Sukses

Kasus Flu Burung di Cimahi dan Cirebon Bukan Varian Baru

Flu burung yang terdeteksi di Kota Cirebon dan Kota Cimahi adalah varian H5N1 biasa.

Liputan6.com, Jakarta Dinas Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat menyatakan penyakit Avian Influenza (AI) atau flu burung yang terdeteksi di Kota Cirebon dan Kota Cimahi adalah varian H5N1 biasa.

Konfirmasi flu burung biasa ini hasil dari Laboratorium Balai Veteriner Subang yang kemudian dikirimkan ke Kementerian Kesehatan.

"Belum ditemukan kasus flu burung H5N1 varian 2.3.4.4b seperti yang merebak di beberapa negara Eropa, Amerika, dan di Kamboja (Asia) telah menular ke manusia," ujar Arifin Soedjayana dalam keterangan resmi.

Meski begitu, kewaspadaan dari pihak kesehatan hewan, peternak unggas, maupun masyarakat untuk mengantisipasi H5N1 clade 2.3.4.4b tetap diperlukan. Peningkatan kewaspadaan ini bertujuan untuk menghindarkan kerugian ekonomi akibat kematian massal unggas.

Otoritasnya telah melakukan beberapa langkah untuk mencegah flu burung varian baru 2.3.4.4b.

"Kepada seluruh jajaran kesehatan hewan diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berkembangnya penyakit avian influenza ," kata Arifin.

 

Langkah Pencegahan Penularan Flu Burung

DKPP Jawa Barat telah melakukan beberapa langkah untuk mencegah flu burung varian baru 2.3.4.4b dalam beberapa tahapan.

Pertama yaitu meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat dan peternak unggas, agar segera melapor kepada petugas kesehatan hewan terdekat bila menemukan unggas sakit atau mati mendadak.

Langkah kedua, jajaran kesehatan hewan segera merespons laporan masyarakat dengan prinsip '3 Cepat' yakni Deteksi Cepat, Lapor Cepat, dan Respons Cepat, sesuai SOP pengendalian flu burung.

Ketiga, meningkatkan pembinaan dan pendampingan peternak untuk menerapkan tindakan biosekuriti guna mencegah masuk kuman penyakit ke peternakan unggas.

"Peternakan unggas komersial skala kecil dan menengah agar menerapkan Biosekuriti 3 Zona sebagai model percontohan biosekuriti sederhana, hemat, praktis dan efektif," ucap Arifin.

Sedangkan tahapan keempat, yakni melakukan pendampingan peternak untuk melakukan 'Vaksinasi AI 3 Tepat' yakni Tepat Vaksin, Tepat Program Ulangan, dan Tepat Teknik Vaksinasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penerapan Sanitasi yang Baik, Cegah Penularan ke Manusia

 

Selain itu peningkatan pembinaan penerapan sanitasi pada sepanjang rantai pemasaran unggas guna memutus rantai penyebaran virus harus menjadi prioritas utama.

"Meminimalkan risiko penularan ke masyarakat umum," ungkap Arifin.

Masyarakat peternak diimbau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti menggunakan masker saat menangani unggas hidup atau mati. Setelahnya mencuci tangan dan kaki dengan air dan sabun.

Langkah ketujuh, pengadaan anak ayam atau DOC ( Day Old Chick ) dihimbau berasal dari kompartemen breeding Farm yang telah memiliki sertifikat bebas flu burung.

Tahapan selanjutnya kata Arifin, berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten dan kota jika ditemukan masyarakat yang mengalami gejala mirip flu di sekitar tempat kejadian kasus yang diduga AI.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.