Sukses

Sibuk Kerja tapi Pengen Jantung Tetap Sehat, Coba Biasakan Trik Ini

Cara menjaga jantung tetap sehat saat sibuk bekerja.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak pekerja kantoran yang mungkin sibuk kerja sehari-hari dan tidak sempat untuk berolahraga atau aktivitas fisik. Padahal, aktivitas fisik dapat menjaga jantung tetap sehat.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Kabul Priyantoro dari RS EMC Cikarang mengatakan, cara menjaga jantung sehat dapat melakukan aktivitas di sela-sela bekerja di kantor. Anda dapat beralih ke moda transportasi publik sehingga dapat jalan kaki lebih banyak.

Cara lain, Anda bisa juga naik turun tangga di kantor dan bersepeda.

"Kalau sibuk gimana? Kalau kita mau ke toilet, ya bisa di lantai 2 atau 3, jadi kita naik turun tangga gitu. Kalau mau ya kita bisa tidak naik kendaraan pribadi dulu, naiknya public transportation," kata Kabul saat dialog HEALHTY MONDAY bertemakan, 'Jantung Sehat, untuk Hidup yang Lebih Berkualitas' pada Senin, 25 September 2023.

"Atau jaman sekarang kan jaman komunitas sepeda, pergi ke kantor atau tempat kerja dengan bersepeda sehingga dengan teknik begitu, kita bisa bekerja sambil berolahraga dan efeknya tubuh kita menjadi sehat dan bugar."

Menjaga Performa Jantung

Untuk menjaga performa jantung, lanjut Kabul, ada beberapa hal yang dapat dilakukan.

"Pertama, kita istirahat dengan cukup. Kedua, hindari stres yang berlebihan. Ketiga, kita kontrol faktor risiko jadi. Kalau kita dulu pernah katakanlah tekanan darah tinggi, itu harus dikontrol," terangnya.

"Kalau gula darah kita tinggi itu juga harus dikontrol, kalau kita obesitas juga udah mulai dikontrol. Kemudian lemak dan kolesterol tinggi mesti kontrol dan berbagai macam rokok itu kita mesti berhenti merokok."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ancaman Kalau Malas Gerak

Selanjutnya, ada juga yang mungkin termasuk generasi mager alias malas gerak. Ada ancaman kesehatan bila kurang gerak.

"Apalagi pas COVID kemarin itu ada anekdot, kita kan harus stay home, work from home (WFH), aktivitas banyak di rumah, ada generasi-generasi yang mager gitu," Kabul Priyantoro melanjutkan.

"Nah, itu generasi yang malas bergerak itu akan mengakumulasi metabolisme tubuh, lemak di tubuh kita akan terakumulasi karena tidak terbakar, tidak makan rutin teratur dan junk food, fast food terus. Kemudian pergerakan aktivitas fisik kita berkurang."

3 dari 4 halaman

Faktor Bahaya Kesehatan Jantung

Akibat dari generasi mageran dengan aktivitas fisik yang kurang, akibatnya lemak akan terakumulasi. Obesitas bisa terjadi.

"Terus kita akumulasi lemak, obesitas di dalam tubuh, di dalam masyarakat tetap berkembang tinggi ditambah lagi gaya hidup merokok," jelas Kabul Priyantoro.

"Dua faktor ini, obesitas dan merokok ini sangat berbahaya buat kesehatan jantung dan pembuluh darah kita karena pembuluh darah di jantung tuh diameternya kecil. Katakanlah 2,5 mili, 3,5 mili. Jadi itu sangat kecil sekali."

Sumbatan di Pembuluh Darah Jantung

Kabul menuturkan, efek lemak yang terakumulasi berujung sumbatan di pembuluh darah jantung.

"Apabila dia lemaknya terakmulasi terus dan tidak terbakar karena kurang bergerak, itu akan mengakibatkan sumbatan di pembuluh darah jantung," sambungnya.

4 dari 4 halaman

Gaya Hidup Mager

Malas bergerak dalam dunia medis disebut sedentary lifestyle, sebuah kondisi dimana seseorang tidak aktif secara fisik, seperti sering rebahan dan jarang bergerak. Istilah ini lebih akrab dikenal dengan istilah “mager."

Malas gerak adalah kebiasaan yang perlu diubah. Tetapi bagi beberapa orang sudah merasakan nyaman dan menjadi kebiasaan yang sulit diubah.

Perlu diketahui bahwa akibat gaya hidup mager tidak dirasakan secara langsung, tetapi baru akan mulai terasa bertahun-tahun setelah menjalani rutinitas ini. Menurut WHO, gaya hidup sedentari adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia.

European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) pada tahun 2008 melaporkan, kematian akibat kebiasaan malas gerak jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.

Risiko mengalami lebih banyak masalah kesehatan akan lebih meningkat apabila diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kebiasaan tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.