang sejak dirinya masih kecil. "Saya pakai kacamata setebal tutup botol ini sudah sejak saya TK. Kata dokter ini namanya lazy eyes atau mata malas karena faktor genetik. Silinder ini sudah turunan," kata pria yang selalu berpartner dengan Imam Darto (penyiar dan presenter).

Danang pun pernah melakukan upaya untuk mengurangi ukuran kacamatanya. "Ini sudah tebal, kaya tutub botol. Mata kanan ukuranya 14 kalau yang kiri 13, ini sudah dikurangi ukurannya. Jadi saya ke dokter untuk menguranginya seharusnya ukurannya 21 dan 15. Tapi sekarang nyaman pakai ukuran ini," kata Danang dengan tawa khasnya.

Untuk membantu kesembuhan matanya Danang rutin melakukan konsultasi ke dokter dan memilih lari mengelilingi Senayan, dua kali seminggu. "Terus terang, saya tidak doyan sayur, makanya saya lari saja untuk menjaga kesehatan, tapi konsultasi dengan dokter itu rutin saya lakukan. Dengar kata dokter aja biar sembuh," katanya.

Menurut Staf Ahli Divisi Vitreo-Retina RSCM-Kirana, dr. Elvioza, SpM (K) mata silinder memang bisa disebabkan karena faktor keturunan atau genetik. "Selain karena ada tekanan yang berlebihan pada korneanya, mata silinder juga bisa disebabkan karena faktor genetik. Tetapi tidak selalu jika ibunya silinder anaknya juga akan silinder, tapi kemungkinan itu ada," kata dr. Elvioza saat dihubungi Liputan6.com, Senin (16/12/2013).

Elvioza mengatakan silinder itu bukan penyakit tetapi kelainan pada bentuk mata. "Ini disebut juga astigmatisme yaitu kondisi kelainan mata disebabkan lengkung kornea mata tidak simetris atau tidak merata, sehingga cahaya sejajar yang masuk ke dalam bola mata tidak dapat dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan, yang kemudian menyebabkan retina tidak dapat fokus pada satu titik," katanya menjelaskan.

Untuk mengatasi masalah mata silinder, dr. Elvioza mengatakan dapat menggunakan kacamata lensa korektif atau dengan operasi lasik. "Kacamata dapat membantu, kalau ingin mengurangi atau mengatasi silinder ya salah satu jalannya dengan operasi lasik," ujarnya.

Laser Assisted In Situ Keratomileusis (LASIK) menjadi metode yang digunakan untuk mengoreksi kelainan pada mata silinder. Metode ini bertujuan mengubah bentuk lapisan kornea agar pembiasan cahaya berlangsung sempurna.

"Lasik diawali dengan membuat lapisan tipis (flap) pada kornea mata. Kemudian dibuka dan bagian dalam kornea disinar dengan laser hingga terbentuk permukaan baru. Setelah penyinaran selesai, flap dikembalikan ke posisi semula dan proses Lasik pun selesai," ujarnya.

Prosedur operasi ini menurut dr. Elvioza tidak memiliki efek samping apapun. "Lasik itu aman, kalau misalnya ada yang setelah operasi merasa gelap saat melihat kanan kirinya dan hanya fokus ke depan. Itu mungkin karena ada kelainan lain di retina. Kalau lasik itu aman," katanya.

(Mia/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini