Sukses

Postur Tubuh Berperan Besar dalam Capaian Prestasi Atlet, Dokter Ortopedi Jelaskan Alasannya

Postur tubuh yang baik sangat membantu kinerja atlet.

Liputan6.com, Jakarta Para atlet profesional perlu menjaga postur tubuh lantaran memiliki kaitan erat dengan prestasinya.

Hal ini disampaikan Profesor Bedah Ortopedi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Basuki Supartono.

Menurut Basuki semua struktur sistem tubuh atlet harus berkualitas agar berfungsi maksimal dan menghasilkan kinerja optimal. Salah satu struktur tersebut adalah postur tubuh.

“Postur tubuh yang baik sangat membantu kinerja atlet. Postur tubuh yang baik simetris dan seimbang memberikan fondasi yang kokoh dan memungkinkan beban terdistribusi merata ke seluruh tubuh,” kata Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Senin (27/11/2023).

Postur tubuh yang baik memberikan stabilitas, keseimbangan, kekuatan, daya tahan, dan kelenturan. Hal ini memungkinkan atlet menjalani aktivitas tinggi dan menanggung beban berat selama latihan dan kompetisi.

Postur tubuh menjadi faktor penting dalam pemanduan bakat, seleksi, dan perancangan program latihan untuk menghasilkan atlet juara dan terhindar dari cedera.

Sedangkan, postur tubuh di luar norma berpotensi menyebabkan kelelahan, rentan cedera dan dapat menjadi masalah serius. Cedera atau trauma minimal yang dialami terus menerus dalam jangka waktu lama akan menimbulkan kerusakan struktur jaringan tubuh. Kerusakan tersebut mengakibatkan penurunan aktivitas biokimia sel dan menimbulkan penurunan fungsi tubuh.

Jika dibiarkan, ini berpotensi memicu penyakit ikutan seperti pengapuran sendi lutut. Muncul keluhan nyeri, bengkak, kaku, gangguan gerak, dan deformitas sehingga mengganggu aktivitas dan performa atlet

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kelainan Jaringan Penyangga Postur Tubuh

Basuki menambahkan, postur tubuh disangga oleh jaringan lunak (jaringan ikat sendi) dan jaringan keras (tulang dan sendi).

Jika terjadi kelainan pada jaringan-jaringan itu, maka akan timbul tanda khas, seperti:

  • Hiperlaksitas (laxity/sendi bergerak melampaui range normal)
  • Kondisi kaki yang datar (flat feet)
  • Asimetri tulang belakang (skoliosis)
  • Asimetri sendi panggul (limb leg discrepancy)
  • Sendi lutut menyerupai huruf O (bow leg atau genu varum).

“Kelainan tersebut menyebabkan postur tubuh menjadi asimetris dan tidak anatomis sehingga menurunkan stabilitas, kemampuan menahan beban dan membuat atlet rentan cedera,” terang Basuki.

3 dari 4 halaman

Penilaian Postur Tubuh

Maka dari itu, penilaian postur tubuh dapat dilakukan untuk memastikan bahwa tubuh memiliki postur yang baik. Dan jika ada kelainan, maka bisa segera dilakukan penanganan.

Penilaian postur tubuh dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah prosedur sederhana yang dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Terutama oleh individu terlatih seperti dokter, perawat, pelatih, guru pendidikan jasmani. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan oleh orangtua, keluarga, atlet, atau individu lain.

“Pemeriksaan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan, tapi sebaiknya dilakukan pada dua momen penting saat pemanduan bakat (talent scouting) dan proses seleksi penerimaan atlet,” kata Basuki.

Pemeriksaan dilaksanakan di seluruh tubuh dan anggota gerak seperti tangan, leher, tulang belakang, panggul, lutut, dan kaki. Hasil pemeriksaan dicatat dan dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan serta rekomendasi lanjutan.

Pemeriksaan Penunjang

Sedangkan, pemeriksaan penunjang dilakukan guna validasi hasil pemeriksaan fisik. Selain itu, untuk mengevaluasi sejauh mana tingkat keparahan untuk menentukan rencana pengobatan.

Pemeriksaan ini menggunakan berbagai alat, baik yang menggunakan radiasi maupun tidak. Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi kelainan postur seperti pada tulang belakang, sendi lutut, dan kaki.

4 dari 4 halaman

Periksa Tulang Belakang, Kaki, dan Sendi Lutut

Dalam pemeriksaan penunjang, setidaknya ada tiga hal yang dapat diperiksa yakni pemeriksaan tulang belakang, kaki, dan sendi lutut.

Pemeriksaan Tulang Belakang

Pemeriksaan tulang belakang bertujuan mengevaluasi tingkat keparahan skoliosis, rotasi tulang belakang, keselarasan tulang pelvis, usia atlet dan lainnya.

Pemeriksaan ini menggunakan pencitraan sinar-X yaitu foto polos tulang belakang. Hasil pemeriksaan memperlihatkan struktur tulang vertebra dan tulang pelvis, keselarasan, simetrisitas, rotasi, dan fleksibilitas tulang belakang.

Pemeriksaan sinar-X memiliki kelemahan berupa paparan radiasi, tapi hal ini dapat diatasi dengan penggunaan alat formmetri yang menggunakan prinsip optical stereographic. Jenis pemeriksaan ini memungkinkan evaluasi dalam keadaan statis maupun dinamis.

Pemeriksaan Kaki

Pemeriksaan kaki bertujuan mengetahui tinggi lengkungan kaki (arch pedis atau arkus pedis).  Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan metode foot print (cap kaki) atau dengan alat pedoscan.

Dalam metode cap kaki, atlet menginjakkan kakinya pada media cetakan dan luas cetakan kaki dinilai apakah termasuk kaki normal, arkus tinggi, atau kaki bebek. Metode pedoscan memberikan gambaran selain lengkungan kaki juga efek tekanan pada kaki.

Pemeriksaan Sendi Lutut

Sedangkan, pemeriksaan sendi lutut bertujuan melakukan evaluasi kesegarisan bentuk sendi lutut.

Kesegarisan (sumbu mekanik) adalah garis yang menghubungkan titik tengah tulang femur pada bagian kepala dengan garis tengah sendi pergelangan kaki. Kesegarisan tercapai jika garis ini melewati titik tengah sendi lutut.

“Alat pemeriksaannya menggunakan sinar ronsen atau MRI. Kesegarisan dilakukan dengan mengambil gambar ronsen sendi panggul, lutut, dan pergelangan kaki dalam satu lembar film rontgen.”

Kelainan bentuk sendi lutut genu varum terjadi jika garis mekanik berada di sisi dalam lutut. Pemeriksaan bentuk sendi lutut melibatkan pengambilan foto sendi lutut dalam posisi berdiri, baik dari sisi anterior (depan) maupun lateral (samping).

Pada saat pemeriksaan ronsen, pasien diminta berdiri untuk melihat efek tekanan atau gravitasi pada sendi lutut. Pada hasil ronsen, tampak celah sendi di bagian dalam lutut lebih sempit dibandingkan dengan sisi luar, ini dapat diindikasikan sebagai kelainan bentuk sendi lutut, yang dikenal sebagai kaki O atau genu varum.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.