Sukses

Bersyukur, BPJS Kesehatan Biayai Operasi Jantung Bocor Delima

Pembiayaan operasi jantung bocor yang dijalani Delima ditanggung BPJS Kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta - Lina Herlina bersyukur, operasi jantung bocor anak kelimanya, Delima, dibiayai oleh BPJS Kesehatan. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menanggung sepenuhnya operasi jantung bocor, sehingga Lina tak perlu lagi merogoh ‘kantong’ sendiri hingga puluhan juta rupiah untuk biaya pengobatan.

Datang dari Purwakarta, Jawa Barat, Lina kini hanya fokus memikirkan biaya hidup selama Delima menjalani pengobatan jantung bocor di RS Jantung Harapan Kita Jakarta. Meski begitu, diakuinya, biaya hidup di Jakarta termasuk cukup berat, terlebih lagi penghasilan sang suami yang bekerja sebagai karyawan swasta tidaklah besar.

“Cuma untuk sekarang memikirkan bekal saja. Ingat gimana sama yang enggak punya penghasilan, tapi dia mau sehat di sini. Semua serba beli, tempat tinggal. Makanya, biarin saja saya sendiri di sini (nunggu Delima), kalau suami di sini kan kerja juga enggak,” ucapnya saat sesi wawancara khusus yang diikuti Health Liputan6.com di Pusat Jantung Nasional RS Harapan Kita Jakarta, ditulis Selasa (31/1/2023).

“Otomatis sekarang, saya memang terganggu kerja, tapi enggak apa-apa, suami masih kerja. Yang penting, saya fokus dulu ngurus adek. Saya diberikan kelonggaran untuk fokus. Saya ngajar tapi belum PNS dari 2005, belum diangkat.”

Terngiang di benak Lina, anak pertamanya didiagnosis atresia bilier meninggal dalam usia 4,5 bulan pada 2007. Atresia bilier adalah kondisi di mana terdapat gangguan aliran cairan empedu. Akibatnya, cairan empedu tidak dapat menuju usus dan terakumulasi di dalam hati, sehingga menimbulkan kerusakan hati (sirosis). 

Pada saat itu, Lina berjuang mengobati anak pertamanya yang sempat dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung menggunakan biaya pribadi lantaran belum ada program JKN. Biaya perawatan pun habis Rp35 juta.

“Mudah-mudahan, pemerintah lebih mempermudah untuk masyarakat terutama masyarakat yang kecil. kalau untuk yang ada (uang pribadi), tidak bakalan jadi beban ya, tapi masyarakat kecil jadi beban,” harapnya.

“Saya dulu tahun 2007 itu habis Rp35 juta. Gaji suami saya waktu itu cuma Rp650.000 per bulan. Untuk susunya harus pakai Nutrilon. Waktu itu susu Nutrilon satu bulan habis Rp750.000. Kalau dikasih susu yang (merek) lain buang air besarnya nanti beda lagi, karena atresia bilier kan buang air besar itu enggak kuning.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Biaya Hidup di Jakarta Tetap Mahal

Sekarang ini, beban Lina Herlina agak berkurang karena hanya memikirkan biaya hidup di Jakarta selama Delima menjalani perawatan di RS Jantung Harapan Kita. Meski begitu, ia merasa tetap saja biaya hidup di Jakarta mahal, terutama bagi orang kurang mampu.

 

“Saya selalu ingat dulu enggak punya apa-apa, biaya sendiri, anak saya sakit, terus bekal sendiri (biaya hidup)  dulu juga belum. Sangat membantu BPJS, sangat berguna ya,” terangnya.

“Kalau sekarang mungkin lebih ringan, hanya biaya hidup (yang dipikirkan). Cuma kalau dipikirkan untuk yang kurang mampu ya berat juga. Saya di sini sejak tanggal 9 Januari 2023, udah dua mingguan. Udah habis banyak lah (biaya hidup).”

 

Selain anak pertama, anak kedua Lina juga meninggal dalam usia satu bulan karena pembekuan darah, sedangkan anak ketiga dan keempat sehat. Anak kedua juga sempat dirawat di rumah sakit dengan menggunakan biaya pribadi.

