Sukses

Peneliti: Nyamuk Wolbachia Bukan Rekayasa Genetik Apalagi Nyamuk Bionik

Tidak benar bahwa nyamuk Wolbachia adalah nyamuk Bill Gates atau rekayasa genetik

Liputan6.com, Jakarta - Nyamuk Wolbachia membawa harapan besar dalam penanganan demam berdarah dengue atau DBD.

Nyamuk ini disebarkan di tengah masyarakat agar lebih banyak nyamuk yang tertular bakteri Wolbachia.

Bakteri ini berperan dalam memblok replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk.

Dengan begitu, nyamuk yang mengandung Wolbachia, tidak mampu lagi untuk menularkan virus dengue ketika nyamuk tersebut mengisap darah orang yang terinfeksi virus penyebab DBD.

Sayangnya, masih beredar anggapan-anggapan yang kurang tepat terkait nyamuk ber-Wolbachia.

Beberapa masyarakat menganggap bahwa ini adalah nyamuk Bill Gates. Ada pula yang menyebutnya nyamuk bionik.

Dengan kata lain, nyamuk Wolbachia dianggap sebagai rekayasa genetik.

Terkait hal ini, peneliti riset nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta, dr Riris Andono Ahmad MPH PhD, mengatakan bahwa saat ini memang banyak disinformasi sistematik.

"Saat ini memang banyak disinformasi yang sangat sistematik, mengkaitkan dengan nyamuk bionik, mengkaitkan dengan penyakit yang lain yang tak berkaitan sama sekali itu merupakan disinformasi yang sistematik," kata Doni, panggilan akrab Riris dalam dalam media briefing daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada Senin, 20 November 2023.

Doni, menjelaskan, setiap penyakit yang berbasis vektor memiliki vektornya sendiri-sendiri. Artinya, satu vektor tidak bisa memengaruhi penyakit yang bukan disebabkan oleh vektor yang sama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Aedes Aegypti Tak Picu Penyakit yang Disebar Nyamuk Culex

Dia memberi contoh, pada vektor berupa nyamuk Aedes aegypti, penyakit yang bisa ditularkan ada empat yakni dengue, zika, chikungunya, dan yellow fever. Sehingga tidak memengaruhi jumlah penyakit yang disebabkan oleh vektor lain.

"Aedes aegypti hanya bisa menularkan empat penyakit, dengue, zika, chikungunya, dan yellow fever. Bisa jadi mungkin ada penyakit baru lagi yang muncul," katanya.

"Tapi kalau kemudian penyakit lain itu disebarkan oleh vektor nyamuk yang lain, ya tinggi rendahnya penyakit tersebut tidak akan dipengaruhi oleh vektor yang bukan perantaranya," ujar Doni.

Dengan kata lain, vektor Aedes aegypti akan memengaruhi empat penyakit di atas. Sedangkan penyakit lain seperti Japanese Encephalitis, disebarkan oleh vektornya sendiri yakni nyamuk Culex, jenis nyamuk yang berbeda dari Aaedes aegypti.

3 dari 4 halaman

Nyamuk Wolbachia Tak Hanya Berpengaruh pada Penurunan Dengue

Seperti dipaparkan di atas, Aedes aegypti dapat memicu empat penyakit yakni dengue, zika, chikungunya, dan yellow fever.

Maka dari itu, nyamuk berbakteri Wolbachia tidak hanya berpengaruh  pada penurunan angka DBD tapi juga pada chikungunya, zika, dan yellow fever.

"Wolbachia itu juga bisa mencegah atau menurunkan kasus Zika dan chikungunya hingga masing-masing 56 persen dan 37 persen," kata Doni.

"Karena Aedes aegypti itu bisa menularkan penyakit seperti Zika, chikungunya, kemudian dengue dan juga yellow fever, Wolbachia itu punya dampak tidak hanya pada satu penyakit tapi juga penyakit-penyakit tersebut," dia menambahkan.

Lebih lanjut dijelaskannya bahwa beberapa tahun lalu pandemi Zika membawa kekhawatiran di masyarakat dan Wolbachia diketahui memiliki efek perlindungan terhadap penularan penyakit tersebut.

"Dan, ini sudah dipublikasikan dalam jurnal," katanya.

4 dari 4 halaman

Sudah Melalui Peninjauan VCAG

Bukti-bukti terkait hal ini sudah ditinjau oleh The Vector Control Advisory Group (VCAG). Ini adalah tim yang didirikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berupa kumpulan ilmuwan top global dengan keahlian di bidang vektor.

"Setelah melihat bukti-bukti yang ada, mereka sampai pada kesimpulan bahwa sudah ada bukti bahwa Wolbachia wMel (dari inang lalat buah) menunjukkan ada dampak kesehatan masyarakat terhadap dengue," ujarnya.

Tim ini selanjutnya merekomendasikan agar WHO mulai mengembangkan pedoman untuk rekomendasi intervensi.

"Panel ini (VGAC) juga mengakui bahwa baru kali ini mereka menemukan ada hal yang menjanjikan dan nilai positif karena adanya dampak kesehatan masyarakat dari intervensi pengendalian vektor yang baru," pungkas Doni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.