Sukses

Hati-Hati, Pakar Peringatkan Kaum Rebahan Rentan Terkena Saraf Kejepit

Jika Anda salah satu dari kaum rebahan, tampaknya Anda perlu berhati-hati dengan saraf kejepit.

Liputan6.com, Jakarta - Sebutan ‘kaum rebahan’ merujuk pada orang-orang yang kurang beraktivitas secara fisik atau hobi rebahan.

Menurut dokter spesialis ortopedi dan traumatologi di RS EMC Sentul, I Made Buddy, kaum rebahan memiliki kecenderungan untuk jarang berolahraga.

“Intinya, kaum rebahan itu mereka yang bermalas-malasan, misal dengan sering main HP sambil tiduran, nonton, pokoknya jarang bergerak. Jarang bergerak ini korelasinya dengan jarang olahraga,” tuturnya saat ditemui seusai acara media gathering bertajuk ‘Eagle Eye: Inovasi Augmented Reality (AR) sebagai Solusi Penanganan Tulang Belakang’ di kawasan Jakarta Pusat pada Selasa, (30/5/2023).

Jika Anda salah satu dari kaum rebahan, tampaknya Anda perlu berhati-hati. Sebab, Buddy mengungkap, ternyata kaum rebahan lebih rentan terkena saraf kejepit.

“Sendi-sendi kita, baik dari sendi tulang belakang maupun sendi yang lain, itu butuh exercise (olahraga) untuk mencegah terjadinya penuaan dini, misalnya kalau pada tulang itu osteoporosis,” ujarnya kepada Health Liputan6.com.

Kemudian, osteoporosis bisa menyebabkan saraf kejepit, mengutip Buddy.

“Dari penuaan dini yang terjadi, biasanya saraf kejepit diakibatkan oleh kerusakan diskus atau bantalan tulang di tulang belakang,” terang pria tamatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tersebut. 

Buddy menambahkan, hal ini karena diskus yang rusak bisa menyebabkan terjadinya herniasi.

“Begitu dia rusak karena tak elastis dan jarang dipakai, terjadi herniasi. Itu yang bisa menjepit saraf,” kata Buddy.

Adapun herniasi diskus, yang juga disebut dengan cedera hernia tulang belakang, terjadi ketika diskus atau cakram tulang belakang mengalami kebocoran, seperti mengutip Klikdokter.

Kondisi ini bisa dialami di sepanjang tulang belakang sampai ke punggung bagian bawah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pada Usia Tua, Kaum Rebahan Bisa Alami Stenosis

Lebih lanjut, Buddy mengungkap, kaum rebahan di usia yang lebih dewasa dapat mengalami kondisi yang disebut stenosis.

“Pada orang usia lebih dewasa, bisa terjadi stenosis,” jelasnya.

“Ini kondisi ketika jaringan lemak di sekitar tulang belakang itu mengeras, akhirnya di sendinya pun tumbuh pengapuran,” Buddy melanjutkan.

Gejala Stenosis

Umumnya, penderita stenosis spinal memiliki keluhan rasa kaku, baal, atau nyeri di tulang belakangnya. Gejala lainnya, meliputi:

  • Sciatica, nyeri di punggung bawah yang menjalar ke bokong dan kaki.
  • Foot drop, penurunan kekuatan otot kaki yang menyebabkan kaki seolah terjatuh ke bawah.
  • Kesulitan berdiri atau berjalan.
  • Tidak mampu menahan buang air kecil atau besar.
3 dari 4 halaman

Bisa Terjadi ke Pekerja yang Duduk Berjam-jam

Kondisi saraf jepit yang disebut Buddy sebelumnya ternyata juga bisa menyasar para pekerja yang duduk berjam-jam.

“Jadi orang yang bekerja itu selalu kita edukasi tentang masalah ergonomi kerja. Ergonomi kerja artinya kita harus bekerja dengan posisi yang baik, gerakan yang benar, lingkungan yang juga bagus,” tutur Buddy.

Dalam kondisi yang lebih ringan, Buddy mengungkap rasa pegal-pegal saat duduk terlalu lama disebabkan oleh otot yang pegal.

“Kalau ototnya sudah nggak kuat lagi, apalagi misal sudah kaum rebahan, sekalinya kerja, duduknya tidak pernah stretching dulu, akhirnya tulang belakang yang dikorbankan,” tuturnya.

4 dari 4 halaman

Durasi yang Ideal untuk Duduk

Lebih lanjut, Buddy mengingatkan durasi yang ideal untuk duduk lama, terutama bagi para pekerja.

Ternyata, durasi duduk yang ideal hanyalah sampai dua jam. Oleh sebab itu, ia menyarankan untuk berdiri setiap dua jam sekali.

“Memang, tidak dianjurkan untuk duduk lebih dari dua jam. Jadi, tiap dua jam sekali, kita harus berdiri untuk stretching,” dia menyarankan.

“Tujuannya, untuk merelaksasi otot kita yang tegang dan posisi yang sama terus menerus,” pungkas Buddy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.