Sukses

BPOM RI Raih Kepercayaan WHO, Bisa Sejajar dengan Otoritas Obat AS dan Jepang

BPOM RI dinilai baik oleh WHO sehingga bisa sejajar dengan otoritas obat seperti di Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) telah mendapat kepercayaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu otoritas obat dan makanan yang transparan, khususnya di kawasan regional Asia Tenggara.

Kepala BPOM RI Penny K. Lukito mengungkapkan, sesuai indikator WHO, Badan POM Indonesia mencapai level matang di angka 3 sampai 4. Artinya, rentang level tersebut merupakan level tertinggi.

"Berdasarkan indikator yang ditetapkan oleh WHO, institusi kesehatan dunia, kita sudah mencapai level yang matang sebagai institusi dalam berbagai aspek. Ada aspek registrasi, pengujian, evaluasi, laboratoriumnya, penegakan hukumnya," ujar Penny kepada Health Liputan6.com di sela-sela acara World Health Organization South-East Asia Regulatory Network (WHO-SEARN) Assembly di Hotel JW Marriott Jakarta, Rabu (26/7/2023).

"Itu kita sudah sampai di level matang. Indikator levelnya dari 1 sampai 4. Nah, kita sudah di angka 3 sampai 4. Jadi, kita sudah sampai yang paling tinggi."

Referensi untuk Otoritas Obat

Dengan adanya indikator level matang dari WHO, Badan POM RI sudah masuk ke dalam shortlisted (terpilih) sebagai referensi untuk otoritas obat bagi negara-negara lain.

"Kita sudah ditawarkan untuk jadi shortlisted yang paling utama, yang sudah mendapatkan kepercayaan untuk menjadi contoh, menjadi referensi untuk otoritas obat negara-negara lain di regional maupun internasional," terang Penny.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sejajar dengan Otoritas Obat di AS dan Jepang

Kabar baik lainnya, indikator level tinggi BPOM RI dari WHO ini bisa dikatakan sudah sejajar dengan otoritas obat di negara-negara maju lain. Sebut saja, US Food and Drug Administration (FDA) dan Jepang.

"Jadi, kita bisa sejajar, BPOM RI dengan otoritas obat lainnya di negara-negara maju seperti US FDA, Jepang, dan lain-lain," Penny K. Lukito menerangkan.

"Itu akan terus kita kejar ke arah sana. Tentunya, untuk keyakinan perlindungan dan juga dukungan kita untuk ekspor produk-produknya Indonesia."

3 dari 4 halaman

BPOM RI Dianggap Transparan

Pencapaian selanjutnya, lanjut Penny K. Lukito, Indonesia dianggap transparan, terutama otoritas Badan POM-nya yang cepat untuk mengantisipasi berbagai problem dan kasus. Misalnya, peredaran obat atau kosmetik ilegal dan kontaminasi obat.

Pengalaman BPOM RI dalam menangani kasus-kasus obat ini pun turut dibagikan dengan negara-negara lain.

"Akhirnya kita mendapatkan bahwa itu adalah suatu kejahatan, terus kemudian sudah diketahui, siapa saja yang melakukan kelalaian, kejahatan," kata Penny.

"Kemudian kita berproses untuk aspek sanksi dan penegakan hukumnya, kita transparan semuanya. Sehingga apa yang kita proses, apa yang kita lakukan dan dapatkan, kita share dengan seluruh otoritas di negara lain, sehingga kejadian tidak terulang lagi di negara lain."

4 dari 4 halaman

Terbuka dan Cepat Respons

Badan POM RI juga dinilai cepat dan terbuka dalam merespons isu.

"Nah, kita sangat direspect, dihargai bahwa kita sangat terbuka dan cepat meresponsnya. Kebetulan karena memang di dalam wilayah regional South East Asia (Asia Tenggara) ini, Indonesia terutama Badan Pom termasuk yang terdepan," imbuh Penny K. Lukito.

"Jadi, kita menjadi contoh leadership (kepemimpinan), kita sangat kuat di sana. Indikator evaluasinya kita sudah memenuhi indikator maturitas. Artinya adalah kapasitas dari BPOM Regulatory obat sudah sesuai dengan level WHO tadi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.