Pada waktu mengandung anak pertama dan kedua, tali pusar janin tidak masuk suplai makanan. Ditelisik lebih lanjut, Lina pernah terkena infeksi toksoplasma, yang kemudian ia berobat ke dokter spesialis kandungan di Bandung.

“Kalau dulu kan 2007 itu belum ada BPJS, saya tanggung sendiri. Waktu itu 2007, anak saya di rumah sakit sampai dua bulan, memakai biaya sendiri,” lanjut Lina.

Alhamdulillah, untuk saat ini, (Delima), anak saya pakai BPJS. Kalau anak yang pertama sama yang kedua pakai biaya sendiri.”

Terkenang anak pertama dan keduanya yang meninggal, Lina mengakui dirinya sempat takut tatkala membawa Delima ke rumah sakit. Takut bila buah hatinya tak bisa disembuhkan. Namun, dokter menyemangati bahwa jantung bocor Delima dapat ditangani baik.

“Tadinya enggak bakalan dibawa soalnya takut. Yang anak saya pertama dan kedua kan berat penyakitnya, tapi dikasih semangat sama dokter anak,” lanjutnya.

“Katanya gini, udah sekarang ini bisa sembuh, bawa saja ke rumah sakit. saya dikasih semangat. Ibu ini beda sakitnya. Bisa diobati, banyak yang berhasil.”

3 dari 3 halaman

Harapan Ada RS Jantung Lain di Daerah

Penanganan Delima di RS Jantung Harapan Kita ditangani baik oleh para dokter. Antrean untuk operasi tidak ada kendala. Hanya saja, kondisi Delima yang sering sakit membuat beberapa kali jadwal operasi ditunda. 

“Anak saya dibawa ke sini tanggal 10 Oktober 2022. Kata dokter nanti dihubungi lagi via WhatsApp (WA). Beberapa minggu kemudian di WA, terus langsung dijadwal (buat operasi). Cuma anak ini pas dipanggil penjadwalan suka sering sakit,” cerita Lina Herlina.

“Pas dipanggil ini anaknya lagi demam. Udah beberapa kali seperti itu. Terus pas mau operasi kemarin, seharusnya tanggal 21 Desember, malahan tanggal itu sakit lagi. Lalu minggu kemarin hari Rabu, anaknya ada bakteri infeksi. Jadi nunggu dulu diobatin. Lamanya seperti itu, nunggu sehat dulu.”

Bahkan Delima sebelum operasi juga sempat leukositnya tinggi di angka 22.000. Leukosit pun harus diturunkan dulu beberapa hari. Sebagai informasi, leukosit di dalam darah umumnya berkisar 12.000 hingga 20.000 per milimeter kubik selama infeksi terjadi. 

Ketika sel darah putih meningkat, jumlah sel yang belum matang juga dapat naik. Ketika infeksi mereda, jumlah sel imatur tersebut berkurang dan tubuh kembali menjadi normal.

Selepas Delima menjalani operasi, Lina berdoa agar anaknya dapat segera pulih dan diperbolehkan pulang. Perawatan Delima di ruang ICU termasuk cepat dan sudah pindah ke ruang rawat inap biasa.

“Mudah-mudahan ini cepet ya. Soalnya di ICU kemarin cuma 21 jam, di ruang Intermediate ward  (IW) cuma satu hari satu malam. Sekarang sudah dilepas oksigen. Alhamdulillah, kuat gitu,” terangnya sembari menatap Delima. 

“Mudah-mudahan tidak ada masalah apa-apa. Ya kalau di rumah, belum mikirin biaya rumah sakit, biaya makan, sekarang mah tinggal biaya hidup saja.”

Di sisi lain, tak hanya persoalan pembiayaan yang bisa meringankan beban penyakit jantung, Lina turut berharap ada rumah sakit jantung lain atau pusat (center) jantung lain di daerah yang lebih banyak lagi.

Menurutnya, hal itu sangat dibutuhkan sehingga pasien tidak perlu jauh-jauh berobat ke Jakarta. Tindakan bedah setidaknya bisa lebih cepat dilakukan.

“Kalau ada seperti RS Jantung Harapan Kita lainnya, tentu lebih memudahkan, karena sangat banyak orang di luar sana yang membutuhkan untuk kesembuhan mereka,” tutup Lina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.