Sukses

WHO Klasifikasikan Pemanis Buatan Aspartam Berisiko Sebabkan Kanker

Pemanis buatan aspartam telah secara resmi dinyatakan WHO masuk dalam klasifikasi karsinogen penyebab kanker. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut secara mendalam.

Liputan6.com, Jakarta - Pihak Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melalui International Agency for Research on Cancer (IARC) secara resmi menyatakan pemanis buatan aspartam masuk klasifikasi karsinogen penyebab kanker.

Rilis WHO terkait pemanis buatan aspartam yang berisiko menyebabkan kanker turut disetujui oleh Food and Agriculture Organization (FAO) Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA).

IARC menyebut bahwa aspartam punya risiko karsinogenik bagi manusia. Begitupun menurut JECFA yang menegaskan kembali asupan harian yang dapat diterima sebesar 40 miligram per kilogram berat badan.

Perlu Tinjauan Lebih Lanjut

Direktur Departemen Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO, Dr Francesco Branca mengungkapkan bahwa kanker telah menjadi salah satu penyebab utama kematian secara global.

Ilmu pengetahuan terus berkembang untuk menilai kemungkinan faktor pemicu kanker, termasuk kali ini soal pemanis buatan aspartam.

Menurutnya, penilaian terbaru menunjukkan jikalau keamanan terkait dosis penggunaan aspartam bukanlah yang utama. Sebab, efek potensial bahaya lain sudah ditemukan meski masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

"Efek potensial telah dijelaskan, yang mana perlu diselidiki oleh penelitian yang lebih banyak dan lebih baik," kata Francesco Branca mengutip keterangan resmi pada laman WHO, Jumat (14/7/2023).

IARC dan JECFA sama-sama telah melakukan tinjauan secara independen. Keduanya saling melengkapi untuk menilai risiko bahaya karsinogenik terkait konsumsi aspartam.

Setelah meninjau literatur ilmiah yang tersedia, kedua evaluasi yang dilakukan IARC dan JECFA sama-sama mencatat keterbatasan bukti yang tersedia untuk kanker, dan efek kesehatan lainnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Batasan Konsumsi Aspartam Menurut JECFA

JECFA menyimpulkan bahwa data yang dievaluasi menunjukkan tidak ada alasan yang cukup untuk mengubah asupan harian aspartam yang dapat diterima, yakni 40 miligram per kilogram berat badan.

Oleh karena itu, pihaknya menegaskan kembali bahwa aman bagi seseorang untuk mengkonsumsi dalam batas tersebut per hari.

Misalnya, dengan sekaleng minuman ringan diet yang mengandung 200-300 miligram aspartam, orang dewasa dengan berat 70 kilogram perlu mengonsumsi lebih dari 9-14 kaleng per hari untuk melebihi asupan harian yang dapat diterima.

Takaran tersebut diasumsikan dengan tidak adanya asupan lain dari sumber makanan lain yang mengandung aspartam.

3 dari 4 halaman

Keteguhan WHO Soal Bahaya Pemanis Buatan Aspartam

Deklarasi yang disampaikan oleh WHO menandai pertama kalinya badan internasional terkemuka mempertimbangkan efek pemanis buatan seperti aspartam yang sudah ada hampir di mana-mana. Selama beberapa dekade, aspartam memang telah menjadi bahan perdebatan.

"Hasil kami tidak menunjukkan bahwa konsumsi sesekali dapat menimbulkan risiko bagi sebagian besar orang," kata Francesco Branca seperti dikutip melalui laman New York Times.

"Namun tetap saja, orang yang mengonsumsi aspartam dalam jumlah tinggi harus mempertimbangkan beralih ke air atau minuman tanpa pemanis lain," sambung Francesco melengkapi pernyataannya.

Pihak IARC dan WHO pun menyatakan mereka akan sama-sama akan memantau bukti baru dan mendorong penelitian yang bisa mengembangkan temuan soal aspartam.

4 dari 4 halaman

Aspartam, Pemanis Buatan yang Digunakan Sejak Tahun 80-an

Seperti diketahui, aspartam adalah pemanis buatan yang banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman sejak tahun 1980-an.

Aspartam kerap muncul termasuk dalam minuman diet, makanan rendah gula, permen karet, gelatin, es krim, maupun produk susu seperti yogurt, dan sereal.

Selain itu, aspartam pun muncul dalam pasta gigi. Serta, obat-obatan seperti obat batuk, obat kunyah, dan vitamin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.