Sukses

Jepang Wajibkan Turis Indonesia Tes Tuberkulosis Sebelum Masuk, Berlaku Tahun 2024

Turis dari Indonesia akan diwajibkan tes tuberkulosis (TB) jika ingin ke Jepang.

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Jepang pada tahun 2024 berencana mewajibkan turis atau wisatawan dari enam negara Asia melakukan tes tuberkulosis (TB), sebelum mereka memasuki Jepang. Persyaratan ini ditujukan kepada mereka yang melakukan kunjungan lebih dari tiga bulan.

Aturan terbaru tes tuberkulosis ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Jepang, Keizo Takemi pada keterangan resmi Kamis, 16 November 2023, dalam sebuah pertemuan Upper House Committee on Health, Labor and Welfare.

"Keenam negara yang dimaksud adalah Filipina, Vietnam, Tiongkok, Indonesia, Nepal dan Myanmar. Banyak pasien TB baru di Jepang berasal dari negara-negara tersebut," kata Takemi dikutip dari The Asahi Shimbun, Selasa, 21 November 2023.

Jika Positif TB, Visa Tidak Akan Keluar

Orang-orang dari enam negara tersebut akan diminta untuk melakukan tes TB di institusi medis yang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebelum mereka melakukan perjalanan ke Jepang. Jika hasil tesnya positif, Jepang tidak akan mengeluarkan visa untuk mereka.

Sebagai informasi, ada peningkatan jumlah pasien Tuberkulosis yang lahir di luar negeri di Jepang, sehingga Kementerian Kesehatan Jepang pada tahun 2018 memutuskan untuk memperkenalkan tes TB. Namun, rencana itu tertunda.

"Kami sedang melakukan persiapan untuk implementasi tes tuberkulosis ini sesegera mungkin," kata Takemi.

"Kami berharap dapat memulainya pada tahun depan," dia menambahkan.

Pasien TB Baru di Jepang Meningkat

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Jepang, 10.235 pasien tuberkulosis baru terdaftar di Jepang sepanjang tahun 2022. Sejak tahun 2021, jumlah kasus TB telah turun di bawah 10 per 100.000 penduduk.

Kondisi ini menjadikan Jepang sebagai negara 'endemik rendah' untuk TB seperti yang diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sayangnya, 11,9 persen pasien TB baru di Jepang berasal dari luar negeri. Rasionya terus meningkat.

Ada juga kasus-kasus TB di mana orang-orang dari negara-negara dengan tingkat TB yang tinggi mengembangkan penyakit pernapasan tersebut saat berada di Jepang. TB yang kebal obat juga menjadi masalah di luar negeri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Koordinasi Tes TB dengan Kemenkes

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menanggapi rencana Jepang yang akan mewajibkan turis, khususnya dari Indonesia untuk tes tuberkulosis.

Ia mengatakan dirinya tengah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terkait rencana aturan tes TB tersebut.

"Ini tentunya sedang kami koordinasikan dengan Kemenkes mengenai (tes) TB ini dan seperti apa kondisinya di Jepang," ujar Sandiaga Uno dalam 'The Weekly Brief with Sandi Uno' di Jakarta, Senin, 20 November 2023.

Pilih Liburan di Dalam Negeri

Sambil menunggu kepastian terkait wacana aturan di Jepang, Sandiaga mengajak para wisatawan untuk semakin gencar memilih liburan di sejumlah destinasi wisata di dalam negeri saja.

Ia menegaskan, berwisata di Indonesia lebih nyaman dan tak perlu melakukan tes kesehatan maupun tes TB.

"Menurut kami wisata di Indonesia sangat terbuka dan tidak perlu tes TB. Jadi kita liburan di Indonesia aja," ujarnya.

"Jadi paling enak memang berwisata di Indonesia, tidak ada syarat khusus, bebas datang ke sini, apalagi kalau kita ke desa wisata, semua boleh datang," kata Sandiaga.

3 dari 3 halaman

TB Sumbang Kematian Tinggi

Pemerintah Jepang sebelumnya mempertimbangkan untuk memperkenalkan sistem skrining tuberkulosis wajib pada saat pembukaan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo yang berlangsung pada tahun 2021.

Akan tetapi, rencana tersebut ditunda karena pandemi virus Corona, dikutip dari Kyodo News.

Meskipun tuberkulosis dapat disembuhkan dan dicegah, sebanyak 1,3 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit ini pada tahun 2022 dan merupakan penyakit menular yang menyumbang kematian tinggi setelah COVID-19, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tuberkulosis biasanya diobati dengan antibiotik dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.