Sukses

Bayi Obesitas Asal Bekasi Jadi Sorotan, Kapan Orangtua Perlu Waspada Soal Kenaikan Berat Badan Anak?

Bayi obesitas bernama Kenzi asal Bekasi mencuri perhatian lantaran berat badannya mencapai 27 kilogram di usianya yang masih 16 bulan. Lantas, kapan sih orangtua perlu waspada soal kenaikan berat badan anak?

Liputan6.com, Jakarta Bayi obesitas bernama Kenzi asal Kabupaten Bekasi tengah jadi sorotan. Saat usia 16 bulan, berat badan Kenzi sudah mencapai 27 kilogram. Banyak yang menilai bahwa bobot Kenzi saat ini tidaklah sesuai dengan anak bayi seusianya.

Lantas, kapan sih orangtua perlu waspada soal kenaikan berat badan anak? Apa acuan yang perlu ditetapkan untuk menentukan berat badan ideal anak?

Dokter spesialis anak, Kurniawan Satria Denta, M.Sc mengungkapkan bahwa orangtua sebenarnya dapat mulai waspada jika kenaikan berat badan anak tidak sesuai dengan panjang badannya.

"(Sudah boleh waspada) Ketika berat badan tidak sesuai dengan panjang badan anak. Kriterianya di atas persentil 90 atau 120 persen dibandingkan dengan berat badan ideal," ujar dokter yang akrab disapa Denta tersebut melalui keterangan pada Health Liputan6.com ditulis Sabtu, (25/2/2023).

"Maka penting bagi orangtua untuk kontrol rutin berat badan dan panjang badan anak," tambahnya.

Denta menjelaskan, berat badan yang masuk kategori ideal akan bergantung pada panjang badan anak. Umumnya, untuk bayi seusia Kenzi yakni 16 bulan, berat badan idealnya berada dikisaran 10-15 kilogram.

"Berat badan ideal tergantung dari tinggi atau panjang badan anak. Tapi kira-kira range normal berat badan anak usia 1 sampai 2 tahun ada di kisaran 10-15 kilogram," kata Denta.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Saja Sih Dampaknya Jika Anak Obesitas?

Lebih lanjut, Denta pun menjelaskan soal apa-apa saja yang menjadi dampaknya saat anak mengalami obesitas. Ternyata, dampaknya cukup beragam.

"Bisa terjadi kelainan metabolisme, gangguan hormonal, gangguan tumbuh kembang, rentan terkena diabetes, dan penyakit jantung atau pembuluh darah," ujar Denta.

Belakangan, Kenzi memang belum henti-hentinya menjadi sorotan. Saat ini, Kenzi tengah menjalankan serangkaian pemeriksaan untuk mencari penyebab dibalik kenaikan berat badannya.

Kenzi baru saja dirujuk ke Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta usai menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Hermina Kota Bekasi.

3 dari 4 halaman

Kemungkinan Ada Masalah Genetik

Dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik anak di RS Hermina, Ali Khomaini Alhadar yang memeriksa Kenzi mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan serangkaian pemeriksaan.

"Dari hasil pemeriksaan kami menyimpulkan pasien ini mungkin kelainannya tidak hanya dari bidang nutrisi saja. Mungkin ada masalah genetik yang lain," ujar Ali saat ditemui di Bekasi mengutip Antara.

Ali menambahkan, tindakan medis berupa pemeriksaan lebih lanjut masih dibutuhkan untuk Bayi Kenzi. Sehingga, bayi tersebut dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. 

"Dari pemeriksaan awal di Hermina ini masih perlu pemeriksaan lebih lanjut dan perlu tim yang cukup banyak. Sehingga saya, dokter Ali, dan Profesor Aryono menyarankan agar pasien dirujuk ke RSCM," kata Ali.

4 dari 4 halaman

Kenaikan Berat Badan Diduga Bukan karena Nutrisi Semata

Pendapat selaras diungkapkan oleh dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik anak RS Hermina Bekasi dan RSCM, Profesor Aryono Hendarto.

Menurutnya, kegemukan Kenzi diduga memang bukan hanya faktor nutrisi, berdasarkan pemeriksaan yang digali dari orangtua Kenzi.

"Melihat dari riwayat makanan, kemudian perkembangan kenaikan berat badan yang sangat ekstrem, kami menduga, jangan-jangan, obesitasnya ini bagian dari penyakit lain. Dalam hal ini adalah penyakit genetik, sering kali kami juga menyebutnya, penyakit langka," ujar Aryono.

Pihak dokter mengaku khawatir berat badan Kenzi yang ekstrem tersebut akan menyebabkan penyakit lain. Seperti penyakit jantung, paru-paru, tulang, dan diabetes.

"Ini semua yang harus kita evaluasi. Sehingga untuk kasus-kasus jarang seperti ini kebetulan RSCM sudah punya tim, kebetulan saya juga bekerja di RSCM, sudah ada timnya yang memang menangani seperti ini, jadi itu yang harus dievaluasi," kata Aryono.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.