Sukses

Nyeri Haid Hebat Bisa Jadi Gejala Endometriosis, Dokter Sarankan Segera Periksa

Nyeri haid merupakan suatu kondisi yang banyak dialami oleh sebagian besar wanita. Apabila terjadi secara terus-menerus hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi ini merupakan gejala endometriosis. Apa itu?

Liputan6.com, Jakarta - Nyeri haid merupakan suatu kondisi yang dialami oleh sebagian besar wanita kala menstruasi. Hal ini wajar apabila nyeri hanya terasa sesaat dan tidak berkepanjangan. 

Namun, nyeri haid yang terjadi secara terus-menerus hingga rasa sakit tidak tertahankan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi ini merupakan gejala endometriosis.

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Subspesialis RS Pondok Indah, Luky Satria Syahban Marwali mengatakan nyeri haid dianggap biasa, padahal bisa jadi merupakan gejala endometriosis.

"Banyak yang merasa enggak ada masalah dan bilang bahwa nyeri haid itu biasa. Nah, itu permasalahan. Segera periksa dokter kalau saat haid merasa nyeri untuk mewaspadai gangguan endometriosis," jelasnya pada Small Media Discussion yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Pondoh Indah Group di Cipete, Jakarta Selatan (6/3/2023).

Melansir Medical News Today, endometriosis terjadi ketika jaringan yang mirip dengan lapisan endometrium tumbuh di luar rahim. 

Tubuh biasanya mengeluarkan jaringan ini selama menstruasi, tetapi ada juga jaringan yang tetap berada di dalam tubuh.

Hal ini lah yang menyebabkan area tersebut menjadi meradang dan nyeri. Ini menandakan jaringan akan tumbuh, menebal, dan pecah. 

Luky mengatakan endometriosis merupakan pertumbuhan abnormal pada lapisan dinding rahim atau endometrium. Kondisi ini tergolong penyakit kronis hormonal dependen.

 

Apa saja faktor penyebab endometriosis?

Luky mengungkapkan belum ada penelitian mengenai penyebab endometriosis yang pasti dan teruji oleh medis, sehingga baru hanya ada teori saja.

Menurutnya, faktor utama penyebab endometriosis adalah faktor genetik. Perjalanan endometriosis seseorang berawal dari masih dalam kandungan. 

Apabila seseorang sudah memiliki faktor genetik ditambah faktor risiko, maka kemungkinan memiliki endometriosis sangat besar.

Faktor risiko endometriosis terbesar menurut medis adalah susu kedelai. 

“Minum susu kedelai pada saat hamil, ditambah ada faktor genetik, itu bakal bisa mempengaruhi. Perlu diingat, harus ada faktor genetik dahulu,” tuturnya.

Retrograde menstruation dan teori metaplasia disebut-sebut juga bisa menjadi faktor penyebab endometriosis. Apa itu?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Retrograde Menstruation

Retrograde menstruation diyakini dapat menyebabkan endometriosis. Sebagaimana ditulis Verywell Health, retrograde menstruation merupakan keadaan dimana darah mengalir bukannya keluar dari vagina selama menstruasi, tetapi mundur ke panggul.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa wanita dengan retrograde menstruation yang signifikan mungkin berisiko lebih tinggi terkena endometriosis —suatu kondisi di mana sel-sel yang biasanya melapisi rahim muncul di bagian luarnya.

Akan tetapi, tidak semua penelitian mendukung hal ini. Menurut penelitian dan fakta di lapangan, hanya 6 dari 10 wanita yang mengalami retrograde menstruation juga yang mengalami endometriosis.

Oleh karena itu, kondisi ini hanya menjadi faktor risiko saja, bukan faktor penyebab yang sudah pasti.

Gejala utama yang paling sering dialami oleh penderita retrograde menstruation biasanya adalah dysmenorrhea atau nyeri saat menstruasi.

 

3 dari 4 halaman

Teori Metaplasia

Teori metaplasia menjelaskan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang ber ubah menjadi endometrium. Menurut teori ini, perubahan tersebut terjadi akibat iritasi dan infeksi atau pengaruh hormonal pada epitel coelom.

Luky menjelaskan, teori ini menyatakan bahwa endometriosis langsung berkembang pada daerah yang terkena di luar rahim dari sel yang sudah ada di daerah seperti peritoneum panggul, ovarium, septum rekto-vagina, kandung kemih dan usus.

Sel di dalam area ini memiliki asal embrio yang sama dengan sel endometrium. Dalam keadaan tertentu, sel ini dapat berubah menjadi sel endometrium dan menjadi endometriosis. Teori ini diyakini menjelaskan bagaimana endometriosis dapat berkembang di daerah yang jauh dari panggul seperti diafragma dan paru-paru.

Melansir Endometriosis News, beberapa peneliti berpikir beberapa sel mempertahankan kemampuan untuk mengalami transformasi sebagai sel dewasa atau perubahan hormonal seperti yang terjadi pada awal pubertas.

Namun, sejalan dengan apa yang dijelaskan Luky, teori ini belum bisa dipastikan sebagai penyebab pasti endometriosis.

4 dari 4 halaman

Gejala Endometriosis

Gejala yang dialami oleh penderita endometriosis berbeda-beda. Namun, gejala yang paling umum adalah nyeri saat haid hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Adapun gejala ketidaksuburan atau sulit hamil. Akan tetapi, gejala ini hanya terjadi pada 50 persen penderita endometriosis. Sementara, 50 persen lainnya tidak terpengaruh.

Berikut gejala-gejala endometriosis seperti disampaikan Luky:

  • Nyeri di panggul bagian bawah
  • Nyerti saat haid
  • Nyeri saat berhubungan seks
  • Nyeri saat buang air kecil
  • Nyeri saat buang air besar
  • Ketidaksuburan atau susah untuk hamil
  • Pendarahan parah aat datang bulan
  • Kembung
  • Kelelahan
  • Kesulitan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari karena rasa sakit yang berlebihan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini