Sukses

Anak Jadi Pelaku Bullying? Psikolog: Orangtua Perlu Evaluasi Pengasuhan

Kala orangtua mengetahui anak menjadi pelaku bullying atau perundungan, psikolog sarankan untuk melakukan evaluasi pengasuhan.

Liputan6.com, Jakarta Bahasan bullying kembali hangat usai kasus muncul di sebuah sekolah di kawasan Serpong, Tangerang Selatan. Berbicara tentang bullying, psikolog klinis Annisa Mega Radyani mengingatkan orangtua untuk melakukan evaluasi pengasuhan bila anak merupakan pelakunya. 

"Perrlu sekali mengevaluasi bagaimana pengasuhannya atau mengevaluasi komunikasi dengan anak," kata Annisa.

"Karena ketika orangtua tidak tahu anaknya melakukan kekerasan seperti bullying (perundungan) berarti ada komunikasi yang tidak terjalin dengan baik di situ," kata Annisa mengutip Antara.

Bila komunikasi berjalan dengan baik maka penyebab seorang anak menjadi pelaku bullying sehingga orangtua dapat melakukan perbaikan pola asuh dan komunikasi dengan anaknya.

Menurut Annisa, proses pembimbingan dan pendampingan anak juga dapat melibatkan bantuan tenaga profesional apabila diperlukan.

 "Apabila memang relasi dengan orangtua dan anak tidak baik, akan lebih baik jika ada orang ketiga yang membantu mediasi atau membantu pendampingan tersebut seperti psikolog atau konselor sekolah," kata dia.

Orangtua juga didorong meminta anaknya yang telah melakukan perundungan untuk bertanggung jawab dan menjalani konsekuensi dari perbuatannya tersebut.

Di samping itu, menurut Annisa orang tua juga perlu ikut bertanggung jawab atas tindakan perundungan yang dilakukan anaknya selama anak tersebut masih berada dalam tanggung jawab dan perlindungannya.

"Penting bagi orang tua untuk mengakui apa yang dilakukan anaknya itu adalah sebuah kesalahan yang perlu dipertanggungjawabkan oleh anaknya itu sendiri ataupun dirinya," tutur dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Anak Perlu Menjalankan Konsekuensi atas Perundungan yang Dilakukan

Oleh karena itu, Annisa menekankan pentingnya mendidik dan membimbing anak dengan tepat sehingga sifat bullying tidak tumbuh menjadi suatu kebiasaan. Apabila dibiarkan, sifat itu akan terus ada seiring dengan berjalannya waktu.

"Karena kecederungan bullying (perundungan) itu tidak hanya terjadi di usia anak. Kalau memang tidak dihukum atas apa yang dia lakukan, dia akan merasa bisa melakukan itu lagi dan lagi," kata Annisa.

3 dari 4 halaman

Pelaku Bullying Butuh Terapi

Anak pelaku bullying perlu juga mendapatkan rehabilitasi mental. Maka dari itu, pelaku bullying perlu mendapatkan terapi perilaku seperti disampaikan psikolog klinis Efnie Indrianie.

"Anak yang menjadi pelaku bullying perlu mendapatkan pendampingan khusus dan sebaiknya tidak sekadar mendapatkan konsekuensi hukuman, namun perlu diberikan terapi perilaku," kata Efnie dalam pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 21 Februari 2024.

"Hal ini karena kerusakan otak juga rentan terjadi (pada) pelaku bullying," kata Efnie menerangkan pentingnya terapi perilaku pada anak pelaku bullying. 

4 dari 4 halaman

Terapi Perilaku Cegah Kerusakan Otak Tak Makin Parah

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Maranatha Bandung ini mengingatkan kepada orangtua yang anaknya melakukan kekerasan atau bullying untuk bisa mendatangi psikolog atau psikiater yang bisa membantu agar kerusakan otak anak tidak makin parah.

"Bentuk dukungannya adalah bekerja sama dengan profesional dalam memberikan rehabilitasi pemulihan mental agar kerusakan otak tidak semakin parah," kata Efnie.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini